KATA DAN PENERJEMAHAN

BAB VI KATA DAN PENERJEMAHAN

Bahan mentah seorang penerjemah adalah kata. Ia berusaha mengerti makna kata BSu dan kemudian mengungkapkan makna itu kembali dalam kata BSa. Memang benar bahwa makna bisa diungkapkan dengan struktur kalimat. Tetapi kata lebih pekat kandungan maknanya daripada struktur kalimatnya. Terjadinya bahasa pidgin adalah bukti bahwa sebagian besar makna terkandung di dalam kata.

Menurut Larson (1984: 6), bahasa, atau lebih tepatnya kosakata, mempunyai ciri-ciri khusus yang sangat mempengaruhi penerjemahan. Pertama, komponen makna selalu dikemas di dalam butir-butir leksikal (kata), tetapi cara pengemasan ini berbeda-beda dari satu bahasa ke bahasa yang lain.

Ciri kedua, komponen makna yang sama bisa muncul di beberapa butir kata yang berbeda. Di dalam bahasa Inggris ada kata sheep. Di samping itu ada juga kata lamb, ram, dan ewe. Ketiga kata terakhir ini juga mengandung komponen sheep, yakni sejenis kambing tetapi berbulu putih dan bulunya ini bisa untuk membuat bahan pakaian. (Di dalam bahasa Indonesia, komponen makna ini dikemas di dalam kata "domba".) Meskipun begitu, ketiga kata terakhir itu juga mengandung komponen makna tambahan. Komponen makna tambahan inilah yang berbeda. Komponen makna muda dimiliki oleh lamb, dewasa dan jantan oleh ram, dan dewasa serta betina oleh ewe. Di dalam bahasa Indonesia tidak ada padanan kata lamb, ram, dan ewe ini. Komponen 'muda', 'betina', dan 'jantan' atau 'dewasa' ditambahkan begitu saja. Jadi lamb adalah domba muda, ram domba jantan, dan ewe domba betina. Sebaliknya kata padi, gabah, beras, nasi, dalam Bahasa Indonesia hanya memiliki padanan rice dalam Bahasa Inggris, padahal kata padi mengandung komponen umum dan/atau hasil produksi, dan/atau tanamannya. Kata gabah mengandung makna butir tanpa tangkai; sedangkan kata beras mengandung makna jenis, dan/atau makna bahan yang siap dimasak. Kata nasi mengandung makna sudah dimasak, seperti nasi liwet, nasi uduk, nasi kebuli, dan Ciri kedua, komponen makna yang sama bisa muncul di beberapa butir kata yang berbeda. Di dalam bahasa Inggris ada kata sheep. Di samping itu ada juga kata lamb, ram, dan ewe. Ketiga kata terakhir ini juga mengandung komponen sheep, yakni sejenis kambing tetapi berbulu putih dan bulunya ini bisa untuk membuat bahan pakaian. (Di dalam bahasa Indonesia, komponen makna ini dikemas di dalam kata "domba".) Meskipun begitu, ketiga kata terakhir itu juga mengandung komponen makna tambahan. Komponen makna tambahan inilah yang berbeda. Komponen makna muda dimiliki oleh lamb, dewasa dan jantan oleh ram, dan dewasa serta betina oleh ewe. Di dalam bahasa Indonesia tidak ada padanan kata lamb, ram, dan ewe ini. Komponen 'muda', 'betina', dan 'jantan' atau 'dewasa' ditambahkan begitu saja. Jadi lamb adalah domba muda, ram domba jantan, dan ewe domba betina. Sebaliknya kata padi, gabah, beras, nasi, dalam Bahasa Indonesia hanya memiliki padanan rice dalam Bahasa Inggris, padahal kata padi mengandung komponen umum dan/atau hasil produksi, dan/atau tanamannya. Kata gabah mengandung makna butir tanpa tangkai; sedangkan kata beras mengandung makna jenis, dan/atau makna bahan yang siap dimasak. Kata nasi mengandung makna sudah dimasak, seperti nasi liwet, nasi uduk, nasi kebuli, dan

- The river runs slowly. (Sungai itu mengalir pelahan.) - His nose runs badly. (Hidungnya ngocor.)/Dia pilek.

- He runs his business very well. (Ia menjalankan bisnisnya dengan sangat baik.)

