Padanan dan Penyesuaian Leksikal

5.2 Padanan dan Penyesuaian Leksikal

Penerjemahan tidak sekedar mengganti kata-kata BSu dengan kata-kata BSa. Sering kali penerjemah dihadapkan pada suatu pilihan yang tidak gampang. Sebuah kata di dalam BSu mungkin mempunyai banyak Penerjemahan tidak sekedar mengganti kata-kata BSu dengan kata-kata BSa. Sering kali penerjemah dihadapkan pada suatu pilihan yang tidak gampang. Sebuah kata di dalam BSu mungkin mempunyai banyak

Penerjemah harus memperhatikan konteks jika ia ingin mendapatkan padanan yang sesuai. Bahkan, ia sering kali harus pula melakukan penyesuaian leksikal, tidak sekedar mengambil padanan harfiah dari suatu kata BSu.

Penerjemah secara khusus harus memperhatikan masalah padanan leksikal ini terutama kalau ia menemui fenomena berikut:

a. Satu kata BSu mempunyai banyak padanan di BSa.

Sebagai contoh kata BSu yang memiliki banyak padanan, perhatikan kalimat berikut.

BSu: They surely needed rice.

Di dalam bahasa Indonesia kata rice mempunyai banyak padanan. Kata tersebut bisa padi, gabah, beras, atau nasi. Untuk menerjemahkan kalimat di atas, maka penerjemah harus melihat konteks yang lebih besar. Seandainya ada kalimat lainnya, maka ia tidak akan menemui kesulitan. Perhatikan contoh berikut.

BSu: They all looked tired and pale. They surely needed rice. BSa: Mereka semua kelihatan letih dan pucat. Mereka tentunya

membutuhkan nasi.

Kata-kata bahasa Indonesia di atas adalah kata-kata yang terkait budaya. Orang Indonesia sangat berkepentingan terhadap padi sebagai makanan pokoknya, sehingga mereka menciptakan banyak sekali kosa kata yang berhubungan dengan itu. Sedangkan budaya Inggris yang tidak memerlukan "padi" tidak pernah berpikir tentang padi secara rinci. Kosa katanya tentang "padi" pun sederhana dan dalam jumlah sedikit saja. Dengan kata lain, kosa kata bahasa Indonesia tentang "padi" lebih rinci daripada kosakata bahasa Inggrisnya.

Kesulitan penerjemahan mungkin hadir jika penerjemah mengerjakan penerjemahan dari kosakata yang lebih umum menjadi kosa kata yang lebih rinci.

Larson (1984: 89) menyebut fenomena ini dengan istilah mismatching of reference atau ketidaksamaan acuan. Acuan adalah benda, kejadian atau karakteristik yang dirujuk oleh suatu kata. Jadi selalu ada kemungkinan bahwa suatu benda atau kejadian ada di dalam budaya atau masyarakat tertentu tetap tidak ada di dalam masyarakat lainnya. Meskipun benda, kejadian, atau karakteristik yang sama ada juga di dalam dua budaya yang berbeda, tetapi sistem acuannya tidak mesti sama persis, karena menurut teori medan makna di dalam kajian semantik, tiap-tiap bahasa akan membagi wilayah makna dengan cara yang tidak sama. Perhatikan contoh berikut:

Bahasa Indonesia

Bahasa Inggris

Tidur

lie, sleep

Terlentang lie (facing up)/lie on one's back Tengkurap

lie (facing down)/lie on one's belly Membawa

carry (on the back)

Memanggul carry (on the shoulder) Memikul

carry (on the shoulder using a pole)

Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa makna "memindahkan benda dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tenaga manusia" sepenuhnya diberikan kepada kata "carry" di dalam bahasa Inggris. Tetapi, di dalam bahasa Indonesia makna itu dibagikan kepada kata "menjinjing, menggendong, memanggul, dan memikul." Di dalam kasus itu, penerjemah mungkin saja menemui kesulitan di dalam menerjemahkan kata tersebut dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Jika sebaliknya, kesulitan itu kemungkinan besar tidak ada.

