Analisis Psikologis Tokoh Cerita Putri Merak Jingga ( Versi Rosmawati. R.)

(1)

ANALISIS PSIKOLOGIS TOKOH

CERITA PUTRI MERAK JINGGA ( VERSI ROSMAWATI. R.)

SKRIPSI SARJANA

O L E H

NAMA : RAHMAD HIDAYAT

NIM : 040702011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA DAERAH

MELAYU MEDAN


(2)

SKRIPSI

ANALASIS PSIKOLOGIS TERHADAP TOKOH CERITA PUTERI MERAK JINGGA

OLEH

RAHMAD HIDAYAT 040702011

Disetujui Oleh :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

DRS. SYAIFUDDIN, M.A.Ph.D DRS. BAHARUDDIN, M. Hum NIP. 132098531 NIP. 131785647

Ketua

Departemen Bahasa Dan Sastra Daerah

DRS. BAHARUDDIN, M. Hum NIP. 131785647


(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Kesusastraan Daerah Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada :08.00-s/d selesai WIB. Tanggal :2-Agustus-2008 Hari :Sabtu

Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara Dekan

Drs.Syaifuddin,M.A.Ph.D. NIP.132098531

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Drs.Baharuddin,M.Hum. ………

2. Dra.Asriaty.R.Purba,M.Hum. ………....

3. Prof. Dr.Robert Sibarani,M.S. ………....

4. Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D. ………....


(4)

DISETUJUI OLEH

UNIERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMAN BAHASA DAN SASTRA DAERAH

KETUA,

Drs. Baharuddin,M.Hum NIP : 131785647


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah. Karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah analisis psikologis terhadap tokoh cerita putri merak jingga penulis berharap skripsi ini dapat dijadikan sebagai dasar

penyusunan skripsi.

Untuk memudahkan akan isi yang akan dibahas dalam skripsi ini penulis memaparkan rinciannya : yakni,

Bab 1 merupakan pendahuluan yang dibagi atas latar belakang masalah, masalah, landasan teori, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab 2 akan dibahas tentang tinnjauan karya sastra dan psikologis, karya sastra, bahasa sebagai media karya sastra, pengertian psikologis, pendekatan psikologis, batasan masalah dan hubungan sastra dengan psikologis.

Bab 3 akan dibahas analisis struktur cerita Putri Merak Jingga. Terdiri dari sinopsis, tema, alur, tokoh, latar, nilai budaya.


(6)

Bab 4 akan dibahas analisis psikologis watak Alang Jermal terdiri dari setia dan gigih, pemberani, sabar dan jujur, psikologis tokoh / watak Putri Merak Jingga, Raja Tua Sakti, Putra Bandar Sakti, Raja Hwa Loan.

Bab 5 terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dean banyak kekuranganya,. Karena mengingat waktu dan kemampuan penulis yang sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang brsifat konstruktif dari semua pihak.

Medan, juni 2008

Penulis

Rahmad Hidayat


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis banyak memperoleh bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D. selaku dekan fakultas sastra universitas sumatera utara. Sekaligus dosen pembimbing 1 yang telah banyak memberi bimbingan, pengarahan, dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum. selaku ketua jurusan Sekaligus dosen pembimbing 2 yang telah banyak memberi bantuan dalam penyusunan proposal hingga skripsi.

3. Ibu Dra, Asriaty Purba, M,Hum sebagai dosen fakultas sastra yang telah bermurah hati meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis agar skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis sejak

awal perkuliahaan sehingga akhirnya memperoleh gelar sarjana sastra.

5. Ucapan terima kasih ini tidaklah lengkap bila belum disampaikan buat

Keluarga, Ayahanda dan Ibunda tercinta, yang telah bersusah payah

membina, membiayai dan yang telah membesarkan serta mendidik penulis sejak kecil. Sehingga dapat menyelesaikan perkuliahan diprogram study sastra daerah Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah SWT melindungi keduanya dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.


(8)

6. Mhd. Andy Syahputra Siregar. S.H. selaku teman dekat yang telah memberi

masukan dan memberi bantuan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.

7. Zahra selaku teman yang menemani penulis untuk menyelesaikan skripsi ini

agar sempurna.

8. Teman – teman satu angkatan 2003 dan 2004 / Fuad S, Fauzi, Mustafa, Citra, Rina, Mira, Lia, dan stambuk 2005 di Sastra Daerah Universitas

Sumatera Utara atas kerja sama yang terbina selama ini dan memberikan dorongan bagi penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan.

9. Teman – teman Remaja Mesjid Husnul Hidayah, Remaja Komplek Tanjung Permai Yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan

perkuliahan agar kelak menjadi orang yang berguna bagi negara.

Akhirnya penulis mengharapkan agar nantinya skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari, khusunya kepada diri pribadi.

Wassalam

Medan, 2008 Penulis

RAHMAD HIDAYAT


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATAPENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Landasan Teori ... 4

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.8 Metode Analisis Data ... 8

BAB II KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS 2.1 Karya Sastra ... 9

2.2 Bahasa sebagai Media Karya Sastra ... 11


(10)

2.4 Pendekatan Psikologis ... 15

2.5 Hubungan Sastra dengan Psikologis ... 18

BAB III STRUKTUR CERITA PUTRI MERAK JINGGA 3.1 Sinopsis ... 22

3.2 Tema ... 23

3.3 Alur ... 26

3.4 Tokoh ... 28

3.5 Latar ... 31

3.6 Nilai Budaya ... 34

BAB IV ANALISIS PSIKOLOGIS WATAK ALANG JERMAL 4.1 Setia ... 38

4.2 Gigih ... 38

4.3 Pembrani ... 41

4.4 Sabar dan Jujur ... 42

4.5 Psikologis Putri Merak Jingga ... 44

4.6 Psikologis Raja Tua Sakti ... 47

4.7 Psikologis Bandar Sakti ... 49

4.8 Psikologis Raja Hwa Loan ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 51


(11)

LAMPIRAN

SINOPSIS CERITA ... 55


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Masalah

1.1 Latar Belakang

Karya sastra merupakan salah satu hasil seni yang diciptakan oleh pengarang, sementara pengarang itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Tentu saja yang disampaikan dalam setiap hasil karyanya adalah semua aspek yang ada hubungannya dengan seluk beluk kehidupan manusia. Baik mengenai lingkungan, sosial, politik, maupun masalah mengenai manusia pada saat diciptakannya karya tersebut.

Penulis memilih cerita hikayat Putri Merak Jingga sebagai bahan penelitian karena di dalamnya ada sesuatu yang sangat menarik dianalisis yaitu mengenai karakter para tokoh. Yang berperan di dalam cerita. Salah satu di antaranya adalah tentang nilai budaya seperti, rela berkorban demi cinta, membela kebenaran dan harga diri, bertanggung jawab dalam melaksankan tugas atau pekerjaan yang diberikan. di dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga. menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan penelitian terhadap hikayat ini, baik dalam bentuk makalah maupun skripsi yang secara khsuus membahas psikologis tokoh.


(13)

Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam. Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Terlebih lagi di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini. banyak manusia yang mengalami konflik kejiwaan. Tidak sedikit jumlah manusia yang sukses dalam kehidupan kebendaan masih berusaha keras untuk mencapai tingkat kemakmuran yang lebih tinggi lagi tanpa ada batas, akhirnya kandas dan dirinya terbenam ke dalam penyakit kejiwaan. Sejauh mana faktor lingkungan mempengaruhi cara berpikir dan tingkah laku manusia. pada masa itulah yang akan diteliti penulis dengan mengaitkannya kepada para tokoh yang ada dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga.

1.2 Masalah

Luasnya materi yang dicakup sastra mengakibatkan hasil karya sastra, khususnya karya sastra melayu sukar di pahami. Di samping yang digunakan sebagian media adalah bahasa melayu lama, juga banyak istilah yang sekarang sudah tidak ada lagi padanan katanya.

Sesuai dengan judul penelitian ini, maka masalah yang akan dibahas adalah :

1.Bagaimana struktur intrinsik cerita Puteri Merak Jingga ?


(14)

1.3 Tujuan Penelitian

Suatu pekerjaan yang dilakukan agar mendapatkan suatu hasil yang baik tentunya pekerjaan itu harus memiliki sasaran ataupun tujuan. Demikian pula halnya dengan pembahasan dalam penelitian ini. Adapun tujuan yang hendak dicapai antara lain :

1. Mengungkapkan yang ada dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga.

2. Mengungkapkan aspek psikologis tokoh yang dapat mempengaruhi jalan cerita Puteri Merak Jingga

1.4 Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang penulis harapkan dapat dirasakan oleh pembaca. Manfaaat tersebut di antaranya adalah :

1. Membantu pembaca untuk memahami unsur-unsur yang membangun hikayat ini, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya;

2. Sebagai landasan atau titik tolak bagi penelitian yang akan dilakukan oleh siapa saja untuk penelitian lebih lanjut;

3. Penelitian ini diharapkan mampu merangsang dan perhatian masyarakat terhadap karya sastra daerah yang banyak menyimpan nilai-nilai kejiwaan yang sangat besar manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Memelihara karya sastra lisan agar terhindar dari kemusnahan dan dapat diwariskan pada generasi yang akan datang.


(15)

1.5 Landasan Teori

Sebagai landasan atau dasar melakukan analisis ini, penulis menggunakan teori yang dikemukakan ahli sastra. Dalam menganalisis unsur instrinsik atau struktur cerita hikayat Putri Merak Jingga. Penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Teew (1988 : 135) sebagai berikut :

…..Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.

Penulis memilih teori struktural ini sebagai dasar kajian cerita. karena menurut teori ini untuk memahami karya sastra secara keseluruhan tidak terlepas dari unsur instrinsiknya seperti tema, tokoh,alur, latar, dan penggunaan gaya bahasa.

Landasan untuk menganalisis unsur ekstrinsik yaitu analisa psikologis terhadap tokoh cerita hikayat Putri Merak Jingga. penulis menggunkan pendekatan tekstual dengan teori pendekatan psikolgois behavioral. Rokkhan dalam Aminuddin (1990 : 94) mengemukakan sebagai berikut :

……..Pendekatan behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Pendekatan behavioral mengabaikan faktor pembawaan manusia yang dibawa sejak lahir, seperti perasaan, insting, kecerdasan, bakat, dan lain-lain. Dengan anggapan ini manusia dianggap sebagian produk lingkungan, sehingga manusia menjadi jahat, penurut, berpandangan kolot, dan ekstrim adalah dari bentukan lingkunganya.

Alasan penulis memilih teori pendekatan behavioral karena setiap tokoh yang ada dalam cerita ini dibentuk oleh lingkugnanya. Hal ini semakin kelihatan


(16)

tokoh yang ada dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga mempunyai kekuatan gaib dan sifat membela kebenaran dan harga diri, demi ketentraman di negeri kerajaan tersebut. Itulah sebabnya pendekatan behavioral sangat sesuai diterapkan pada penelitian ini.

Berdasarkan kedua pendapat ahli sastra di atas, penulis akan menganalisis cerita hikayat Putri Merak Jingga.

1.6 Metode penelitian

Metode penelitian adalah upaya untuk menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian dengan kata lain. Metode penelitian akan meberikan petunjuk terhadap pelaksanaan penelitian atau bagaimana penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan memperoleh kebenaran atau membuktikan kebenaran terhadap suatu objek permasalahan metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif. Yaitu penulis akan memaparkan sesuatu dengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat merasakan apa yang penulis paparkan sesuai dengan gambaran penulis tentang kajian yang dilakukan.

