Reksadana Syariah Landasan Teori

19 dengan produksi atau penjualan minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa reksadana syariah ialah produk investasi dimana pemodal menitipkan dananya kepada manajer investasi untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek yang dikategorikan halal, dan manajer investasilah yang mengelola dana tersebut dimana kegiatan operasionalnya harus sesuai syariah.

b. Pandangan Syariah Tentang Reksadana

Pada prinsipnya setiap sesuatu dalam muamalat adalah dibolehkan selama tidak bertentangan dengan syariah, mengikuti kaidah fiqih yang dipegang oleh mazhab Hambali dan para fuqaha lainnya yaitu, 20 “Prinsip dasar dalam transaksi dan syarat-syarat yang berkenaan dengannya ialah boleh diadakan, selama tidak dilarang oleh Syariah atau bertentangan dengan nash Syariah. ” 9 Allah SWT memerintahkan orang-orang yang beriman agar memenuhi akad yang mereka lakukan seperti yang disebut, dalam Al Qur ’an surat al Maidah ayat 1: “Hai orang-orang yang beriman, penuhillah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. Yang demikian itu yang tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum- hukum yang dikehendaki- Nya”. Syarat-syarat yang berlaku dalam sebuah akad, adalah syarat- syarat yang ditentukan sendiri kaum muslimin, selama tidak melanggar ajaran Islam. Dalam reksadana konvensional berisi akad muamalah yang dibolehkan dalam Islam, yaitu jual beli dan bagi hasil mudharabahmusyarakah. Dan disana terdapat banyak maslahat, seperti 9 Wahbah Zuhaili, Al Fiqh al Islamy wa Adillatuh, Juz IV Damaskus: Dar al-Fikr, 1996 h. 199. 21 memajukan perekonomian, saling memberi keuntungan diantara para pelakunya, meminimalkan resiko dalam pasar modal dan sebagainya. Namun didalamnya juga ada hal-hal yang bertentangan dengan syariah, baik dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya. Syariah dapat menerima usaha semacam reksadana sepanjang hal yang tidak bertentangan dengan syariah. 10 Prinsip dalam berakad harus mengikuti hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT yang disebutkan dalam Al-Quran surat an Nisaa ayat 29 yang berbunyi: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.” Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis berkesimpulan bahwa selama suatu kegiatan muamalah tidak bertentangan dengan prinsip syariah baik dalam segi akad, operasi, investasi, transaksi dan pembagian keuntungannya, kegiatan tersebut boleh dilakukan. Maka kegiatan 10 MUI, “Reksadana Syariah”, h. 342. 22 reksadana syariah boleh dilakukan selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Jenis-Jenis Reksa Dana

Jenis-jenis reksadana ditinjau dari portofolio investasinya, terdapat 4 empat jenis reksadana yaitu: 1 Reksadana Pasar Uang money market funds Reksadana jenis ini hanya melakukan investasi pada efek yang bersifat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Tujuannya adalah untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. 11 2 Reksadana Pendapatan Tetap fixed income funds Reksadana Pendapatan Tetap Fixed Income Fund adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 dari portofolio yang dikelolanya kedalam efek yang bersifat hutang. Efek yang bersifat hutang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, obligasi syariah, SWBI, dan instrumen lainnya. Salah satu keuntungan yang diperoleh dari jenis reksadana ini adalah hasil investasi yang lebih besar dari pada reksadana pasar uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan keuntungan yang stabil. Jenis 11 Gunawan Widjaja, Pasar Modal, h.8. 23 reksadana ini cocok untuk tujuan investasi jangka menengah panjang 3 tahun dengan resiko menengah. 12 3 Reksadana Saham equity funds Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80 dari aktiva dalam bentuk efek yang bersifat ekuitas. Karena investasinya dilakukan pada saham, maka risikonya lebih tinggi dari dua jenis reksadana sebelumnya, namun menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. 13 4 Reksadana Campuran discretionary funds Reksadana jenis ini melakukan investasi dalam efek yang bersifat ekuitas dan efek yang bersifat utang dengan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa ada empat jenis reksadana, yakni: reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana saham, dan reksadana campuran. Pemilihan jenis portofolio yang tepat sesuai dengan tingkat risiko yang diinginkan tentunya akan lebih memberikan kenyaman bagi investor itu sendiri dan bagi manajer investasi. 12 Muhammad Firdaus, dkk, Investasi Halal di Reksadana Syariah, h. 42. 13 Gunawan Widjaja, Pasar Modal, h.8. 24