Di dalam kalimat pertama, run membawa makna "mengalir" dan pada kalimat kedua membawa makna "berair" atau "ngocor" atau "pilek". Sedangkan dalam kalimat ketiga kata tersebut membawa makna "menjalankan".

Ciri keempat adalah kebalikan dari ciri ketiga ini. Sebuah makna bisa diungkapkan dengan beberapa butir kata. Makna "tidak jelek" bisa diungkapkan dengan kata "bagus", "baik", "tampan", "rapi", "cantik", dll.

Keempat karakteristik bahasa di atas membuat penerjemahan sebagai suatu kegiatan yang rumit. Di dalam bagian berikut ini akan dibahas beberapa masalah yang berkaitan dengan kosakata yang mungkin bisa mempengaruhi keberhasilan penerjemahan.

6.1 Imbuhan

Dalam banyak kasus, suatu kata BSu tidak bisa begitu saja diterjemahkan apa adanya. Beberapa penyesuaian diperlukan. Pembicaraan mengenai hal ini dimulai dengan sistem imbuhan.

Di dalam bahasa Inggris terdapat banyak sekali imbuhan, baik yang berakar dari bahasa Latin maupun imbuhan asli bahasa Inggris yang digunakan untuk mengubah jenis kata (derivational affixes) maupun sekedar mengubah bentuk kata tanpa perubahan makna (inflectional affixes). Demikian juga, bahasa Indonesia juga mempunyai banyak imbuhan, baik yang asli Indonesia, seperti "ber-, me-, pe-, per-, di-, ke-, ter-, se-", dan lain-lain, ada juga imbuhan yang berasal dari bahasa Sansekerta, seperti "nir-, tan,- pasca-, swa-," dan lain-lain, serta yang dari bahasa Latin, seperti "pra-, anti-, oto-," dan lain-lain. Di dalam bahasa

Inggris kita kenal beberapa imbuhan serta fungsinya sebagai berikut.

1. Awalan

a. berarti tidak, atau lawan kata yang diberi awalan

awalan contoh Inggris padanan Indonesia

non- nonsense, tidak masuk akal, nontoxic

tidak mengandung racun dis-

displace, salah menempatkan, dissatisfy

tidak memuaskan mis-

misprint, salah cetak, miscommunication

salah komunikasi im-

impolite tidak sopan in-

insoluble, tidak teruraikan, incapable

tidak mampu il-

illogical tidak logis ir-

irrational tidak rasional un-

unavoidable tak terelakkan

b. berarti satu mono- monorail

rel tunggal

c. berarti dua bi-

bicycle sepeda (dua roda) bilingual

dwibahasa

d. berarti tiga tri-

tricycle sepeda roda tiga triangle

segitiga

e. berarti lagi/kembali re-

relocation penempatan kembali relokasi

rejoin menghubungkan kembali bergabung lagi

f. berarti berubah atau berpindah trans-

berubah bentuk

g. berarti bekas atau keluaran ex-

ex-wife

mantan istri

ex-works

keluar pabrik (di luar pabrik)

2. Akhiran

a. untuk membuat kata benda

awalan

contoh Inggris

padanan Indonesia

-er, -or

researcher

peneliti

penyelia -ist

supervisor

ahli ekonomi -ance,-ence

economist

daya tahan -ment

endurance

pemerintahan -ness

government

kekerasan -ity

hardness

kegiatan -ion

activity

hubungan -ing

b. untuk membuat kata sifat

awalan

contoh Inggris

padanan Indonesia

-able,-ible

bisa dimakan -less

edible

tak bersayap -ly,-y

penuh cahaya matahari, cerah -ive

sunny

merusak -ant,-ent

permanen -ing

permanent

menarik -ed

c. untuk membuat kata kerja

awalan

contoh Inggris

padanan Indonesia

-en

memperkeras -fy,-ify

harden

mencairkan -ate

liquify

mengompensasi -ise,-ize

compensate

mensterilkan Pengetahuan tentang beberapa imbuhan ini memang sangat berguna bagi penerjemah untuk memahami arti kata. Tetapi penerjemahan langsung dari kata tersebut kadang-kadang tidak berterima

sterilise sterilise

Selain itu, imbuhan bahasa Inggris kadang tidak mempunyai padanan imbuhan Bahasa Indonesia, sehingga imbuhan itu diterjemahkan dengan satu kata penuh. Perhatikan kebanyakan contoh di atas. Imbuhan yang mempunyai padanan imbuhan hanyalah awalan bi- bila diterjemahkan menjadi "dwi-", seperti dalam "dwibahasa", serta beberapa akhiran, terutama akhiran untuk membuat kata kerja.