1. Metode dasar yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan cara mengumpulkan, memahami teks dan memilih teks yang terdapat dalam cerita Putri Merak Jingga sehingga dapat diketahui unsur – unsur pembentuk ceritanya dan dapat menganalisis psikologis terhadap tokoh Putri Merak Jingga.


(17)

2. Sumber data penulis melakukan kepustakaan ( library research ) yang bertujuan untuk mencari bahan – bahan dari buku yang berhubungan dengan masalah penelitian sehingga nantinya mendukung penulisan skripsi ini.

Sumber data yang dikenal juga sebagai bahan analisis terbagi atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer disebut juga sumber data mentah yaitu data data yang ditemukan di lapangan dan belum pernah dianalisis sebelumnya. Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang sudah pernah diteliti dan dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dari sudut pandang yang lain.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder yang berbentuk cerita hikayat.

Judul : Hikayat Putri Merak Jingga

Judul Asli : Musafir Anak Melayu / Putri Merak Jingga Pransilitator : Rosmawati R.

Bentuk : Hikayat jenis rekaan

Penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

Tahun : 1990

Warna sampul : Dasar Putih Beronamen biru Ukuran : 20.5 cm x 16 cm


(18)

1.7 Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ditempuh lankah - langkah sebagai berikut :

1. Studi kepustakaan yaitu untuk membaca teks hikayat cerita Putri Merak Jingga dan untuk melengkapi data yang telah dikumpulkan dengan mengumpulkan bahan bacaan yang berhubungan dengan pembahasan sebagai data sekunder.

2. Studi teks yaitu pengumpulan data melalui naskah yang telah diteliti setelah terlebih dahulu membaca. Kemudian menganalisis psikologis yang tekandung dalam naskah dan membuat ringkasan atau sinopsis, tema, menentukan jenis alur, tokoh yang akan dianalisis. Kemudian menafsirkan sifat psikologis yang tergantung dalam naskah.

1.8 Metode Analisis Data

1. Pendekatan intrinsik yaitu digunakan untuk mendeskripsikan. Unsur – unsur yang membangun dalam cerita Putri Merak Jingga yang terdiri atas tema, alur, latar, dan tokoh.

2. Pendekatan ekstrinsik yang digunakan untuk mendeskripsikan unsur – unsur luar yang membangun cerita Putri Merak Jingga khusunya tentang psikologi tokoh.


(19)

BAB II

KARYA SASTRA DAN PSIKOLOGIS

2.1 Karya Sastra

Menurut suatu defenisi tidak mudah sebab defenisi selalu berusaha mmberikan pengertian yang tepat dan sedekat mungkin terhadap sesuatu dalam kalimat yang relatif singkat dan padat. Demikian juga dengan defenisi sastra, tetapi bukan berarti sastra itu tidak dapat didefenisikan.

Secara etimologi dapat ditinjau bahwa kata sastra yang dalam kehidupan sehari-hari disebut juga kesusastraan berasal dari bahasa sansekerta. Kata dasar kesusastraan ialah sastra yang berarti tulisan, karangan. Sastra mendapat awalan sehingga maknanya menjadi tulisan atau karangan yang indah. Dalam bahasa Indonesia sastra mendapat konfiks ke-an hingga menjadi kesusastraan yang berarti kumpulan tulisan atau karangan yang indah.

Kata sastra dapat ditemukan dalam berbagai konteks pernyataan yang berbeda satu sama lain. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa sastra itu bukan hanya sekedar istilah untuk menyebutkan fenomena yang sederhana. Sastra merupakan istilah yang memiliki arti luas, meliputi sejumlah kegiatan yang berbeda-beda.

Kita dapat membicarakan sastra secara umum misalnya bedasarkan aktivitas manusia tanpa mempertimbangkan budaya, suku, maupun bangsa.


(20)

Karya sastra dipandang sebagai suatu yang dihasilkan dan dinikmati. Orang-orang tertentu pada masyarakat dapat menghasilkan karya sastra, sedangkan orang lain dalam jumlah yang besar dapat menikmati karya sastra itu dengan cara mendengarkan atau membacanya. karena karya sastra dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, langsung diucapkan atau lisan, lewat radio, majalah, buku, dan sebagainya.

Bahasa, baik lisan maupun tulisan, merupakan bahan pokok karya sastra. Dengan perkataan lain, karya sastra mengandung kumpulan dari bentuk bahasa yang digunakan dalam berbagai pola yang sistematis. untuk menyampaikan segala ide atau gagasan. Jadi, karya sastra itu adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya.

Dalam proses penciptaan suatu karya sastra, pengarang tidak hanya mengekspresikan apa yang ada pada jiwa mereka ke dalam suatu karya sastra, tetapi diperlukan kemampuan pendidikan yang mapan dan kejelian dalam menganalisis serta memasukkan ilmu lainnya, seperti psikologi, filsafat, antropologi, sosiologi, dan lain-lain. Dengan pendidikan yang mapan dan kejelian menganalisis serta memasukkan pengetahuan lainnya ke dalam suatu hasil karya sastra, karya sastra tersebut terasa bermanfaat di samping mempunyai unsur kenikmatan.


(21)

Hubungan sastra dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi sangat dekat. Hal ini karena sastra dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan tersebut mempunyai objek yang sama yaitu manusia yang mencakup lingkungan dan kehidupannya. Darma (1983 : 52) mengemukakan bahwa, “Sastra sebenarnya pengungkapan masalah hidup, filsafat dan ilmu jiwa. Pengarang adalah ahli ilmu jiwa dan filsafat yang mengungkapkan masalah hidup, kejiwaan, dan filsafat melalui tulisan sastra”.

Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana eratnya hubungan jiwa pengarang dalam melukiskan karya sastra sebagai dorongan dari jiwanya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa karya sastra diperkaya atau berisikan nilai-nilai kehidupan serta pengalaman manusia.

2.2 Bahasa sebagai Media Karya Sastra

Setiap karya seni mempunyai fungsi sosial, tetapi setiap karya seni itu tidak sama nilai fungsi sosialnya. Di antara beberapa hasil karya seni, karya sastralah yang mempunyai fungsi sosial yang lebih besar karena dengan menggunakan medium bahasa, sastra dapat lebih banyak dan lebih leluasa mengungkapkan atau mengekspresikan nilai-nilai yang bermanfaat bagi penyempurnaan kehidupan manusia.

Bahasa dalam kesusastraan seperti juga dalam bidang yang lain adalah media berhubungan antara sesama anggota masyarakat dalam kegiatan sosial dan


(22)

kebudayaan, tetapi gaya bahasa dalam kesusastraan berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Sekalipun demikian, penggunaan bahasa dalam sastra sendiri pun mempunyai perbedaan. Oleh karena itu, sastra tidaknya sebuah hasil tulisan sangat tergantung pada kemampuan pengarang menggunakan bahasa, tetapi bukan berarti isi dan pesan tidak diperhatikan.

Bahasa yang baik dan mampu membangun karya sastra adalah bahasa yang matang, dan mempunyai makna. Kelenturan bahasa dieksploitasi oleh pengarang sedemikian rupa dan seluas mungkin, seperti memilih kalimat, diksi, dan ungkapan yang khusus, pemakaian bahasa kias seperti tamsil, metafora, dan lain-lain untuk mencapai suatu kesan sensitif dan kehaluasan rasa.

Dasar penggunana bahasa dalam karya sastra bukan sekedar kata itu mengusik dan meninggalkan kesan kepada pembaca. Nilai konotasi yang lebih luas dari pengertian denotasi amat penting. Setiap karya yang dipilih boleh diasosiasikan kepada berbagai daerah. Oleh sebab itulah, dalam karya sastra tidak ada pengertian yang sama bila ditinjau dari sudut kesan sensitivitias, dari sudut bunyi, lambang. Setiap pilihan kata mempunyai pengertian tersendiri, misalnya kata cantik, molek, bagus, baik, anggun, indah, dari sudut denotasi mungkin artinya sama, tetapi kesan kata-kata ini berbeda.

Sebagiamana telah dikemukakan di atas, cerita hikayat Putri Merak Jingga berasal dari daerah Sumatera Utara yang kemudian di translit oleh Rosmawati R.


(23)

ke dalam bahasa Indonesia. Secara umum keseluruhan hikayat ini dapat dipahami isinya karena bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Indonesia,

.

2.3Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa latin, yaitu psyche berarti jiwa dan logos artinya ilmu. Dengan demikian psikologi dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ilmu jiwa.

Jiwa sebagai objek dari psikologi tidak dapat dilihat, diraba, atau disentuh. Jiwa adalah sesuatu yang abstrak, hanya dapat diobservasi melalui hasil yang ditimbulkannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku dan aktivitas lainnya sebab tingkah laku mempunyai arti yang lebih nyata daripada jiwa karena itu lebih mudah untuk dipelajari. Melalui tingkah laku, pribadi sesorang dapat terungkap dengan mudah, cara makan, berjalan, berbicara, menangis, dan sebagainya merupakan suatu perbuatan terbuka sedangkan perbuatan tertutup dapat dilihat dari tingkah lakunya seperti berpikir, takut, dan lain-lain.

Tingkah laku dalam psikologi bukan hanya yang nyata tetapi meliputi eksistensi yaitu perpanjangan tingkah laku nyata. Tanda – tanda akan tampak pada tubuh sebagai akibat terlalu sering tingkah laku atau kebiasaan tersebut dilakukan. Seperti halnya seorang periang dan sering tertawa akan meninggalkan tanda - tanda di wajahnya dan kita dapat langsung menilai orang tersebut. Efek - efek permanen memungkinkan seorang psikolog mampu mempelajari jiwa manusia melalui tingkah lakunya..Suatu prinsip yang bagaimanapun adalah mutlak dalam psikologi yaitu bahwa tingkah laku


(24)

merupakan ekspresi dari jiwa. Karena itu ekspresi mempunyai peranan yang penting dalam psikologi sekalipun patut diketahui bahwa tidak semua yang terdapat dalam jiwa diekspresikan dalam tingkah laku.

Aminuddin ( 1990 : 49 ) menyatakan bahwa :

…….. ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan perbuatan individu semua berbentuk dorongan da ( impulsum : dorongan, tolakan, rangsangan, rasa ). Dalam diri manusia yang menyebabkan timbulnya macam – macam aktifitas fisik dan psikis dijelaskan oleh psikologis.

Secara umum psikologi mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Dengan semakin kompleksnya masyarakat. Maka psikologi memegang peranan yang penting dalam memecahkan masalah manusia. Para ahli psikologi para ahli psikologi menaruh perhatian terhadap segala masalah yang beraneka ragam. Namun yang jelas disiplin ilmu psikologi mempelajari tindak tanduk atau tingkah laku manusia di mana pun berada. Tingkah laku tersebut merupakan hasil perpadanan yang dipadatkan oleh tiap – tiap individu dengan lingkungan dan keinginannya. Artinya tingkah laku itu lahir berdasarkan pertimbangan – pertimbangan yang dialami dalam kehidupan, kemudian dicetuskan dalam sikap – sikap yang sesuai dengan norma atau adat istiadat di mana individu tersebut dilahirkan.

Psikologi pada pokoknya menyibukkan diri dalam masalah aktifitas phisikis seperti membenci, mencintai, menanggapi, berbicara,dan penampilan diri, emosi – emosi yang terdapat dalam bentuk tangis dan senyum. Misalnya jika seorang mencintai orang lain tentu saja rasa itu diungkapkan dalam bentuk kasih sayang dan penuh perhatian terhadap orang dicintai. Tetapi seseorang membenci orang


(25)

lain hal tersebut juga dap[at kelihatan dari tingkah lakunya apakah rasa bencinya itu disebabkan karena rasa iri, kurang senang, dan sebagai berikut.

