Ciri Khas Bahasa IPTEK

8.2. Ciri Khas Bahasa IPTEK

8.2.1. Lugas, logis, runtut

Semua bahasa mempunyai ciri arbitraris atau manasuka. Semua bahasa mempunyai pengakuan, penerimaan, dan pemakaian oleh penutur bahasa itu. Sebuah bangunan tempat tinggal manusia di dalam bahasa Indonesia di sebut rumah, di dalam Bahasa Inggris di sebut house, di dalam bahasa Jerman disebut Hause, dan di dalam bahasa Belanda disebut huis. Sebenarnya tidak seorang pun memaksa agar orang menyebut bangunan itu rumah, house, Hause, atau huis. Orang boleh saja menyebut bangunan itu dengan kata lain. Namun anehnya orang-orang menerima dan sepakat bahwa bangunan itu disebut dengan rumah, house, Hause, dan huis dalam bahasa Indonesia, Inggris, Jerman, dan Belanda. Ciri inilah yang disebut manasuka.

Bahasa IPTEK adalah bahasa manusia juga. Jadi ia tentunya juga memiliki ciri di atas. Tetapi kemanasukaan di dalam dunia IPTEK mengikuti pola-pola yang sudah dibakukan di dalam ilmu yang bersangkutan. Di dalam ilmu biologi, misalnya, banyak digunakan kata dasar bahasa Latin. Bila Anda menemukan jenis tumbuhan baru, cara penamaan itu pun sudah harus mengikuti pola tertentu yang telah lazim digunakan di dunia biologi.

Menurut Suryawinata (1990: 63) penggunaan bahasa Latin dan Yunani kuno di dalam dunia IPTEK mempunyai keuntungan khas karena kedua bahasa tersebut telah mati (tidak ada lagi penggunanya) sehingga kedunya menjadi statis dan tak lagi berubah-ubah. Ini berakibat pada konsistennya kata atau istilah yang telah dibentuk.

Selain itu bahasa IPTEK juga mempunyai ciri langsung atau lugas, logis, dan runtut. Teks IPTEK harus runtut di dalam paparannya, baik runtut secara waktu maupun ruang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca memahami pokok masalah di dalam teks tersebut. Bila keruntutan yang dituntut ini terkait dengan penalaran, maka Selain itu bahasa IPTEK juga mempunyai ciri langsung atau lugas, logis, dan runtut. Teks IPTEK harus runtut di dalam paparannya, baik runtut secara waktu maupun ruang. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pembaca memahami pokok masalah di dalam teks tersebut. Bila keruntutan yang dituntut ini terkait dengan penalaran, maka

8.2.2 Jargon atau Laras (register) dan cara pembentukannya

Ciri khas kedua dari wacana IPTEK adalah dipakainya jargon atau register tertentu sesuai dengan disiplin ilmu yang bersangkutan. Jargon atau laras adalah istilah-istilah khusus di dalam suatu profesi atau disiplin ilmu tertentu. Sebuah kata mungkin dipakai di dalam banyak cabang ilmu dan artinya pun berbeda-beda. Di dalam bahasa Inggris, misalnya, kata "interest" berarti "minat". Kata yang sama dapat berarti "kepentingan" di dalam dunia politik dan diplomasi, dan berarti "bunga" di dalam dunia bisnis.

Seorang penerjemah naskah IPTEK harus mengenal istilah-istilah khusus ini. Khusus mengenai penerjemahan IPTEK dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, bisa dikatakan di sini bahwa Bahasa Indonesia masih sangat kekurangan akan padanan istilah IPTEK ini. Hal disebabkan oleh kenyataan bahwa kita tidak mempunyai konsep tentang kata-kata itu karena konsepnya pun baru saja ditemukan oleh orang-orang Barat (Amerika) sebagai hasil dari jerih payah mereka di dalam melakukan penelitian dan usaha-usaha penemuan. Sebagai contoh sederhana, pada awalnya kita tidak mempunyai konsep tentang "computer", "gen", "enzym", "oxygen". Konsep terdekat kita dengan konsep-konsep 'asing' tersebut, tetapi sama sekali tidak sama, adalah "mesin hitung",

"keturunan", "getah", "udara". Kita pun bisa menebak alangkah kacaunya ilmu pengetahuan bisa di dalam menerjemahkan kita memakai konsep- konsep yang tidak sama tersebut. Oleh karena itu, penerjemah bisa membentuk istilah-istilah baru yang bisa membantu pekerjaannya. Namun demikian tidak boleh dilupakan bahwa ada juga istilah Indonesia asli yang bisa digunakan untuk menerjemahkan istilah Bahasa Inggris, misalnya "pemadatan" untuk menerjemahkan "condensation".

Istilah dicipta atau dipinjam dari bahasa asing hanya jika tidak ada padanannya di dalam Bahasa Indonesia dan terjemahannya terlalu panjang. Berikut adalah skema pemungutan atau pembentukan dari istilah asing "linearity" dikutip dari Suryawinata dan Suyitna (1991: 28).

