seperti yang sering tercermin dalam ungkapan pesimistis membiarkan anak belayar dengan perahu bocor, berjalan di rimba tidak berintis.
2.1.3.2. Budaya Suku Batak
Paham mengenai keadaan keluarga yang sejahtera menurut masyarakat Batak Toba bertumpu pada tiga konsep, yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon
Taufiq, 2011. 1.
Hagabeon Kesejahteraan bagi orang Batak Toba pertama-tama tidak diukur dari tingkat
pencapaian material berupa harta benda yang bisa dimiliki oleh seseorang atau suatu keluarga. Persyaratan pertama untuk bisa dikategorikan sejahtera bagi mereka adalah
apabila cucu dan cicit baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan. Intisari
dari hagabeon adalah tercapainya kesinambungan garis keturunan, yang bisa
mewariskan nama marga. Soal kesinambungan keturunan ini merupakan isu yang sangat sentral dalam
kehidupan setiap keluarga Batak Toba. Meskipun seseorang telah memiliki harta yang berlimpah ruah, tapi tanpa keturunan yang bisa ia peroleh dari perkawinannya maka
nilai dari harta benda tersebut menjadi hambar. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga menjadi syarat mutlak bisa dikatakan gabe atau sejahtera. Dalam konteks yang lebih
sempit lagi, keberadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga sangat penting, karena menurut adat Batak Toba yang patrilineal anak laki lakilah yang bisa meneruskan
garis keturunan atau marga.
Universitas Sumatera Utara
Alam pikiran orang Batak Toba sangat dipengaruhi oleh pentingnya kesinambungan keturunan, seperti pada ungkapan: 1 andor halumpang, togu-togu ni
lombu; sai saur matua ma ho, paabing-abing pahompu, yaitu mengandung makna pengharapan agar seorang diberi umur yang panjang serta banyak keturunan dan
murah rezeki; 2 bintang na rumiris, ombun na sumorop: Anak pe riris, boru pe toro, yaitu mengandung makna pengharapan agar sebuah keluarga mendapatkan
banyak keturunan, baik anak laki - laki maupun perempuan. Anak laki - laki diibaratkan sebagai bintang yang bisa menjadi penerang di siang hari: maka demikian pula
kedudukan seorang anak laki - laki di dalam sebuah keluarga bisa dianggap sebagai penerang bagi sebuah keluarga; 3 menginsir ma sidahar, di uma ni Palipi; Sai
sigodang pinompar ma i, jala sigodang pengisi, yaitu mengandung makan pengharapan agar mendapatkan keturunan yang banyak dan mendapatkan rezeki yang
berlimpah; 4 Sat tubuan laklak ma tubuan singkoru, sae tubuan anak ma hamu tubuan boru, yaitu mengandung makna pengharapan agar sebuah keluarga
mendapatkan keturunan, baik laki - laki maupun perempuan. Ungkapan-ungkapan yang disajikan diatas memberikan gambaran bagaimana
sebuah keluarga Batak Toba sangat mendambakan hadirnya keturunan yang banyak untuk meramaikan kehidupan sebuah keluarga.
2. Hamoraon
Hamoraon yang secara harfiah berarti kekayaan yang bersifat material sebagai ukuran kesejahteraan. Masyarakat Batak Toba tidak mengingkari pentingnya
pemilikan harta benda, namun harta benda diletakkan sebagai syarat kedua setelah
Universitas Sumatera Utara
yang pertama tercapai. Syarat hamoraon yang dikenal oleh nenek moyang Batak Toba seperti dalam ungkapan berikut ini: 1 aek ini burta-burta, tu aek ini dolon-
dolon; horbo mu lumuntak-luntak, panulmanmu dumolon-dolon, mengandung makna sumber penghidupan yang baik dan bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan material
anggota sebuah keluarga. 2 Tangkas ma uju purba humamunton Angkola: tangkas ma hita maduma, gabe jala mamora, artinya keadaan yang sejahtera dan makmur itu
dimungkinkan apabila seseorang atau sebuah keluarga memiliki banyak anak kemudian juga memiliki banyak harta. 3 Tonggi ma sibahut, tabo ma pora-pora:
gabe ma hita luhut, jala sude ma hita mamora, menggambarkan suatu pengharapan untuk mencapai keadaan keluarga sejahtera itu adalah keluarga yang memiliki banyak
anak dan kaya harta benada. 3. Hasangapon
Dalam lingkungan sosial orang Batak Toba yang masih tradisional, jika seseorang atau sebuah keluarga telah memiliki keturunan dan harta benda maka
peluangnya untuk mencapai hasangapon akan terbuka dengan mudah. Kehormatan, sebagaimana mereka menghayatinya, antara lain diukur melalui kenyataan bahwa
mereka bisa meneruskan garis keturunan, bukan keluarga yang anggotanya dari waktu ke waktu semakin sedikit dan terancam punah.
Kehormatan itu, pada kenyataannya juga berkaitan dengan kehadiran anak laki laki didalam keluarga atau sebuah rumah tangga, karena secara sosial anak laki -
lakilah yang dianggap bisa meneruskan garis keturunan. Oleh karena itu, hasangapon
Universitas Sumatera Utara
hanya dimungkinkan apabila orang memiliki banyak anak dan beberapa di antaranya harus ada anak laki-laki.
2.2. Keluarga Berencana