Jadi psikologis menyelidiki kepribadian individu dalam bentuk tingkah laku dan penyesuaian dirinya dengan linkungan, dan sekaligus hubungan timbal balik dengan sesamanya, dengan perincian :

1. Ilmu pengetahuan yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan metode – metode tertentu yang bersifat ilmu. Sedangkan psikologis disamping ilmu yang merupakn seni karna dalam penerapannya dalam kehidupan manusia diperlukan keterampilan dan kreatifitas tersendiri. 2. Tingkah laku dan kegiatan mempunyai arti konkrit yang dapat diamati dengan

panca indra, sehingga tingkah laku mudah dikenal dan mudah dipelajari. 3. Lingkungan yaitu tempat manusia hidup, berinteraksi, menyesuaikan diri, dan

mengembangkan dirinya. Indvidu menerima pengaruh dari lingkungan, memberi tanggapan, mencontoh dan belajar berbagai hal dari lingkungan.

Pendapat Aminuddin di atas menunjukkan bahwa mempelajari jiwa manusia harus dilihat dari tingkah - laku dan perbuatan individu yang berdasarkan tingkah lakunya sehari-hari.

2.4 Pendekatan Psikologis

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas peristiwa perilaku yang beragam. Bila


(26)

ingin melihat dan mengenal manusia dalam hal ini tokoh-tokoh cerita hikayat Putri Merak Jingga. lebih dalam diperlukan psikologi.

Penjelasan ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih lanjut tentang seluk-beluk manusia yang unik merupakan sesuatu yang merangsang dan sangat menarik. Banyak penulis dan peneliti sastra yang mendalami masalah psikologi untuk dapat memahami karya sastra dengan bantuan psikologi.

Para tokoh psikologi memberikan inspirasi untuk pemecahan misteri tingkah laku manusia melalui teori-teori psikologi. Di antaranya adalah teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Freud, Freudlah yang secara langsung berbicara tentang proses penciptaan seni sebagai akibat tekanan dan timbunan masalah di alam bawah sadar yang kemudian disublimasikan ke dalam bentuk penciptaan karya seni.

Teori-teori mengenai psikologi sastra terus berkembang seiring dengan berjalanya waktu Reokhan dalam Aminuddin (1990 : 89) mengatakan bahwa,

………Psikologi sastra sebagai salah satu disiplin ilmu ditopang oleh tiga pendekatan studi, yaitu (1) pendekatan ekspresif, yang mengkaji asepek psikologis penulis dalam proses kreatif yang terproyeksi lewat karya ciptaanya, (2) pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra dan (3) pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek psikologis pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatiknya serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra tersebut.

Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pendekatan tekstual yaitu mengkaji aspek psikologis sang tokoh dalam karya sastra. Sebagai salah satu


(27)

pendekatan dalam studi psikologis sastra pendekatan tekstual pada mulanya hanya bertumpu pada pendekatan psikologi dalam atau psikologi analisis yang dikembangkan Freud. Sekarang pendekatan tekstual tidak hanya bertumpu pada pendekatan psikologi analisis, tetapi juga pendekatan-pendekatan psikologi yang lain seperti pendekatan psikologi kognitif, behavioral dan pendekatan eksistensial.

Pendekatan psikologis kognitif beranggapan kepribadian manusia dibentuk oleh faktor agen internal atau pembawaan. Pendekatan psikologis behavioral berpijak pada anggapan bahwa kepribadian manusia adalah hasil bentukan dari lingkungan tempat ia berada. Pendekatan psikologis eksistensial menegaskan bahwa manusia membentuk dirinya sendiri dalam pola jalan hidup yang dipilihnya sendiri.

Jadi, dari uraian di atas dapat diketahui begitu luasnya materi psikologis sastra. Dalam pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan tekstual dengan teori behavioral. Pendekatan behavioral. mengabaikan faktor pembawaan lahir seperti, kecerdasan, bakat, insting, dan lain-lain. Dengan kata lain manusia dianggap sebagai produk lingkungan. Manusia menjadi jahat, beriman, penurut, berpandangan luas atau kolot adalah hasil dari bentukan lingkunganya. Berdasarkan hal ini, perilaku manusia disebut sebagai respon yang akan muncul kalau ada stimulus tertentu yang berasal dari lingkunganya. Perilaku manusia


(28)

selalu dipandang dalam bentuk hubungan stimulus dan respon atau stimulus respon. Mengenal pendekatan behavioral lebih lanjut Roekhan dalam

Aminuddin (1990 : 96) mengatakan bahwa :

……Untuk menerapkan pendekatan bahavioral dalam studi sastra, haruslah dilakukan dengan mengikuti tahapan berikut :

(1)Mencari dan menentukan tokoh cerita yang akan dikaji

(2)Menelusuri perkembangan karakter sang tokoh yang dikaji. Penelusuran ini dapat dilakukan terhadap (a) lakukan sang tokoh (b) dialog sang tokoh (c) pemikiran sang tokoh.

(3)Mengidentifikasi perilaku sang tokoh dan mendeksripsikan serta mengklasifikasikanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui macam-macam perilaku yang telah ditujukan oleh sang tokoh sebagai landasan untuk mengindentifikasi lingkungan yang telah membentuk perilakunya.

(4)Menghubungkan perilaku yang muncul dengan lingkungan yang melatarinya.

2.5 Hubungan Sastra Dengan Psikologi

Karya sastra merupakan produk dari suatu keadaan kejiwaan dan pemikiran pengarang yang berada dalam situasi setengah atau subcooncius. Setelah mendapat bentuk yang jelas dituangkan ke dalam, bentuk tertentu secara sadar dalam bentuk penciptaan karya sastra. Jadi, proses penciptaan karya sastra terjadi dalam dua tahap, tahap pertama dalam bentuk meramu gagasan dalam situasi imajinatif dan abstrak kemudian dipindahkan ke dalam tahap kedua yaitu penulisan karya yang sifatnya mengongkritkan apa yang sebelumnya dalam bentuk abstrak.

Freud dengan teori psikoanalisisnya menggambarkan bahwa pengarang dalam menciptakan suatu karya sastra diserang oleh penyakit jiwa yang


(29)

dinamakan neurosis. Bukan hanya itu saja, bahkan kadang-kadang sampai pada tahap psikosis seperti sakit saraf dan mental yang membuatnya berada dalam kondisi sebagai tertekan (bukan berarti gila), berkeluh kesah akibat ide dan gagasan yang menggelora serta menghendaki agar disublimasikan atau disalurkan dalam bentuk penciptaan yaitu karya sastra. Oleh karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masalah penciptaan yang diikuti oleh berbagai macam masalah kejiwaan maka untuk menggunakan pendekatan psikologis ini harus melalui dukungan psikolgi. Pengetahuan psikologi yang minim tentu saja akan mempersulit pemahaman ataupun pemakaian pendekatan psikologis.

Sastra sebagai gejala kejiwaan di dalamya terkandung fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra (teks sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologis. Hal ini tentu dapat kita terima karena antara sastra dengan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional.

Tidak langsung artinya hubungan itu ada karena baik sastra maupun psikologi kebetulan memiliki tempat berangkat yang sama yaitu kejiwaan manusia secara mendalam. Hasil penangkapan itu setelah mengalami proses pengolahan diungkapkan dalam bentuk sebuah karya sastra. Perbedaanya adalah pengarang mengemukakanya dalam bentuk formulasi penelitian psikologi. Dengan demikian tidaklah mengada-ada kalau antara sastra dan psikologi dapat dilakukan kajian lintas disiplin ilmu.


(30)

Psikologi dan karya sastra memiliki hubungan fungsional, yakni sama-sama berguna untuk sarana mempelajari keadaan kejiwaan orang lain. Perbedaanya gejala kejiwaan yang ada dalam karya sastra adalah gejala-gejala kejiwaan dari manusia imajiner sedangkan dalam psikologis manusia dalam dunia nyata. Sekalipun demikian kedunya dapat saling melengkapi dan saling mengisi untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap kejiwaan manusia karena mungkin saja apa yang teruangkap oleh pengarang tidak mampu diamati oleh psikolog atau bahkan sebaliknya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa karya sastra sebenarnya tidak dapat dilepaskan oleh penganut paham-paham strukturalisme tradisional. Mereka menganggap bahwa karya sastra itu bersifat otonom lepas sama sekali dari penulisnya, padahal antara keduanya terdapat hubungan kausalitas atau sebab-akibat yaitu karya sastra merupakan hasil kreativitas pengarangnya tidak mungkin lahir tanpa ada penulis sebagai penuturnya. Itulah sebabnya keterangan tentang psikologi pengaran sangat bermanfaat bagi kejiwaan psikologis sastra, khususnya dalam kajian psikologis pengarang.

Dalam penelitian ini tidak menyinggung sedikit pun tentang apa dan siapa pengarang cerita hikayat Putri Merak Jingga karena setiap hasil karya sastra lama memang bersifat anonim maksudnya pengarang tidak mencantumkan namanya. Lagi pula analsiis ini bukanlah mengenai analisis pengarang melainkan analisis


(31)

psikologi terhadap tokoh. Jadi, yang dianalisis tentu saja para tokoh yang berperan di dalam karya sastra tersebut.

Karya sastra yang bermutu menurut pandangan pendekatan psikologis adalah karya sastra yang mampu menggambarkan kekalutan dan kekacauan batin manusia karena hakekat kehidupan manusia itu adalah perjuangan menghadapi kekalutan batinya sendiri. Perilaku yang tampak dalam kehidupan diri mereka masing-masing. Apa yang diperhatikan belum tentu sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi dalam dirinya karena manusia sering berusaha menutupinya. Kejujuran, kecintaan, kemunafikan, dan lain-lain berada dalam batin masing-masing yang terkadang terlihat gejalanya dari luar dan kadang-kadang tidak. Oleh sebab itu, kajian tentang dan tokoh harus ditekannya pada aspek kejiwaan dan tentu saja tidak lepas dari teori psikologi.


(32)

BAB III

STRUKTUR CERITA PUTRI MERAK JINGGA

3.1 Sinopsis

Alkisah, dikota teluk belanga terdapat saru kerajaan bernama kerajaan petani. raja tersebut mempunyai dua orang putra bernama Putra Bandar Sakti yang perkasa dan Putri Merak Jingga yang elok rupawan, kawan karib Putra Bandar Sakti bernama Alang Jermal, pemuda itu dicintai oleh Putri Merak Jingga.

Pada suatu hari Putra Bandar Sakti berkata kepada sahabatnya itu bahwa ia menginginkan seekor ikan yang paling enak dan belum diketahui oleh siapapun. Permintaan itu sebenarnya bersal dari adiknya, merak jingga. Sebagai kawan yang setia kepada junjungannya, Alang Jermal segera pergi mencari ikan itu. sebagai anak pawang ikan, ia mengetahui seluk beluk laut. Akhirnya, dengan susah payah, ia berhasil menaklukan jin laut yang menjelma sebagai orang tua. Berkat bantuan orang tua itu, Alang Jermal memperoleh ikan yang diidamkan oleh merak jingga, kekasihnya.

Sementara itu, dikerajaan masyarakat heboh memperbincangkan kepergian Alang Jermal, bahkan putri raja menjadi sakit karenanya. Ia berangsur sembuh dan berbahagia ketika pemuda kekasihnya itu datang dan bercerita tentang


(33)

kepergiannya mecari ikan itu. Karena kebahagiannya itu, memancarlah sinar terang dari paras putri merak jingga hingga ke negeri tiongkok. Maharaja Hwa Loan. Untunglah merak jingga berhasil diselamatkan dari cengkraman raja tiongkok yang menjelma menjadi seekor naga besar itu.