Istilah

Istilah dalam bahasa asing

Diserap dan

linear linear

linearitas

--ity itas

Gambar 8.1 Proses penyerapan istilah asing ke dalam bahasa

Indonesia

Bila penerjemah ingin menerjemahkan sebuah jargon atau istilah ke dalam Bahasa Indonesia, ada tiga bahasa yang bisa dijadikan sumber pencarian atau penciptaannya, yaitu kosa kata umum Bahasa Indonesia, kosa kata bahasa serumpun/daerah, dan kosa kata bahasa asing (Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud RI, 1975). Berikut ini adalah uraian dari ketiga kemungkinan di atas. Contoh-contohnya diambil dari Suryawinata dan Suyitno (1991: 33-35).

a. Sumber istilah dari bahasa Indonesia Kosakata bahasa Indonesia, baik yang masih aktif dipakai maupun yang sudah lama tidak dipakai, dapat digunakan sebagai sumber istilah, dengan catatan harus memenuhi satu atau lebih dari syarat berikut ini: (1) kata yang paling tepat dan tidak menyimpang maknanya, jika ada dua

atau lebih kata yang rujukannya sama; misalnya: atau lebih kata yang rujukannya sama; misalnya:

(2) kata yang paling singkat jika ada dua kata atau lebih yang rujukannya sama; misalnya: zat kecil

partikel

sejenis batu

pemantulan cahaya

refleksi

derajat panas

temperatur

(3) kata yang bernilai rasa baik dan sedap didengar, misalnya: kewajiban

(4) kata umum yang diberi makna baru/khusus, misalnya: galak

menggalakkan

acu

acuan/mengacu

rujuk

rujukan/merujuk

b. Sumber istilah dari bahasa daerah/serumpun Kosakata bahasa daerah/serumpun yang dapat diambil menjadi istilah harus memenuhi satu atau lebih syarat berikut ini: (1) lebih cocok karena konotasinya; misalnya:

(2) lebih singkat daripada terjemahan Indonesianya; misalnya: wibawa

kekuasaan dan hak memberikan perintah yang harus ditaati.

gaduhan

sistem bagi hasil pemeliharaan ternak

c. Sumber istilah dari bahasa asing Kosakata bahasa asing yang dapat diambil atau dipungut menjadi istilah harus memenuhi satu atau lebih syarat berikut ini: (1) lebih cocok karena konotasinya; misalnya oksigen lebih cocok daripada gas asam nitrogen lebih cocok daripada gas lemas radiasi lebih cocok daripada penyinaran

(2) lebih singkat daripada terjemahan Indonesianya, misalnya: polisakarida : suatu polimer yang terdiri atas banyak monomer

sakarida. nukleon

: sebuah proton atau netron bila berada dalam inti atom. amplitudo

: jarak antara puncak gelombang atau lembah

gelombang dengan garis sumbu.

rekristalisasi : memurnikan zat yang terlarut dengan pengkristalan

berturut-turut dari suatu pelarut.

(3) memudahkan pengalihan antarbahasa karena corak seinternasional- annya; misalnya: reaktor

katode atmosfer

atom

alotrop refleksi

alkohol

amplitudo (4) dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah Indonesia terlalu banyak sinonimnya. Secara garis besar istilah dapat dibentuk dengan cara (1) mengambil kata/gabungan kata umum dan memberinya makna atau definisi yang tetap, (2) meminjam atau menyerap istilah dari bahasa daerah, dan (3) menyerap istilah dari bahasa asing dengan cara (a) mengadopsi, (b) mengadaptasi, dan (c) menerjemahkan. Berikut ini disajikan keterangan singkat mengenai butir-butir di atas beserta contoh- contohnya.

foton

a. Mengambil kata/gabungan kata umum dan memberinya makna atau definisi yang tetap dan tertentu, misalnya

Kata umum

Istilah

garam (dapur)

garam (NaCl)

air (minum)

air (H 2 O)

asam asam

arang (CO 2 )

b. Meminjam atau menyerap dari bahasa daerah; misalnya: (1) dari bahasa Jawa: lugas, tuntas, kadaluwarsa, dsb. (2) dari bahasa Sunda: talimarga, anjangsana, dsb. (3) dari bahasa Banjar: gambut, dsb.

c. Menyerap istilah dari bahasa asing dengan cara: (1) mengadopsi, misalnya:

(3) mengadaptasi; misalnya:

(3) menerjemahkan; misalnya:

Sehubungan dengan penerjemahan istilah asing ini perlu diperhatikan bahwa setiap istilah asing tidak selalu perlu dihasilkan bentuk yang berimbang satu-lawan-satu. Yang harus diutamakan adalah kesamaan dan kesepadanan makna, konsep, bukan kemiripan bentuk luarnya atau makna harfiahnya. Untuk itu, medan makna (semantic field) dan ciri makna istilah bahasa asing dan bahasa Indonesia perlu diperhatikan. Lihat contoh berikut.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22