menentukan pilihan jenis kontrasepsi yang akan dipakai karena banyak dari responden masih tinggal bersama orang tua walaupun sudah berumah tangga. Hal ini
akan memengaruhi kemampuan responden untuk menangkap informasi yang diberikan petugas kesehatan khusus bagian PLKB Kecamatan terkait dengan program
Keluarga Berencana.
5.2. Pengaruh Kepercayaan terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di
Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang
Hasil penelitian tentang variabel kepercayaan ditemukan 50 orang pada kategori kepercayaan negatif dengan persentase tertinggi tidak menggunakan
kontrasepsi IUD sebanyak 58. Uji statistik diperoleh nilai p = 0,015 p 0,05, artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan
antara kepercayaan dengan penggunaan kontrasepsi IUD. Berdasarkan hasil analisis multivariat dengan uji statistik logistik berganda
pada variabel kepercayaan menunjukkan ada pengaruh kepercayaan Akseptor KB terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dengan nilai β = 3,179 dan p = 0,011, bernilai
positif menunjukkan bahwa variabel tersebut mempunyai hubungan yang searah positif terhadap penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten
Deli Serdang. Meskipun program KB sudah mendapat dukungan dari Departemen Agama
Republik Indonesia dengan telah ditandatanganinya Memorandum of Understanding MoU Nomor 1 Tahun 2007 dan Nomor: 36HK.101FI2007 tentang advokasi,
komunikasi, informasi dan edukasi program Keluarga Berencana menyatakan:
Universitas Sumatera Utara
pandangan setiap agama terhadap KB berbeda-beda sesuai dengan ajarannya masing- masing. Agama Islam memperbolehkan KB dengan alasan KB dianggap penting
untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, tetapi ada juga pendapat yang mengatakan KB tidak boleh dilakukan dengan alasan Al-Qur’an tidak diperbolehkan memakai alat
kontrasepsi yang dianggap membunuh bayi atau agama Islam menginginkan agar Islam mempunyai umat yang besar dan kuat. Selain itu, jenis kontrasepsi IUD
dihindari oleh umat Islam karena untuk pemasangannya harus membuka aurat Ali, 2010.
Agama Hindu memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat maka kelahiran harus diatur jaraknya dengan mengikuti program KB. Agama Buddha
memandang setiap manusia pada dasarnya baik dan tidak melarang umatnya mengikuti program KB demi terwujudnya kesejahteraan keluarga. Agama Kristen
Protestan tidak melarang umatnya mengikuti program KB. Namun, agama Katolik masih menjadi oposisi utama program KB karena hanya menerima abstinensia dan
pantang berkala hubungan seksual hanya dilakukan pada masa tidak subur dalam siklus bulanan seorang wanita sebagai metode keluarga berencana yang sesuai
dengan pandangan gereja dan menolak secara tegas metode KB lainnya. Hal ini dikarenakan agama Katolik memiliki pandangan kesejahteraan keluarga diletakkan
dan diwujudkan dalam pemahaman holistik sesuai dengan kehendak Allah. Dari tabel probabilitas dapat disimpulkan bahwa apabila kepercayaan
Akseptor KB positif, pengetahuan baik, nilai positif dan kekerabatan positif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 0,05
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 nomor 16. Jika variabel kepercayaan positif, pengetahuan kurang, nilai negatif dan kekerabatan negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan
kontrasepsi IUD sebesar 41,19 Tabel 4.16 nomor 5. Sedangkan apabila variabel kepercayaan negatif, pengetahuan baik, nilai positif dan kekerabatan positif maka
probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 1,26 Tabel 4.16 nomor 12 dan apabila kepercayaan negatif, pengetahuan kurang, nilai
negatif dan kekerabatan negatif maka probabilitas individu untuk tidak menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 94,39 Tabel 4.16 nomor 1.
Keadaan ini menggambarkan bahwa kepercayaan masyarakat di Kecamatan Pantai Labu terkait dengan program Keluarga Berencana sangat memprihatinkan,
karena masih banyak dari responden tidak mendukung sepenuhnya program pemerintah tersebut terutama masyarakat yang bersuku Batak dan Melayu.
Masyarakat masih memegang teguh adat istiadat dari suku mereka atau pituah orang tua dan juga faktor agama.
Banyak alasan yang dikemukakan dari responden kenapa tidak menggunakan KB IUD, seperti: pada suku melayu mengatakan anak itu titipan tuhan dan itu adalah
rejeki dari Yang Maha Kuasa, maka tidak berhak kita untuk menghalang-halanginya dengan memakai alat kontrasepsi jangka panjang, mereka juga mengatakan masing-
masing anak ada rejekinya jadi tidak perlu khawatir untuk tidak bisa makan. Sedangkan yang bersuku Batak mengatakan dia tidak mungkin memakai alat
kontrasepsi jangka panjang sebelum mendapat anak laki-laki, belum ada pengakuan kalau anak perempuan bisa meneruskan keturunan. Responden juga tidak terima
Universitas Sumatera Utara
dengan mempunyai anak yang sedikit akan dapat menjamin hari tua, karena pada dasarnya semakin banyak anak semakin banyak tempat orang tua tinggal ketika dia
tua atau semakin banyak anak yang akan memberikan bantuan. Suku menjadi faktor yang memengaruhi terlaksananya suatu program, hal ini
dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebagian besar responden adalah suku Melayu 46,7 dan suku Jawa 38,3. Dari hasil wawancara dengan PLKB
Kecamatan, suku melayu menjadi Akseptor KB karena mayoritas penduduk adalah Melayu dan mereka tinggal di lingkungan yang banyak suku Jawanya sehingga
memberi pengaruh positif. Sedangkan masyarakat suku Jawa adalah kelompok suku yang lebih mudah menerima terhadap perubahan sehingga semua program
pemerintah akan terlaksana dengan baik jika masyarakatnya banyak bersuku Jawa.
5.3. Pengaruh Nilai terhadap Penggunaan Kontrasepsi IUD di Kecamatan