Akhirnya, Alang Jermal berhsil mempersunting Putri Merak Jingga. Sang putri sangat terkejut ketika menyaksikan ikan yang didambakannya itu ternyata mirip dengan wajah Alang Jermal, dia jatuh pingsan dan ternyata saat itu sang putri sedang hamil. Ia melahirkan tujuh orang anak perempuan yang cantik – cantik bernama (1) Putri Sri Kuning (2); Putri Sri Putih (3); Putri Biru Suci (4); Putri Merah Lembayung (5); Putri Merah Hijau (6); Puti Sri Merah (7); Putri Merak Hijau.

3.2 Tema dan Amanat

Tema adalah gagasan, ide atau pikiran yang mendasari suatu karya sastra. Tema sebuah karya sastra bisa saja tentang kehidupan, alam sekitar, dan segala hal yang mungkin terjadi di sekitar kita. Pengarang harus peka pada perubahan yang terjadi di sekitarnya dan menanggapi perubahan tersebut. Selanjutnya hasil pengamatannya itu dituangkan dalam sebuah karya sastra.

Setiap karya sastra mempunyai tema tersendiri. Tema merupakan unsur yang terpenting dalam mewujudkan sebuah karya sastra karena mencari arti sebuah karya sastra pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung dalam


(34)

karya sastra tersebut. Tema akan kita jumpai dalam bentuk tersurat, tetapi tidak jarang juga dalam bentuk tersirat. Dalam hal ini pengarang tidak menyatakan secara jelas tema karangannya, tetapi tema itu menyatu dalam unsur-unsur karangan tersebut.

Setiap cerita dalam karya sastra mengandung satu tema untuk dikemukakan atau ditonjolkan, baik itu mengenai lingkungan, falsafah hidup, agama, dan pekerjaan si pengarang. Sumardjo (1991:56) mengatakan bahwa,

…. Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar tentang kehidupan ini.

Dari pendapat diatas kita ketahui bahwa pengarang bukan saja sekedar ingin menyampaikan sebuah cerita dengan tujuan hendak bercerita saja. Ada sesuatu yang disembunyikannya dalam suatu cerita atau ada suatu konsep sentral yang dikembangkan dalam cerita itu. Pengarang menyajikan cerita itu karena ia hendak mengemukakan suatu gagasan ataupun idenya. Gagasan atau ide yang mendasari suatu cerita itu lebih penting daripada sekedar bacaan hiburan.

Tema cerita ”Putri Merak Jingga” di analisis oleh Rosmawati R. dkk. ( 1990 : 10 ) adalah percintaan dua remaja yang penuh tantangan. Dikatakan demikian karena tokoh merak jingga sangat setia kepada kekasihnya alang jermal. demikian pula Alang Jermal. Dengan susah payah, ia memperoleh ikan yang diidamkan kekasihnya itu. Kejadian yang lebih memberatkan hatinya ialah


(35)

ketika kekasihnya Putri Merak Jingga akan dibawa lari oleh raja tiongkok yang sakti. Pemuda itu mengerahkan seluruh jiwa raganya untuk merebut kembali kekasihnya. Demikian pula usaha Putri Merak Jingga yang dengan tabah dan berani dan beruasaha meloloskan diri dari cengkraman raja tiongkok yang menjelma lenjadi seekor naga besar. Kegigihan kedua tokoh yang berkasih kasihan itu patut menjadi contoh, menyiratkan makna bahwa cinta memang memerlukan pengorbanan yang cukup besar. Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan perjuangan kedua tokoh itu dalam melawan kekejaman Raja Hwa Loan.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal terpaksa membawa keranda kaca itu terjun kedasar laut. Sesampainya di dasar laut alang jermal berseru kepada jin laut, “ oh, nenek jiin laut bantulah kami memusnahkan musuh kami itu. Seketika itu juga turunlah badai diiringi petir dan gelombang laut yang besar melihat kejadian itu. Hwa loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya hai raja – raja diraja dewa dilangit, jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas mendengar suara yang menggeledek itu tiba – tiba Putri Merak Jingga teringat kepada ayahnya dan minta tolong kepada alang jermal agar mencari ayahnya sampai dapat. ( Putri Merak Jingga, hlm.72 )

Demikianlah kisah petualangan dua muda – mudi dalam usaha mengukuhkan pertalian cintanya. Ditengah kemelut putri merak jingga masih


(36)

teringat keselamatan ayahnya. Ternyata raja menemui ajalnya dalam peperangan melawan raja tiongkok itu. Akhirnya,alang jermal berhasil mempersunting Putri Merak Jingga dan menggantikan kedudukan ayah mertuanya sebagai raja di kota teluk belanga.

Setelah mengamati petualangan kedua tokoh dalam cerita itu tersirat bahwa pengarang berusaha menyampaikan pesannya kepada pembaca tentang perjuangan hidup dan usaha manusia dalam mencapai cita – cita yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Barang siapa yang mau berjuang keras, dialah yang berhak memperoleh kebahagian di masa mendatang.

3.3 Alur

Alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan berperan dalam peristiwa itu semuanya terikat dalam suatu kesatuan waktu. Semi (1988:44) menjelaskan alur sebagai berikut :

… Pada umumnya alur cerita rekaan terdiri atas :

1. Alur buka, yaitu situasi mulai terbentang sebagai suatu kondisi permulaan yang akan dilanjutkan dengan kondisi berikutnya

2. Alur tengah, yaitu kondisi mulai bertindak ke arah kondisi yang mulai memuncak


(37)

3. Alur maju, yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks peristiwa 4. Alur tutup, yaitu kondisi memuncak sebelumnya mulai menampakkan

pemecahan atau penyelesaian.

Cerita Putri Merak Jingga disampaikan dengan alur maju. Pengarang menyampaikan beberapa klimaks pada alur tersebut sehingga cerita tampak hidup. Pokok permasalahan yang disampaikan dalam alur dan beberapa klimaksnya antara lain keajaiban alam yang dapat menjadikan cerita itu memiliki alur cerita yang baik. Misalnya dalam peristiwa yang pertama ketika Alang Jermal pergi mencari ikan yang di idamkan oleh Putri Merak Jingga. Pemuda itu meninggalkan kekasihnya karena mendapat perintah dari bidadari laut yang memberi ikan kepadanya itu agar tinggal di laut selama dua kali musim ikan termenung. Kepergian Alang Jermal mengakibatkan Putri Merak Jingga sakit.

Pada alur berikutnya cerita mulai menegang, yakni ketika putri jatuh sakit. Datuk Tapa yang menginginkan Merak Jingga sebagai istrinya mencoba mengobati putri raja dengan menyamar sebagai dukun. Tetapi, hanya Alang Jermal seorang yang berhasil menyembuhkan penyakit putri raja tersebut, yakni dengan bercerita tentang perjalanannya ketika pemuda itu mencari ikan yang diidamkan putri.

Kesembuhan dan kebahagiaan putri memancarkan sinar terang hingga ke negeri Tiongkok. Peristiwa inilah yang mengakibatkan alur cerita menegang


(38)

karena Raja Tiongkok yang bernama Hwa Loan itu ternyata jatuh cinta kepada Merak Jingga.

Raja Tiongkok berhasil mendapatkan Merak Jingga berkat bantuan Datuk Tapa. Raja Hwa Loan menjelma menjadi seekor naga ketika usahanya untuk dapat membawa lari Merak Jingga hampir gagal. Merak Jingga pun masuk ke perut naga tersebut. Dan Alang Jermal berhasil mengeluarkan Merak Jingga dari keranda dan berhasil lolos dari tubuh ular tersebut.

Akhir cerita, sang putri dan Alang Jermal hidup berbahagia. Cerita tersebut memiliki alur lurus yang tersusun maju dan berurutan, yakni dimulai dari perkenalan dan pertautan para tokoh, kemudian memuncak dengan menampilkan beberapa pertikaian, hingga sampai kepada klimaks cerita ketika raja dan anak sulungnya, Putra Bandar Sakti, gugur dalam pertempuran dengan Raja Tiongkok, dan akhirnya Putri Merak Jingga dan Alang Jermal bertemu kembali.

3.4 Tokoh / Watak

Dalam cerita Putri Merak Jingga terdapat tokoh watak yang bernama Alang Jermal, Putri Merak Jingga dan Raja Hwa Loan. Kedua tokoh Alang Jermal dan Putri Merak Jingga saling mecintai. Namun, Putri Merak Jingga dan Alang Jermal harus berjuang keras dalam mewujudkan cintanya. Karena Raja Tiongkok yang sakti dan terkenal kejam itu mencintai gadis tersebut, sehingga


(39)

terjadilah pertikaian antara Raja Hwa Loan dengan Alang Jermal dan mengakibatkan korban. Kerajaan Petani hancur dan raja bersama kakak Putri Merak Jingga tewas dibunuh Raja Tiongkok. Kisah yang tragis itu menyiratkan betapa kuatnya jiwa kedua pemuda dan pemudi yang sedang jatuh cinta. Berkat kebaikan masyarakat setempat, kerajaan dapat dibangun kembali oleh Alang Jermal bersama istrinya Putri Merak Jingga.

1. Alang Jermal

Alang Jermal, sebagai kekasih putri raja, sangat setia dan gigih dalam memperjuagkan cita-citanya. Sebagai seorang kesatria, ia berusaha keras menyelamatkan kekasihnya, Putri Merak Jingga, dari tangan Raja Tiongkok.

2. Putri Merak Jingga

Putri Merak Jingga, sebagai putri raja yang cantik jelita, sangat setia dan bersedia mengorbankan jiwa raganya demi cintanya kepada Alang Jermal. Hal itu terjadi ketika seorang raja perkasa bernama Hwa Loan dari Kerajaan Tiongkok mencoba melamar dirinya dengan cara yang baik-baik dan dengan kekerasan. Berkat keteguhan hati putri raja, akhirnya Raja Hwa Loan mundur. Ayahandanya, Raja Tua Sakti Perkasa, dan kakaknya, Tuanku Putra Bandar Sakti, gugur dalam pertempuran melawan Raja Tiongkok tersebut. Kematian keluarga Putri Merak Jingga merupakan pengorbanan yang mahabesar bagi putri raja yang sedang dalam perjuangan mempertahankan cintanya kepada Alang Jermal.


(40)

3. Raja Hwa loan

Tokoh ini juga seorang yang tamak dan kejam. Dia ingin mempersunting dengan kekerasan.

Peristiwa demi peristiwa menyiratkan bahwa tokoh yang ada dalam cerita mempunyai watak baik dan buruk. Tokoh baik Pada pihak Alang Jermal, Sedangkan pada pihak tokoh Raja Hwa Loan, Merupakan tokoh buruk. Uraian tersebut menunjukkan bahwa perwatakan tokoh sangat jelas, yakni antara tokoh baik dan tokoh buruk yang bertikai memperebutkan seorang putri bernama Merak Jingga.

4. Raja Tua Sakti

Raja tua Sakti adalah raja yang menguasai atau memimpin kerajaan petani, Raja tua Sakti bersama permaisurinya adalah gambaran pribadi, pimpinan yang disenangi rakyat, raja yang selalu memikirkan kesejahteraan negara dan rakyatnya. Wajarlah jika semua rakyatnya dengan bangga dan giat bekerja dengan pengharapan penuh akan hari yang lebih cerah.

Raja dan rakyat sama-sama manusia biasa, sama-sama punya jantung / hati, punya rasa yang sama, yang tahu manusia dan pahit, yang mengerti senang dan susah. Raja yang mulia ialah dia yang senantiasa lekat dihati rakyatnya, yang rakyatnya sendiri rela mati berkalang-kalang tanah demi membela dan mempertahankan rajanya dengan ikhlas rela menderma buktikan semua yang ada padanya demi kesejahteraan negerinya.