6.2 Modifikasi Kata

Sangat erat hubungannya dengan masalah imbuhan di atas adalah masalah penerjemahan suatu kata sebagai hasil modifikasi kata yang lain dengan menggunaan imbuhan. Pemahaman tentang makna tiap-tiap imbuhan saja belum cukup memadai bagi seorang penerjemah karena makna yang terkandung di dalam imbuhan BSu mungkin saja diungkapkan tidak dalam imbuhan di dalam BSa.

Di dalam suatu teks mungkin ada beberapa kata yang dimodifikasi menjadi kata baru dengan kelas kata yang berbeda dari kata asalnya. Dalam hal ini kata bahasa Inggris terkenal keluwesannya dalam pemodifikasian ini.

Ta el 6. Pe u aha kata hu id

Kata asal kelas kata

modifikasi

kelas kata padanan

kata benda kelembaban humid

humid sifat

humidity

kata kerja melembabkan humidify

sifat

humidify

kata benda pelembab humidify

kerja

humidifier

kata kerja mengeringkan dehumidify kerja

kerja

dehumidify

dehumidifier kata benda pengering

Kata humid pada awalnya adalah konsep atribut, yang masuk dalam kelas kata sifat. Dari kata ini bisa dimodifikasi untuk membentuk Kata humid pada awalnya adalah konsep atribut, yang masuk dalam kelas kata sifat. Dari kata ini bisa dimodifikasi untuk membentuk

Dari contoh di Tabekl 6.1 ada hal yang bisa dicatat. Pemodifikasian kata sebagian besar melibatkan pemberian imbuhan. Oleh karena itu, pencarian padanan kata baru itu pun bisa dilakukan dengan pemberian imbuhan padanan kata asal BSu-nya. Contohnya adalah padanan kata humidity, humidify, dan humidifier. Meskipun begitu, cara kerja ini tidak selalu bisa dipakai karena pada kasus tertentu, hal itu tidak memungkinkan di dalam BSa. Sebagai contoh adalah penerjemahan kata dehumidify. Dengan cara mencari padanan imbuhan, bisa ditunjukkan bahwa imbuhan "de-" artinya tidak. Jadi dehumidify artinya "penidak- lembabkan". Tetapi kata ini tentu tidak umum di dalam bahasa Indonesia. Komponen makna ini dikemas di dalam kosa kata yang sama sekali lain, yaitu "mengeringkan". Hal yang sama juga terjadi pada "dehumidifier".

Hal lain yang perlu diperhatikan di dalam masalah modifikasi ini adalah adanya beberapa kata yang bisa dipakai di dalam beberapa kelas berbeda. Sebagai contoh, kata bahasa Inggris step bisa dipakai untuk kata kerja dan juga untuk kata benda. Sedangkan di dalam bahasa Indonesia, hal demikian amat jarang terjadi. Untuk membentuk kata kerja, awalan "me-" hampir selalu dipakai. Jadi padanan step tersebut adalah "melangkah" dan "langkah".

Jadi di dalam kasus ini penerjemah perlu menganalisis secara rinci kelas kata dan makna kata BSu agar mampu menangkap makna secara benar. Bila suatu teks BSu mengandung kata-kata yang dimodifikasi secara besar-besaran, mungkin penerjemah agak sulit menangkap maknanya. Larson (1984) memberi saran agar penerjemah menuliskan kembali teks itu menjadi teks yang lebih sahaja dengan menghilangkan bentuk-bentuk modifikasi, tetapi masih di dalam BSu.

Contoh berikut diambil dari Larson (1984: 60).

Word and reading games can sometimes be used for motivation and reading readiness. Some of these are also useful for additional drills when more normal instruction begins. They may actually teach the pupil hist first words while he thinks he is only playing. They make good relief Word and reading games can sometimes be used for motivation and reading readiness. Some of these are also useful for additional drills when more normal instruction begins. They may actually teach the pupil hist first words while he thinks he is only playing. They make good relief

Playing games in which the pupils use words and read can sometimes motivate them and prepare them to read. Persons who teach may also use some of these games to drill the pupils more when they are later instructing them in regular classes.

The games actually teach the pupil his first words while he thinks he is only playing. They relief/relax pupils who have been concentrating as they study.

