5. Putra Bandar Sakti
Tuanku Bandar Sakti kakak dari Puteri Merak Jingga tokoh Tuanku Bandar Sakti, tidak bertingkah sombong, walaupun dia anak seorang raja, bahkan
ia sangat disenangi oleh masyarakat kerajaan petani. Tuanku Bandar Sakti gugur dalam pertempuran melawan raja Tiongkok, untuk menyelamatkan adiknya
Puteri Merak Jingga dan negerinya yang sangat ia cintai. Tokoh ini mempunyai sifat yang rendah hati, tidak somobong, patuh
kepada kedua orang tuanya dan rela berkorban demi negerinya yang ia banggakan
3.5 Latar Latar atau setting yang disebut juga landas tumpu, menyaran kepada
pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya pristiwa – pristiwa yang diceritakan Nurgiyantoro, 201:218 . Latar
memberikan pijakan cerita secara konkrit dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
seolah – olah ada dan terjadi. Pembaca, ddengan demikian merasa diperlukan untuk mengoperasikan daya imajinasi nya di samping memungkinkan untuk
berperan serta secara kritis sehubungan dengan tentang latar. Membaca dapat merasakan menilai kebenaran, ketepatan, dan aktualisasi latar yang diceritakan
sehingga merasa lebih akrab. Pembaca seolah – olah merasa menemukan dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi bagian dirinya, hal ini akan terjadi
Universitas Sumatera Utara
jika latar mampu mengangkat suasana setempat, warna lokal, lengkap dengan perwatakan dalam cerita.
Menurut Nurgiyantoro 2001 : 227 unsur latar dapat dibedakan kedalam
tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, sosial, ketiga unsur itu walau masing – masing menawarkan permasalahan yang berbeda dan dapat dibicarakan secara
sendiri, pada kenyataanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Ketiga unsur latar tersebut secara singkat dapat dijelaskan sebagai
berikut : 1
Latar tempat, latar ini menyarankan pada lokasi terjadinya pristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Unsur tempat yang dipergunkan
mungkin berupa tempat – tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Tempat - tempat yang bernama
adalah tempat yang dijumpai dalam dunia nyata misalnya pantai, hutan, desa, kota, kamar, ruangan, dan lain lain.
2 Latar waktu, latar ini berhubungan dengan masalah “ kapan” terjadinya
pristiwa – pristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra masalah, “kapan’ tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang
ada kaitannya dengan pristiwa sejarah. Pengetahuan tentang persepsi pembaca terhadap waktu sejarah itu kemudian dipergunakan untuk mencoba
masuk kedalam suasana cerita. Pembaca berusaha memahami dan menikmati cerita berdasarkan acuan waktu yang diketahuinya berasal dari
Universitas Sumatera Utara
3 Latar sosial, latar ini menyarankan pada hal – hal yang berhubungan dengan
prilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya sastra. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai
masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Dia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan
bersikap, dan lain lain. Setelah penulis membaca dan memahami cerita Putri Merak Jingga. maka
latar yang terdapat dalam cerita tersebut adalah sebagai berikut : 1
Latar tempat : yang ada dalam cerita Putri Merak Jingga adalah laut, istana dan khayangan. Latar tempat laut merupakan dimana Alang Jermal dan
Putra Bandar Sakti berada di laut. Putra Bandar Sakti meminta Alang Jermal mencari ikan yang paling enak di dunia. Latar tempat istana
merupakan tempat tinggal Raja Tua Sakti dan kedua anaknya Putri Merak Jingga dan Putra Bandar Sakti, sedangakan latar tempat khayangan
merupakan dimana Alang Jermal meminta ikan kepada
Ratu Bidadari Laut
yang berada di khayangan. 2
Latar waktu : dalam cerita Putri Merak Jingga adalah suatu hari, setiap malam, dan keesokan harinya. Latar waktu suatu hari, menceritakan
Universitas Sumatera Utara
3 Latar sosial : dalam cerita Putri Merak jingga menceritakan status sosial
tentang Raja Tua Sakti sebagai pemimpin yang bijaksana dan menjadikan kerajaannya tentram dan damai.
3.6 Nilai Budaya