(41)

5. Putra Bandar Sakti

Tuanku Bandar Sakti kakak dari Puteri Merak Jingga tokoh Tuanku Bandar Sakti, tidak bertingkah sombong, walaupun dia anak seorang raja, bahkan ia sangat disenangi oleh masyarakat kerajaan petani. Tuanku Bandar Sakti gugur dalam pertempuran melawan raja Tiongkok, untuk menyelamatkan adiknya Puteri Merak Jingga dan negerinya yang sangat ia cintai.

Tokoh ini mempunyai sifat yang rendah hati, tidak somobong, patuh kepada kedua orang tuanya dan rela berkorban demi negerinya yang ia banggakan

3.5 Latar

Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, menyaran kepada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya pristiwa – pristiwa yang diceritakan ( Nurgiyantoro, 201:218 ). Latar memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah – olah ada dan terjadi. Pembaca, ddengan demikian merasa diperlukan untuk mengoperasikan daya imajinasi nya di samping memungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan tentang latar. Membaca dapat merasakan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga merasa lebih akrab. Pembaca seolah – olah merasa menemukan dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi bagian dirinya, hal ini akan terjadi


(42)

jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakan dalam cerita.

Menurut Nurgiyantoro ( 2001 : 227 ) unsur latar dapat dibedakan kedalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, sosial, ketiga unsur itu walau masing – masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Ketiga unsur latar tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Latar tempat, latar ini menyarankan pada lokasi terjadinya pristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang dipergunkan mungkin berupa tempat – tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat - tempat yang bernama adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata misalnya pantai, hutan, desa, kota, kamar, ruangan, dan lain lain.

2) Latar waktu, latar ini berhubungan dengan masalah “ kapan” terjadinya pristiwa – pristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra masalah, “kapan’ tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya dengan pristiwa sejarah. Pengetahuan tentang persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba masuk kedalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya berasal dari


(43)

3) Latar sosial, latar ini menyarankan pada hal – hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Dia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain lain.

Setelah penulis membaca dan memahami cerita Putri Merak Jingga. maka latar yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai berikut :

1) Latar tempat : yang ada dalam cerita Putri Merak Jingga adalah laut, istana dan khayangan. Latar tempat laut merupakan dimana Alang Jermal dan Putra Bandar Sakti berada di laut. Putra Bandar Sakti meminta Alang Jermal mencari ikan yang paling enak di dunia. Latar tempat istana merupakan tempat tinggal Raja Tua Sakti dan kedua anaknya Putri Merak Jingga dan Putra Bandar Sakti, sedangakan latar tempat khayangan merupakan dimana Alang Jermal meminta ikan kepada Ratu Bidadari Laut yang berada di khayangan.

2) Latar waktu : dalam cerita Putri Merak Jingga adalah suatu hari, setiap malam, dan keesokan harinya. Latar waktu suatu hari, menceritakan


(44)

3) Latar sosial : dalam cerita Putri Merak jingga menceritakan status sosial tentang Raja Tua Sakti sebagai pemimpin yang bijaksana dan menjadikan kerajaannya tentram dan damai.

3.6 Nilai Budaya

Berikut ini akan dipaparkan beberapa nilai budaya yang tersirat dalam cerita Putri Merak Jingga.

(1) Rela Berkorban demi cinta

Nilai Budaya pengabdian atau rela berkorban kepada raja tampak menonjol dalam cerita Putri Merak Jingga. Perilaku tersebut tercermin pada sikap seorang pemuda bernama Alang Jermal, putra Panglima Kerajaan Petani.

Pemuda tersebut kebetulan menjadi kawan karib putra raja bernama Putra Bandar Sakti, sekaligus kekasih putri raja bernama Putri Merak Jingga. Suatu ketika, Alang Jermal mendapat perintah dari Putra Bandar Sakti untuk mencari ikan yang paling enak di dasar laut. Karena patuh dan rela berkorban, ia menjalankan tugas itu dengan senang hati. Alang Jermal juga mengetahui bahwa


(45)

yang menginginkan ikan itu adalah kekasihnya Putri Merak Jingga. Sebagai seorang pemuda, ia ingin mewujudkan cita-cita kekasihnya untuk mendapatkan ikan yang paling enak di dunia. Perhatkan kutipan berikut ini yang menyiratkan besarnya rasa pengabdian dan rasa cintanya kepada Putri Merak Jingga

Pada suatu hari ketika mereka bermain di tengah laut, Putra Bandar Sakti berkata kepada sahabatnya Alang Jermal agar mencarikan ikan yang paling enak di dunia tetapi yang belum pernah diketahui oang. Ratu Bidadari Laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat Alang Jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung (ikan gembung). (PMJ, hlm. 69-70).

Demikianlah pengabdian Alang Jermal kepada junjungannya. Ia tetap melaksanakan tugasnya dengan senang hati meskipun pencarian ikan itu sangat menyulitkan dirinya. Akhirnya, ia berhasil memperoleh ikan itu dan mempersembahkan kepada putri raja.

(2) Kesetiaan

Kesetiaan Putri Merak Jingga terhadap kekasihnya, Alang Jermal, menyulitkan dirinya bahkan seluruh keluarganya, hingga kerajaan itu hancur diserang oleh Raja Tiongkok. Hal itu terlihat dalam adegan ketika Putri Merak Jingga menolak pinangan Raja Hwa Loan yang juga menginginkan dirinya sebagai istrinya. Akibat penolakan pinangannya itu, orang tua dan kakaknya tewas dan kerajaan hancur oleh Hwa Loan. Untunglah Alang Jermal segera datang menyelamatkan kekasihnya itu.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal terpaksa membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut. Alang Jermal berhasil menjumpai Ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan naga jelmaan maha raja Hwa Loan. (PMJ, hlm. 72).


(46)

Kesetiaan dan pengorbanan seorang gadis mutlak diperlukan dalam menjalin cinta. Akhirnya, berkat kesetiaan kedua tokoh itu berhasil meraih cita-cita mereka. Kedua tokoh remaja itu menjadi suami istri dan berbahagia bersama ketujuh orang putrinya.

(3) Membela Kebenaran dan Harga Diri

Nilai budaya membela kebenaran dan harga diri terlihat pada sikap dan perilaku Putra Bandar Sakti sebagai anak raja dan kakak dari Putri Merak Jingga. Sebagai pemuda, ia menuntut bela atas serangan Raja Hwa Loan yang memporak-porandakan Kerajaan Petani ketika marah karena ditolak pinangannya. Peperangan itu mengakibatkan Putra Bandar Sakti tewas, demikian pula raja dan seluruh kerajaan hancur musnah. Kejadian itu menyiratkan adanya kebesaran jiwa Putra Bandar Sakti serta harga diri yang tinggi untuk melindungi keluarganya. Ia tewas di tangan Raja Hwa Loan ketika mencoba menghadang pasukan Tiongkok memasuki istana kerajaan.

Mendengar bahwa lamarannya ditolak oleh Raja Tua Sakti Perkasa maka Maharaja Hwa Loan murka. Segera dikerahkan tentaranya menyerang kembali. Putra Bandar Sakti menghambat musuh yang berusaha memasuki tempat persembunyian Putri Merak Jingga, tetapi akhirnya Putra Bandar Sakti tewas juga. (PMJ, hlm. 72).

Pengorbanan Pemuda itu merupakan usaha seorang pria yang pemberani dan melindungi keluarga hingga titik darah penghabisan. Setelah kejadian itu


(47)

musnah, tinggallah Putri Merak Jingga bersama kekasihnya. Mereka menikah dan membangun kerajaannya kembali,

(4) Kebijaksanaan

Nilai budaya kebijaksanaan mutlak diperlukan bagi setiap pemimpin, apalagi bagi seorang raja. Kecerobohan dan kesewenang-wenangan seperti perilaku Raja Hwa Loan akan merugikan orang lain, yakni Kerajaan Petani di kota Teluk Belanga. Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan kemurkaan Raja Hwa Loan terhadap musuh yang menolak pinangannya.

Sesampainya didasar laut Alang Jermal berseru kepada jin laut. Bantulah kami musnahkan musuh kami itu, seketika itu juga turunlah badai diiringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu maharaja Hwa Loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya. Hai raja dewa di langit jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas. ( PMJ.hal.72 )

Alang Jermal berusaha bertahan dan melindungi putri merak jingga dari serangan Raja Hwa Loan. Tapi kemarahan Hwa Loan tidak terkendali ia menjelma menjadi naga yang paling ganas untuk menumpas musuh yang telah menolak lamarannya itu. Akhirnya Hwa Loan kecewa karena kedua musuhnya itu berhasil lolos.


(48)

BAB IV

ANALISIS PSIKOLOGIS ALANG JERMAL

4.1 Setia

Badudu dan Aminuddin (1994 : 1309) mengartikan setia : 1. Tetap mempertahankan hubungan atau ikatan dengan baik 2. Tetap mempertahankan apa yang telah diucapkan

3. Tetap melaksanakan dengan baik

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 880) mengartikan bahwa : Setia : 1. Patuh, taat

2. Tetap dan teguh (dalam persahabatan, dan sebagainya) 3. Berpegang teguh (alam pendirian, janji dan sebagainya)

4.2 Gigih

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 880) mengartikan bahwa :

Gigih : sanggup dan kuat hati (dalam menghadapi bahaya berani)

Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa setia dan gigih ini adalah sifat-sifat yang tercermin dari lubuk hati yang paling dalam, karena sifat ini tidak dapat dibuat-buat. Jika isfat setia dan gigih ini dibuat-buat maka suatu saat akan muncul ke permukaan. Tetapi jika sifat setia dan tabah ini


(49)

memang sudah menjadi sifatnya maka seberat dan sebesar apapun godaan dan penderitaan yang datang dia akan tetap bertahan dan tabah.

Hal ini dapat kita lihat pada tokoh Alang Jermal sebagai kekasih putri raja, sangat setia dan gigih dalam memperjuangkan cita-citanya. Sebagai seorang kesatria, ia berusaha keras menyelamatkan kekasihnya, dan negeri petani, dari tangan raja Tiongkok. Sedikitpun Alang Jermal tidak takut untuk melakukan perlawanan kepada Raja Cina, Hwa Loan

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan keyangan untuk Putri Merak Jingga. Ia sangat terkejut dan hera melihat istana telah berubah dan ia menjadi lebih terkejut dan heran melihat Putri Merak Jingga terkurung di dalam keranda kaca, tetapi tiba-tiba muncul Maharaja Hwa Loan dengan pedang terhurus. Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar Maharaja Hwa Loan ke luar istana yang kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut. Sesampainya di dasar laut Alang jermal berseru kepada Jin laut, abntulah kami memusnakhkan musuh kami itu ” Seketika itu juag turunlah badai di iringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja Hwan Loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya ”Hai raja di Raja Dewa di Langit jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas. ”Mendengar suara yang menggeledek itu tiba-tiba Putri Merak Jingga teraingat kepada ayahnya sampai dapat.

Alang Jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan jerlmaan Maharaja Hwa Loan. Dengan secepat kilat Alang Jermal berenang sehingga naga itu dapat dikejar, dan sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi-jampi dan tangkal Nenek Jin Laut agar ia dapat bergerak bebas tanpa diketahui Naga Hwa Loan. Ketika ia memasuki perut naga itu, dilihatnya Putri Merak Jingga masih terkurung di dalam keranda kaca. Dan sekonyong-konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika diketahuinya Alang Jermal telah berada di situ untuk menolongnya.