Sangat mirip dengan hal di atas, Larson (1984: 92) juga menyebut "mismatching of semantic sets" atau ketidakcocokan perangkat semantik. Setiap kata pasti berhubungan secara semantis dengan kata-kata yang lain. Kata-kata yang saling berhubungan mengenai suatu topik tertentu ini disebut perangkat semantik. Perangkat semantik mungkin saja berbeda untuk tiap-tiap budaya. Di dalam bahasa Inggris, breakfast atau sarapan berkaitan dengan kata "milk, orange juice, egg, roll," dan "bread". Sementara itu di dalam budaya Indonesia secara umum, kata "sarapan" Sangat mirip dengan hal di atas, Larson (1984: 92) juga menyebut "mismatching of semantic sets" atau ketidakcocokan perangkat semantik. Setiap kata pasti berhubungan secara semantis dengan kata-kata yang lain. Kata-kata yang saling berhubungan mengenai suatu topik tertentu ini disebut perangkat semantik. Perangkat semantik mungkin saja berbeda untuk tiap-tiap budaya. Di dalam bahasa Inggris, breakfast atau sarapan berkaitan dengan kata "milk, orange juice, egg, roll," dan "bread". Sementara itu di dalam budaya Indonesia secara umum, kata "sarapan"

memang mudah menerjemahkan "breakfast" menjadi "sarapan". Tetapi perlu diingat bahwa pembaca mungkin membayangkan hal yang berbeda dengan yang dimaui oleh penulis asli di BSu-nya.

Jadi

Fenomena yang ada diantara "breakfast" dan "sarapan" ini juga merupakan contoh ketidakcocokan budaya yang tercermin di dalam kosa kata. Larson (1984: 95) juga mengutip contoh antara kata "house", "oikos" (bahasa Yunani) dan "numuno" (bahasa Papua Nugini). Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut adaptasi gambar tersebut di bawah ini.

rumah (Ind.)

oikos (Yunani)

numuno (Papua Nugini)

Gambar 5.1 Bentuk rumah khas Indonesia, Yunani, dan Papaua Nugini

Suatu kalimat bahasa Yunani yang mengatakan "Peter went up to the housetop to pray" bila diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa Indonesia, tentunya menggelitik untuk dibahas bila benar-benar diterjemahkan begitu. Pertanyaan yang cukup menarik adalah, "Tidakkah aneh Peter naik ke atas atap rumah untuk berdoa?" Lebih aneh lagi adalah "Peter naik ke atas numuno untuk berdoa". Peter mungkin harus ekstra hati-hati di Indonesia dan mungkin harus siap jatuh di Papua Nugini.

Pembahasan di atas membimbing kita pada suatu kesimpulan bahwa sebuah kata sering kali tidak merujuk ke acuan yang sama persis dengan acuan yang dirujuk oleh padanannya di dalam BSa. Karena tugas penerjemah adalah untuk mencarikan padanan yang setepat mungkin, maka ia harus pandai-pandai mengukur dan memilih kata yang sekiranya bisa menyampaikan makna dengan benar di dalam BSa.

b. Polisemi dan homonimi

Polisemi adalah satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna. Contoh berikut adalah polisemi di dalam bahasa Inggris tetapi Polisemi adalah satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna. Contoh berikut adalah polisemi di dalam bahasa Inggris tetapi

Fresh

segar tawar kurang ajar

Homonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai wujud yang sama. Contohnya adalah kata "can" di dalam kalimat berikut.

BSu: How can you can a can into a can? BSa: Bagaimana kamu bisa memasukan kaleng ke dalam kaleng?

Di dalam kalimat itu sebetulnya ada dua macam kata "can". Yang pertama berarti "bisa" dan yang kedua berarti "mengalengkan" (sebagai kata kerja) dan "kaleng" (sebagai kata benda). Di dalam bahasa Indonesia dapat dicontohkan kata-kata berikut.

bisa - can bisa - poison

Kata-kata tersebut bisa ditemui di dalam kalimat "Bagaimana bisa dia kena bisa itu?" Contoh yang lain adalah kata-kata:

madu - honey madu - second wife of one's husband

Kata-kata ini bisa dilihat di dalam kalimat "Semua orang suka madu, tetapi semua wanita tidak suka dimadu." Pembahasan di atas adalah selintas gambaran masalah padanan leksikal. Di samping harus memilih padanan yang sudah tersedia, penerjemah sering kali juga harus menyesuaikan padan kata yang telah ada. Hal-hal ini dibahas lebih rinci pada Bab VI berikut ini.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22