3. Minat Investasi

a. Pengertian Minat

Minat sebagai aspek kejiwaan bukan hanya mewarnai perilaku seseorang untuk melakukan aktifitas yang menyebabakan seseorang merasa tertarik kepada sesuatu. Dalam kamus Bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai niat atau kehendak. Menurut Theory of Reasoned Action Teori Tindakan Beralasan dari Fishbein dan Ajzen, yaitu : 14 “Perilaku manusia dipengaruhi oleh kehendakniatminat. Minat merupakan keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu sebelum perilaku tersebut dilaksanakan. Adanya niatminat untuk melakukan suatu tindakan akan menentukan apakah kegiatan tersebut akhirnya akan dilakukan”. Crow and Crow berpendapat bahwa minat erat hubungannya dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda atau bisa juga sebagai pengalaman efektif yang dipengaruhi oleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain minat dapat menjadi sebab kegiatan dan sebab partisipasi dalam kegiatan itu. Selain itu Crow and Crow mengemukakan juga bahwa minat erat hubungannya dengan dorongan drive, motif, dan reaksi emosional. 15 14 Fishbein Ajzen, Belief, Attitude, Intention, dan Behavior:An Introductionto Theory and Research, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company, 1975, h.97. 15 Lester Donald Crow and Alice Von Bauer Crow, Educational psychology American Book Co., 1948 25 Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya minat investasi adalah keinginan dan daya gerak yang mendorong seseorang untuk berinvestasi. Minat investasi menjadi sebab seseorang untuk melakukan investasi.

b. Faktor yang Mempengaruhi Minat

Beberapa faktor yang bisa muncul antara niat atau minat pembelian dan keputusan pembelian antara lain adalah sebagai berikut: 16 1 Sikap orang lain, sejauh mana sikap orang lain akan mempengaruhi pilihan konsumen tergantung pada kekuatan sikap orang lain terhadap keputusan pembelian dan pada motivasi konsumen untuk memenuhi keinginan orang lain. 2 Faktor situasi yang tidak terantisipasi, konsumen membentuk suatu niat membeli atas dasar faktor-faktor pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat yang diharapkan dari suatu produk. Dari penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa sikap orang lain dan situasi yang tidak terantisipasi akan mempengaruhi minat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan, termasuk dalam kegiatan berinvestasi. 16 Philip Kotler dan Gary Armstrong, Dasar-Dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Keenam Jakarta: Intermedia, 1995 h.276. 26

c. Unsur Minat

Di dalam minat terkandung unsur motif dan perhatian. Adapun unsur-unsur tersebut mengandung hal-hal di bawah ini: 17 1 Awareness Kesadaran Receiver atau penerima pesan dengan sadar menerima rangsangan berupa pesan yang dikirim oleh komunikator yaitu perusahaan yang menawarkan produknya melalui media cetak atau elektronik. 2 Interest Minat Bagaimana agar penerima pesan calon pembeli berminat dan ingin tahu lebih jauh. Kesadaran akan meningkat sebagai perhatian dan timbul rasa ingin tahu secara lebih rinci. Untuk itu membujuk mereka agar mau mengikuti pesan yang disampaikan. 3 Desire Keinginan Menggerakkan dan membangkitkan keinginan untuk memiliki atau menikmati produk. 4 Action Tindakan Membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan tindakan pembelian. Bujukan yang diberikan berupa harapan agar calon pembeli segera mungkin melihat-lihat historis keuangan. Dalam hal ini diharapkan adanya tindakan pembelian. 17 Bimo Walgito, Psikologi Sosial, Yogyakarta: Andi, 2001, h.95 27 Minat beli menurut Durianto dkk. adalah niat untuk membeli, yaitu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu. Niat beli merupakan pernyataan mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan penolakan konsumen dimasa mendatang. 18 Dapat dikatakan bahwa minat beli atau berinvestasi merupakan pernyataan mental dari konsumen yang merencanakan pembelian sejumlah produk investasi tertentu. dimulai dari kesadaran akan suatu produk, kemudian mulai tertarik untuk tahu lebih lanjut, lalu menjadi sebuah keinginan dan diakhiri dengan tindakan pembelian. Minat investasi ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang akan datang.

4. Marketing Mix Bauran Pemasaran

Pengertian Marketing Mix secara bahasa adalah Bauran Pemasaran, sedangkan menurut istilah marketing mix adalah strategi pemasaran yang dilaksanakan secara terpadu atau strategi pemasaran yang dilakukan secara 18 Darmadi Durianto, dkk., Invasi Pasar dengan Iklan yang Efektif, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003, h.104.