Alang Jermal berusaha membuka dinding keranda kaca itu dengan paksa dan akhirnya setelah dengan cara paksa salah satu dinding terbuka. Setelah Alang Jermal membuka pintu keranda kaca itu lalu Putri Merak Jingga melanjatuhkan


(50)

dirinya ke dalam pelukan Alang Jermal. Mereka sangat bahagia sehingga lupa bahwa mereka berada di dalam perut Naga Hwa Loan.( PMJ.hlm.72 – 73 )

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan khayangan untuk putri merak jingga. Ia sangat terkejut dan heran melihat istana telah berubah dan ia lebih terkejut dan heran melihat putri merak jingga terkurung dalam keranda kaca, tetapi tiba – tiba muncul maharaja hwa loan dengan pedang terhunus. Alang jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar raja hwa loan keluar istana yang kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan putri merak jingga alang jermal terpaksa membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut sesampainya di dasarlaut alang jermal berseru kapada jin laut “ oh, nenek jiin laut bantulah kami memusnahkan musuh kami itu. Seketika itu juga turunlah badai diiringi petir dan gelombang laut yang besar melihat kejadian itu. Hwa loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya hai raja – raja diraja dewa dilangit, jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas mendengar suara yang menggeledek itu tiba – tiba putri merak jingga teringat kepada ayahnya dan minta tolong kepada alang jermal agar mencari ayahnya sampai dapat.

Alang jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan naga jelmaan Raja Hwa Loan dengan secepat kilat Alang Jermal berenang sehingga naga itu dapat dikejarnya, dan


(51)

sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi – jampi dan tangkal nenek jin laut agar ia dapat bergerak bebas tanpa diketaui naga hwa loan ketika ia memasuki perut naga itu dilihatnya Putri Merak Jingga terkurung didalam keranda kaca dan sekonyong – konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika diketahuinya Alang Jermal telah berada disitu untuk menolongnya.

Alang Jermal berusaha membuka dinding keranda kaca itu dengan paksa dan akhirnya setelah dengan cara paksa salah satu dindingnya terbuka. Lalu Putri Merak Jingga menjatuhkan dirinya kepelukan alang jermal. Mereka sangat bahagia sehingga lupa bahwa mereka berada dalam perut naga Hwa Loan. ( PMJ.hlm. 72 – 73 )

4.3 Pembrani

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 350)

Pembrani : 1. Sifat manusia, yang mana didalam diri manusia tersebut mempunyai kesanggupan untuk berbuat, dalam menghadapi halangan dan rintangan.

2. Tangguh dan tidak pernah menyerah

3. Melakukan tindakan dan mempunyai tujuan sehingga dapat membela kebenaran.

Hal ini dapat kita lihat ketika Alang Jermal hendak memenuhi permintaan kekasihnya dan ia Alang Jermal sebagai anak seorang pawang ikan, ia pun pergi


(52)

ke dasar laut untuk mencari ikan yang dikehendaki kekasihnya. Dan Alang Jermal pun berusaha untuk menyelamatkan kekasihnya dari Raja Tiongkok Hwa Loan.

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Pada suatu hari, ketika mereka bermain ditengah laut, putra bandar sakti berkata kepada sahabatnya, alang jermal agar mencari ikan yang paling enak di dunia tetapi yang belum pernah diketahui orang mendengar permintaan temannya itu Alang Jermal pun terjun kedalam laut. Ketika ia sedang asyik mencari ikan tersebut tanpa disadari ia telah memasuki daerah larangan yang dihuni oleh jin laut. Ketika jin laut melihat ada orang yang telah berani memasuki daerahnya ia sangat marah dan berniat hendak membunuh orang tersebut.

Alang Jermal sebagai anak pawang laut segera teringat akan pesan ayahnya, yaitu bahwa jika bulu tengkuk jin laut dipegang maka ia akan lemah sperti cacing mati. Sewaktu Alang Jermal memegang bulu tengkuknya tiba – tiba jin laut berubah jadi orang tua yang sudah uzur. Malihat hal tersebut Alang Jermal lalu menyebutkan tiga macam permintaannya yaitu agar ia dapat bernapas di air, supaya tubuhnya kuat dan kebal, dan sebagai permintaan terakhir adalah ikan yang paling enak di dunia. Permintaan yang pertama dan yang kedua bisa dipenuhi jin laut, tetapi permintaannya yang ketiga tidak bisa dikabulkan karena ikan tersebut berda di dalam ghua bidadari. Alang Jermal dan jin laut tersebut lalu berangkat menuju gua tersebut sesampainya mereka di gua itu jin laut menjelaskan maksud kedatangan mereka kepada ratu bidadari laut. Ratu bidadari laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat alang jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung ( ikan gembung ). ( PMJ.hal.69 – 70 )

4.4 Sabar dan Jujur

Badudu dan Aminuddin (1994 : 1193)

Sabar : 1. Sifat tidak pemarah, tahan menderita, suka menurut dan menerima saja.


(53)

Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa (1990 : 880) mengartikan bahwa , Sabar :

1. Tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati

2. Tenang, tidak tergesa-gesa dan tidak terburu nafsu

Berdasarkan pendapat diatas dapatlah disimpulkan bahwa sabar merupakan suatu sifat yang sangat bagus, seharusnya sifat seperti inilah yang harus dimiliki oleh setiap orang. Sifat sabar dapat menopang hidup kearah yang lebih baik. Semua kegiatan yang dilakukan dengan penuh kesabaran akan menghasilkan buah yang baik.

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Alang Jermal sebagai anak pawang laut segera teringat akan pesan ayahnya, yaitu bahwa jika bulu tengkuk jin laut dipegang maka ia akan lemah seperti cacing mati. Sewaktu Alang Jermal memegang bulu tengkuknya tiba – tiba jin laut berubah jadi orang tua yang sudah uzur. Malihat hal tersebut Alang Jermal lalu menyebutkan tiga macam permintaannya yaitu agar ia dapat bernapas di air, supaya tubuhnya kuat dan kebal, dan sebagai permintaan terakhir adalah ikan yang paling enak di dunia. Permintaan yang pertama dan yang kedua bisa dipenuhi jin laut, tetapi permintaannya yang ketiga tidak bisa dikabulkan karena ikan tersebut berda di dalam ghua bidadari. Alang jermal dan jin laut tersebut lalu berangkat menuju gua tersebut sesampainya mereka di gua itu jin laut menjelaskan maksud kedatangan mereka kepada ratu bidadari laut. Ratu bidadari laut memenuhi permintaan mereka tetapi dengan syarat Alang Jermal harus tinggal di gua itu selama dua kali musim ikan termenung ( ikan gembung ). ( PMJ.hal.70 )


(54)

Demikian pula Alang Jermal yang dengan sabar untuk mendapatkan ikan dan menghadapi rintangan yang menghalanginya, agar mendapatkan hasil yang baik.

Jujur : 1. Sifat yang selalu jujur dan tidak berbohong 2. Memberikan yang terbaik, untuk orang lain

Demikian pula dengan Alang Jermal, mempunyai sifat psikologis yang baik.

Alang Jermal mempunyai sifat psikologis yang baik sabar dan memenuhi janji. Tokoh ini mempunyai sifat jujur, keturunan orang biasa, ia seorang pembrani, tanggung jawab, dan rela berkorban. Dan sebagai kekasih putri raja, sangat setia dan gigih dalam memperjuangkan cita-citanya. Sebagai seorang kesatria, ia berusaha keras menyelamatkan kekasihnya, Putri Merak Jingga dari tangan raja Tiongkok. Dan pada akhirnya Alang Jermal hidup berbahagia dengan kekasihnya Putri Merak Jingga.

4.5 Psikologis Putri Merak Jingga

Putri Merak Jingga, sebagai putri raja yang cantik jelita, ia tidak mempunyai sifat yang tamak. Walaupun banyak godaan terhadap dirinya dan tetap pada pendiriannya dan ia sangat setia dan bersedia mengorbankan jiwa raganya demi cintanya kepada Alang Jermal. Hal itu terjadi, ketika seorang raja perkasa bernama Hwa Loan dari kerajaan Tiongkok, mencoba melamar dirinya dengan cara yang baik-baik dan dengan kekerasan.


(55)

Berkat keteguhan hati putri raja, akhirnya Raja Hwa Loan mundur. Ayahandanya raja Sakti perkasa dan kakanya, Tuanku Putra Bandar Sakti gugur dalam pertempuran melawan raja Tiongkok tersebut

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Sementara itu Alang Jermal dipanggil oleh Putri Merak Jingga untuk bercerita mengenai ikan kayangan tersebut. Alang Jermal menyembunyikan kejadian yang sebenarnya, tetapi titab-tiba ia berhenti bercerita ketika teringat akan pesan Ratu Bidadari laut yang menyuruhnya segera kembali dan akan membawa cerita yangjauh lebih indah lagi. Mendengar janji lang Jermal ia memancarkan ke negeri Tiongkok. Yang pertama sekali melihat cahaya Merak Jinga yang samapi ke negeri Tiongkok itu adalah Maha Raja Hwa Loan. Ia bercenggang dan hatinya tergugah ketika melihat cahaya yang bersinat gemilang-gemilan itu. malam itu juga dikerahkan semua tentara kerajaan untuk mencari dari mana asalnya cahaya tersebut.

Beberapa hari kemudian perwiranya melaprkan bahwa cahaya itu berasal dari wajah seorang putri yang sangat cantik. Mendengar itu timbul hasrat dihatinya untuk melamar putri yang cantik itu. lalu bertolaklah mereka ke arah selatan. Sewaktu mereka berda di Selat Karimata, cahaya itu kelihatan menyinari dari arah abrat lalu sehingga armada itu segera menukar arah haluannya ke tempat asal cahaya itu. tetapi, tiba-tiba awan tebal menutupi laut. Untuk menghindari bahaya taufan armada Hwa Loan berlabuh di Pulau Berhala di empat Datuk Tapa dan Wan tanjung bersembunyi. Tentara Hwa Loan mengatakan maksud pelayaran mereka itu kepada datuk Tapa.

Datuk Tapa yang banyak mengetahui tentang Putri Merak Jingga berjanji sanggup menyerahkan Putri Merak Jingga dengan syarat supaya Maharaja mengangkatnya menjadi raja yang sah di Kerajaan Petani. Dengan gembira Mahraja Hwa Kloan menyutujui usulnya tersebut dan dilantiklah Datuk Tapa dan Wan Tanjung menjadi bangsawan di Tiongkok dengan utama yang baru yaitu Panglima Ta Fa Panglima Tan Yung. Selesai pelantikan tersebut armada Hwa Loan segera bertolak menuju kota Teluk Belanda.

Raja Tua Sakti Perkasa yang mendapat laporan bahwa Datuk tapa datang hendak menyerangnya menyuruh pembesar-pembesar kerajaan agar kota dan istana di bakar seluruhnya. Tidak lama kemudian sampailah Maharaja Hwa Loan ketempat yang dituju. Ia terkejut ketika melihat kota Teluk Belanga telah menjadi alutan lautan api. Namun demikian, pendaratan tentara penggempur terus dilangsungkan dengan serunya. Panglima Ta Fa dan Panglima Tian Yung berusaha mencari tempat persembunyian Putri Merak Jingga di sekitar istana yang terbakar itu. Tiba-tiba munculkah Putra Bandar Sakti di hadapan mereka.


(56)

Dalam pertempuran yang dahsyat itu tewaslah Panglima Ta Fa dan Panglima Tan Yung. Akhirnya kota Teluk Belaga jatuh ke tangan Maharaja Hwa Loan tanpa mendapat serangan balasan.

Pada suatu hari Maharaja Hwa Loan mengupah seorang penduduk menghadap Raja Tua sakti perkasa untuk melamar Putri Merak Jinga, tetapi lamarannya ditolak raja. Mendengar bahwa lamarannya ditolak oleh raja Tua Sakti Perkasa maka Maharaja Hwa Loan menjadi Murka. Segera dikerahkan tentaranya menyerang kembali. Putra Bandar Sakti menghambat musuh yang beruaha memasuki tempat persembunyiannya Putri Merak Jingga, tetapi akhirnya Putra Bandar Sakti tewas juga. Melihat kejadian ini Mahraja Hwa Loan lalu menawan Putri Merak Hinga dan Raja Sakti Perkasa. Putri Merak Jingga dimasukkan ke dalam keranda kaca.

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan keyangan untuk Putri Merak Jingga. Ia sangat terkejut dan hera melihat istana telah berubah dan ia menjadi lebih terkejut dan heran melihat Putri Merak Jingga terkurung di dalam keranda kaca, tetapi tiba-tiba muncul Maharaja Hwa Loan dengan pedang terhurus. Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar Maharaja Hwa Loan ke luar istana yang kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut. Sesampainya di dasar laut Alang jermal berseru kepada Jin laut, abntulah kami memusnakhkan musuh kami itu ” Seketika itu juga turunlah badai di iringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja Hwan Loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya ”Hai raja di Raja Dewa di Langit jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas. ”Mendengar suara yang menggeledek itu tiba-tiba Putri Merak Jingga teraingat kepada ayahnya sampai dapat.

Alang Jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan jerlmaan Maharaja Hwa Loan. Dengan secepat kilat Alang Jermal berenang sehingga naga itu dapat dikejar, dan sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi-jampi dan tangkal Nenek Jin Laut agar dapat bergerak bebas tanpa diketahui Naga Hwa Loan. Ketika ia memasuki perut naga itu, dilihatnya Putri Merak Jingga masih terkurunbg di dalam keranda kaca. Dan sekonyong-konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika diketahuinya Alang Jermal telah berada di situ untuk menolongnya.

Alang Jermal berusaha membuka dinding keranda kaca itu dengan npaksa dan akhirnya setelah dengan cara paksa salah satu dinding terbuka. Setelah Alang Jermal membuka pintu keranda kaca itu lalu Putri Merak Jingga menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Alang Jermal. Mereka sangat bahagia sehingga lupa bahwa mereka berada di dalam perut Naga Hwa Loan. ( PMJ.hlm. 71 - 72 )


(57)

4.6 Psikologis Raja Tua Sakti

Raja tua Sakti adalah raja yang menguasai atau memimpin kerajaan petani, Raja tua Sakti bersama permaisurinya adalah gambaran pribadi, pimpinan yang disenangi rakyat, raja yang selalu memikirkan kesejahteraan negara dan rakyatnya. Wajarlah jika semua rakyatnya dengan bangga dan giat bekerja dengan pengharapan penuh akan hari yang lebih cerah.

Raja dan rakyat sama-sama manusia biasa, sama-sama punya jantung / hati, punya rasa yang sama, yang tahu manusia dan pahit, yang mengerti senang dan susah. Raja yang mulia ialah dia yang senantiasa lekat dihati rakyatnya, yang rakyatnya sendiri rela mati berkalang-kalang tanah demi membela dan mempertahankan rajanya dengan ikhlas rela menderma buktikan semua yang ada padanya demi kesejahteraan negerinya.

Perhatikan kutipan teks cerita sebagai berikut :

Tersebutlah di Pantai Timur Selatan Bagian Utara di sekitar Labuhan Deli sekarng ini, terdapat sebuah kerajaan yang masyhur bernama Kerajaan Petani. Kenapa kejadian itu bernama Petani penulis sendiri kurang maklum adanya. Mungkin juga sebagai menghormati nenek moyang yang dahulunya hidup sebagai petani, atau ada alasan lain yang lebih tepat, kita kurang tahu. Yang jelas ialah bahwa istana yang besar lagi megah itu terletak di tepi laut. Istana yang dibangun dengan tata bangunan yang mengagumkan keindahannya. Dilengkapi dengan anjung permainan Puteri Raja. Bangunan ini tergolong istimewa, karena letaknya yang menjorok kelaut. Dilengkapi pula dengan taman bunga yang sangat memukau kecantikannya. Sungguh sangat menarik dan mempesona apalagi ketika bulan purnama sedang mengambang.

Raja Petani bersama Permaisurinya, adalah gambaran pribadi pemimpin yang disenangi oleh rakyat, raja yang selalu menjunjung tinggi peri keadilan dan kebenaran, raja yang selalu memikirkan kesejahteraan negara dan rakyatnya. Wajarlah jika semua rakyatnya menghormati dirinya dengan sepenuh hati. Para pemuda dengan bangga dan giat bekerja dengan penghargaan penuh akan hari


(58)

depan yagn lebih cerahg, serta gadis-gadisnya yang ceria dengan senyum manis sambil menanti pertemuan jodoh dengan jejaka idaman hati.

Anak-anak yang bersemburan di tepian mandi menghadapakn kasih sayang dari Ayah Bunda yang tercinta. Seorang ibu yang masih mudah bersenandung menghibur anak yang sedang berbaring di dalam ayunan. Angin laut jalan semiulir, dinding teratak yang terbuat dari daun nipah itu menari-mnari meningkah suara ibu yang sedang bermadah. Telah berapa lagu klasik yang dibawakannya. Lagu Jalak lenteng, lagu Burung Tiung dan tidak lupa berkumandang pulaulah lagu Tanjung Katung. Tanjung Katung airnya biru, tempat mandi si anak dara, lagi sekampung hatiku rindu, konon pula jauh di mata. Tak disadarinya bahwa suami yang dikasihnya makin mendekat melangkah dan menaiki gubuk mereka. Si ibu tersenyum tersipu dengan lagu remaja yang dibawakannya sedang suami ketawa bangga karena unang yang dibawa penuh ikan perolehanya. Mata keduanya beradu pandang dan alangkah bahagianya mereka, ingin rasanya hidup seribu tahun lagi.

Raja Petani dikarunia Maha Agung seorang Putri dan seorang Putra. Yang sulung bernama Putri Merak Jingga sedangkan kakaknya bernama Putra Bandar Sakti. Betapa Ayah Bunda sangat kasih akan keduanya.

Dipanggilnya anak kesayangannya itu mendekat : ”Anakku berdua, betapa bahagianya Ayah Bunda, jika anakanda berdua senantiasa berusaha menjaga keharuman nama negeri ini. Ketahuilah anakku, bahagia seorang raja manakala semua rakyat menghormati dan mematuhi perintahnya dengan sepenuh hati. Bukan hormat kerena takut cambukan atau bentakan dari penguasa.

Ketahulai anakku bahwa raja dan rakyat sama manusia biasa, sama-sama punya jantung dan hati, punya rasa yang sama-sama, yang tahu manis dan pahit yang mengerti tentang senang dan susah. Raja yang mulia ialah yang senantiasa lekat dihati rakyatnya, yang rakyatnya sendiri rela mati berkalang tanah demi membela dan memeprtahankan rajanya. Dengan ikhlas rela menderma buktikan semua yang ada padanya demi kesejahteraan negerinya. Tahukah anaku dimana rahasianya ? Sesungguhnya rakyat banyak memanggil raja kepada kita, sebaliknya secara bathin kita pulalah mengabdi kepada kepentingan mereka. Terhadap keamanan dan kesejahteraan mereka. Jika masing-masing pihak saling mengisi, kasih mengasihi sebagaimana halnya kita sekarang ini, tak ada jurang pemisah diantara sesamanya, di negeri yang demikianlah negeri akan kuat dan kukuh. Ibarat pohon akarnya kuat menghujam ke dasar bumi dan cabang dan daunnya rimbun menjulang ke angkasa. Negeri yang demikian akan terhindar dari rong-rongan musuh yang ingin berbuat durjana. Benteng yang tebal dan kukuh memang besar gunanya, tapi banteng yang sesungguhnya ialah rasa persatuan yang bulat padu diantar pempimpin dan rakyat. Sama-sama merasa berkepentingan mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan negeri. Anakku, Ayah Bunda merasa banga bahwa diantara anakku berdua tidak terdapat gejala kesombongan. Malah selalu dihiasi dengan rasa kasih sayang terhdap rakyat.


(59)

Kami pujikan sikapmu Putri Merak Jingga, begitu baik dikau terhadap semua teman dan Inang pengasuhmu. Begitu lekat persahabatan diantaramu pengeran Muda dengan para pemuda di distana ini istimewa sekali kepada Anak Pawang Serdang yang bernama Jermal. Berdetak juga jantung Puteri merah Jingga ketika ayahnya menyebut nama Alang Jermal, kenapa demikian puteri sendirilah yang lebih tahu. ( PMJ.hlm. 4 – 6 )

4.7 Psikologis Putra Bandar Sakti

Tuanku Bandar Sakti kakak dari Puteri Merak Jingga tokoh Tuanku Bandar Sakti, tidak bertingkah sombong, walaupun dia anak seorang raja, bahkan ia sangat disenangi oleh masyarakat kerajaan petani. Tuanku Bandar Sakti gugur dalam pertempuran melawan raja Tiongkok, untuk menyelamatkan adiknya Puteri Merak Jingga dan negerinya yang sangat ia cintai.

Tokoh ini mempunyai sifat yang rendah hati, tidak somobong, patuh kepada kedua orang tuanya dan rela berkorban demi negerinya yang ia banggakan

4.8 Psikologis Raja Hwa Loan

(Pimpinan kerajaan Tiongkok/Cina)

Seorang raja yang jahat, kejam dan sangat kuat yang hendak mencuri Puteri Merak Jingga dan menghancurkan kerajaan petani yang dipimpin raja tua sakti, Raja Hwa Loan melakukan segala cara untuk mendapatkan Puteri Merak Jingga. Sehingga terjadilah peperangan antara dua kerajaan.


(60)

Freud dalam semi (1988 : 67) memberikan pendapatnya mengenai hal seperti tingkah laku seperti ini

…. Lapisan kejiwaan yang paling dalam (rendah) adalah lapisan bawah sadar (libido) atau daya hidup yang berbentuk dorongan, keinginan yang sangat kuat, sehingga mendorong manusia mencari kesenangan-kesenangan dan kegairahan.

Peristiwa demi peristiwa menyiratkan bahwa tokoh-tokoh yang ada dalam cerita Puteri Merak Jingga tokoh pilih, yakni dalam dua sisi, yakni psikologis baik dan buruk. Antara lain pada pihak tokoh, Alang Jermal yang ingin menyelamatkan, Puteri Merak Jingga dan kerajaan mempunyai (Psikologis baik, pembrani, tanggung jawab dan rela berkorban).

Sedangkan pada pihak tokoh, Raja Hwa Loan, yang mempunyai sifat psikologis buruk, yang ingin menghancurkan kerajaan petani dan membawa Puteri Merak Jingga. Uraian tersebut menunjukkan bahwa psikologis kedua tokoh sangat jelas, yakni antara tokoh baik dan tokoh buruk. Yang bertikai memperebutkan seorang Puteri Merak Jingga.


(61)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis tokoh yang terdapat dalam Hikayat Putri Merak Jingga dapatlah ditarik kesimpulan bahwa karakter atau sifat seseorang tercermin dari tingkah lakunya.

Pembentukan karakter seseorang tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya seperti yang dikemukakan oleh Roekhan dalam teori behaveoralnya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa tokoh yang terdapat dalam Hikayat Putri Merak Jingga. Seperti halnya Raja Hwa Loan memiliki karakter yang jahat. Hikayat Putri Merak Jingga yang dalam hikayat ini menjadi tokoh karakter yang sempurna. sebagai seorang manusia baik dari segi fisik maupun karakternya. Kepribadian yang teguh dalam menegakkan kebenaran, ramah, serta memperhatikan orang lain yang ada di sekitarnya. Karakternya ini dibentuk dan dipengaruhi oleh lingkungan yang baik.

Raja Hwa Loan menjadi tokoh yang memiliki karakter jahat. Dalam cerita ini diuraikan bahwa Raja Hwa Loan yang jahat dan kejam. Hal ini jugalah yang menyebabkan karakter mereka yang buruk terbentuk didalam dirinya.

1. Hubungan sastra dan ilmu psikologi sangat erat dan saling berperangaruh. Hasil karya sastra bermakna bagi jiwa dan kehidupan


(62)

2. Tema “cerita hikayat Putri Merak Jingga” adalah percintaan dan remaja yang penuh tantangan.

Dikatakan demikian karena tokoh Putri Merak Jingga sangat setia kepada kekasihnya Alang Jermal. Demikian pula Alang Jermal dengan susah payah, ia memperoleh ikan yang diidamkan kekasihnya itu.

3. Amanat pesan yang terkandung dalam cerita hikayat Putri Merak Jingga ini adalah petulangan kedua tokoh dalam cerita itu tersirat bahwa pengarang berusaha menyampaikan pesannya kepada pembaca tentang perjuangan hidup dan usaha manusia dalam mencapai cita-cita yang harus dijalani dengan penuh tanggung jawab. Barang siapa yang mau berjuang keras, dialah yang berhak memperoleh kebahagiaan dimasa mendatang.

4. Nilai-nilai psikologis yang terdapat dalam cerita ini adalah setia, rela, berkorban baik, pembrani, dan buruk, serta yang terakhir adalah kejam. 5. Didalam cerita Putri Merak Jingga terdapat yang beraneka ragam dan


(1)

Sementara itu Alang Jermal dipanggil oleh Putri Merak Jingga untuk bercerita mengenai ikan kayangan tersebut. Alang Jermal menyembunyikan kejadian yang sebenarnya, tetapi titab-tiba ia berhenti bercerita ketika teringat akan pesan Ratu Bidadari laut yang menyuruhnya segera kembali dan akan membawa cerita yangjauh lebih indah lagi. Mendengar janji lang Jermal ia memancarkan ke negeri Tiongkok. Yang pertama sekali melihat cahaya Merak Jinga yang samapi ke negeri Tiongkok itu adalah Maha Raja Hwa Loan. Ia bercenggang dan hatinya tergugah ketika melihat cahaya yang bersinar gemilang-gemilan itu. malam itu juga dikerahkan semua tentara kerajaan untuk mencari dari mana asalnya cahaya tersebut.

Beberapa hari kemudian perwiranya melaporkan bahwa cahaya itu berasal dari wajah seorang putri yang sangat cantik. Mendengar itu timbul hasrat dihatinya untuk melamar putri yang cantik itu. lalu bertolaklah mereka ke arah selatan. Sewaktu mereka berada di Selat Karimata, cahaya itu kelihatan menyinari dari arah barat lalu sehingga armada itu segera menukar arah haluannya ke tempat asal cahaya itu. tetapi, tiba-tiba awan tebal menutupi laut. Untuk menghindari bahaya taupan armada Hwa Loan berlabuh di Pulau Berhala di tempat Datuk Tapa dan Wan tanjung bersembunyi. Tentara Hwa Loan mengatakan maksud pelayaran mereka itu kepada datuk Tapa.

Datuk Tapa yang banyak mengetahui tentang Putri Merak Jingga berjanji sanggup menyerahkan Putri Merak Jingga dengan syarat supaya Maharaja mengangkatnya menjadi raja yang sah di Kerajaan Petani. Dengan gembira Maha


(2)

raja Hwa loan menyutujui usulnya tersebut dan dilantiklah Datuk Tapa dan Wan Tanjung menjadi bangsawan di Tiongkok dengan utama yang baru yaitu Panglima TaFa Panglima Tan Yung. Selesai pelantikan tersebut armada Hwa Loan segera bertolak menuju kota Teluk Belanga.

Raja Tua Sakti Perkasa yang mendapat laporan bahwa Datuk tapa datang hendak menyerangnya menyuruh pembesar-pembesar kerajaan agar kota dan istana di bakar seluruhnya. Tidak lama kemudian sampailah Maharaja Hwa Loan ketempat yang dituju. Ia terkejut ketika melihat kota Teluk Belanga telah menjadi alutan lautan api. Namun demikian, pendaratan tentara penggempur terus dilangsungkan dengan serunya. Panglima Ta Fa dan Panglima Tian Yung berusaha mencari tempat persembunyian Putri Merak Jingga di sekitar istana yang terbakar itu. Tiba-tiba muncullah Putra Bandar Sakti di hadapan mereka. Dalam pertempuran yang dahsyat itu tewaslah Panglima Ta Fa dan Panglima Tan Yung. Akhirnya kota Teluk Belaga jatuh ke tangan Maharaja Hwa Loan tanpa mendapat serangan balasan.

Pada suatu hari Maharaja Hwa Loan mengupah seorang penduduk menghadap Raja Tua sakti perkasa untuk melamar Putri Merak Jinga, tetapi lamarannya ditolak raja. Mendengar bahwa lamarannya ditolak oleh raja Tua Sakti Perkasa maka Maharaja Hwa Loan menjadi Murka. Segera dikerahkan tentaranya menyerang kembali. Putra Bandar Sakti menghambat musuh yang beruaha memasuki tempat persembunyiannya Putri Merak Jingga, tetapi akhirnya Putra Bandar Sakti tewas juga. Melihat kejadian ini Mahraja Hwa Loan lalu menawan


(3)

Putri Merak Hinga dan Raja Sakti Perkasa. Putri Merak Jingga dimasukkan ke dalam keranda kaca.

Pada waktu yang bersamaan Alang Jermal sedang dalam perjalanan pulang dengan membawa ikan khayangan untuk Putri Merak Jingga. Ia sangat terkejut dan hera melihat istana telah berubah dan ia menjadi lebih terkejut dan heran melihat Putri Merak Jingga terkurung di dalam keranda kaca, tetapi tiba-tiba muncul Maharaja Hwa Loan dengan pedang terhunus. Alang Jermal dengan tenaga yang kuat luar biasa berhasil melempar Maharaja Hwa Loan ke luar istana yang kemudian jatuh ke laut.

Untuk keselamatan Putri Merak Jingga, Alang Jermal membawa keranda kaca itu terjun ke dasar laut. Sesampainya di dasar laut Alang jermal berseru kepada Jin laut, bantulah kami memusnahkan musuh kami itu ” Seketika itu juag turunlah badai di iringi petir dan gelombang laut yang besar. Melihat kejadian itu Maharaja Hwan Loan sangat marah dan berseru dengan hebatnya ”Hai raja di Raja Dewa di Langit jadikanlah aku seekor naga yang paling ganas. ”Mendengar suara yang menggeledek itu tiba-tiba Putri Merak Jingga teraingat kepada ayahnya sampai dapat.

Alang Jermal berhasil menjumpai ayah Putri Merak Jingga, tetapi ketika kembali Putri Merak Jingga sudah ditelan jelmaan Maharaja Hwa Loan. Dengan secepat kilat Alang Jermal berenang sehingga naga itu dapat dikejar, dan sebelum naga itu dibunuhnya ia membaca jampi-jampi dan tangkal Nenek Jin Laut agar dapat berherak bebs tanpa diketahui Naga Hwa Loan. Ketika ia memasuki perut


(4)

naga itu, dilihatnya Putri Merak Jingga masih terkurung di dalam keranda kaca. Dan sekonyong-konyong Putri Merak Jingga berteriak ketika diketahuinya Alang Jermal telah berada di situ untuk menolongnya.

Alang Jermal berusaha membuka dinding keranda kaca itu dengan paksa dan akhirnya setelah dengan cara paksa salah satu dinding terbuka. Setelah Alang Jermal membuka pintu keranda kaca itu lalu Putri Merak Jingga melanjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Alang Jermal. Mereka sangat bahagia sehingga lupa bahwa mereka bada di dalam perut Naga Hwa Loan.

Beberapa pekan kemudian sampailah Naga Hwa Loan ke negerinya lalu dimuntahkannya keranca kaca itu, tetapi dewi yang dirindukannya itu tidak juga muncul. Dengan sangat menyesal maka dihempaskannya dirinya kian kemari dan dikunyahnya keranda kaca itu sampai hancur seperti hatinya yang hancur luluh.

Sebenarnya ketika Naga Hwa Loan memuntahkan sisi perutnya Alang Jermal dan Putri Merak Jingga menyelam dan bersembunyi di pantai yang sepi, kemudian masuk ke dalam gua yang terletak di bukit yang sangat terjal. Sewaktu Alang Jermal menernui bukit itu, tiba-tiba kakinya tergelincir dan peganganya terlepas sehingga keduanya masuk ke dalam laut. Ketika Putri Merak Jingga dan Alang Jermal terbenam di dasar laut, tanpa mereka sadar Putri Merak Jingga terlepas dan dibawa arus ke tempat yang penuh akar-akar laut. Alang Jermal sangat cemas hatinya, tetapi tiba-tiba Jin Laut yang menjelma seperti manusia biasa muncul dihadapannya sambil mengatakan bahwa Putri Merak Jingga sudah diselamatkannya dengan membawanya ke Pulau Putri. Dan pergilah Alang Jermal


(5)

dan Jin Laut ke Pulau Putri. Putri Merak Jingga yang sedang beristirhat sangat terkejut dan heran dilihatnya Alang Jermal datang. Tidak lama kemudian diajaknya Alang Jermal pergi dari Putri Merak Jingga untuk menjenguk ayahnya

Sewaktu mereka dalam perjalanan pulang, mereka berjumpa dengan orang sekampungnya. Kawan-kawan mereka sangat gembira ketika menyambut kedatangan Putri Merak Jingga dan Alang Jermal sebagia satu-satunya keturunan Raja Petani yang diduga telah meninggal. Akhirnya dari orang-orang kampung itu diketahuilah bahwa Raja Tua Sakti Perkasa telah meninggal dunia ketika berkelahi dengan naga jelmaan dari Maharaja Hwa Loan.

Tidak lama kemudian berlangsunglah pesta perkawinan antar Putri Merak Jingga dengan Alang Jermal dan sekaligus peresmian penobatan Putri Merak Jingga menjadi Ratu Petani didampingi suaminya Pangeran Alang Jermal.

Suatu hari Pangeran Alang Jermal meminta izin istrinya untuk mencari ikan kayangan yang dibawanya tempo hari, khusus untuk Ratu Putri Merak Jingga. Sesudah sekian hari akhirnya diketahuilah bahwa ikan itu berada dimakam Putra Bandar Sakti. Ketika peti itu dibuka terkejutlah mereka melihatnya, karena kepala ikan kayangan itu serupa dengan kepala Alang Jermal. Seketika itu juga ratu Putri Merak Jingga jatuh sakit yang mencemaskan Pangeran Alang Jermal. Akhirnya kecemasan pangeran Alang Jermal itu lenyap ketika diketahuinya bahwa penyakit isterinya adalah penyakit bersalin. Kemudian lahirlah anak mereka kembar tujuh semuanya putri. Dalam upacara, putri-putrinya dinamai sebagai berikut :


(6)

2. Putri Sri Putih. 3. Putri Biru Suci

4. Putri Merah Lembayung 5. Putri Merak Hijau 6. Putri Sri Merah 7. Putri Merah Hijau