Tulisan ulang dalam bentuk yang lebih sahaja di atas tentu saja memudahkan penerjemah untuk memahami makana teks BSu. Tetapi perlu diingat bahwa yang diterjemahkan bukan teks penulisan kembali tersebut. Teks itu hanya sebagai pembantu pemahaman makna BSu saja.

6.3 Kata dengan Seberkas Makna

Dari karakteristik pertama di atas bisa disimpulkan bahwa sebutir kata tidak hanya mempunyai sebuah makna. Sebutir kata bisa saja mempunyai seberkas makna (seperti halnya sinar matahari yang bening yang sebenarnya terdiri atas seberkas cahaya dengan warna yang berbeda-beda). Untuk itu seorang penerjemah perlu mengurai makna- makna tersebut agar mampu memilih kata yang benar-benar bisa mewakili makna yang ingin disampaikan. Perhatikan lagi proses penerjemahan: pada tahap 1 penerjemah harus mencari makna yang sesungguhnya, yang benar-benar sesuai dengan makna yang dimaksud dengan menggunakan makna BSu; kemudian ia harus mencari padanan kata atau ungkapan yang paling tepat dala, BSa.

Setiap kata mewakili konsep. Konsep ini pun ada bermaca-macam: konsep benda, konsep kejadian, konsep hubungan, dan konsep atribut (Larson, 1984: 56). Konsep ini disebut kandungan makna dari kata yang bersangkutan. Kandungan makna ini lebih jauh bisa dibagi menjadi beberapa komponen makna. Konsep ram mempunyai paling tidak tiga komponen makna, yaitu: domba, jantan dan dewasa. Konsep "gabah" di dalam bahasa Indonesia mempunyai komponen makna "padi", "tua", "sudah dipetik dari pohonnya". Perlu diperhatikan di sini bahwa bahasa Indonesia tidak mempunyai konsep ram. Untuk menyampaikan konsep itu Setiap kata mewakili konsep. Konsep ini pun ada bermaca-macam: konsep benda, konsep kejadian, konsep hubungan, dan konsep atribut (Larson, 1984: 56). Konsep ini disebut kandungan makna dari kata yang bersangkutan. Kandungan makna ini lebih jauh bisa dibagi menjadi beberapa komponen makna. Konsep ram mempunyai paling tidak tiga komponen makna, yaitu: domba, jantan dan dewasa. Konsep "gabah" di dalam bahasa Indonesia mempunyai komponen makna "padi", "tua", "sudah dipetik dari pohonnya". Perlu diperhatikan di sini bahwa bahasa Indonesia tidak mempunyai konsep ram. Untuk menyampaikan konsep itu

Dari contoh-contoh terakhir, kita mengetahui bahwa memang bahasa Inggris dan bahasa Indonesia mempunyai konsep yang mirip, tetapi berbeda. Maknanya hampir sama, tetapi tetap berbeda. Di sini kita juga tahu bahwa realitas dikonsepkan secara berbeda (Larson, 1984: 56). Realitas tentang domba dikonsepkan secara lebih rinci di dalam bahasa Inggris. Sedangkan realitas tentang padi, dikonsepkan jauh lebih detail di dalam bahasa Indonesia.

6.4 Hubungan antar Butir-butir Leksikal

Seperti telah dibahas sebelumnya, komponen makna yang sama mungkin terdapat di dalam beberapa kata yang berbeda. Adanya persamaan dan perbedaan komponen makna di antara butir-butir leksikal (kata) ini menyebabkan adanya hubungan diantara beberapa butir leksikal (kata) tersebut bisa dikenali. Pengetahuan tentang jenis-jenis hubungan antar kata ini penting diketahui agar penerjemah bisa memilih kata yang betul-betul padan di dalam Bsa. Hubungan-hubungan yang sudah dikenali selama ini adalah umum-khusus, kata-kata saling mengganti, sinonim, antonim, kata resiprokal (Larson, 1984: 66-75)

6.4.1 Umum-Khusus

Beberapa kata bisa mempunyai hubungan umum-khusus apabila komponen makna sebutir kata dimiliki oleh beberapa kata yang lain, tetapi beberapa kata yang lain tersebut mempunyai komponen makna yang lebih khusus. Di dalam bahasa Inggris ini tampak pada kata-kata contoh seperti di dalam tabel berikut ini.

Tabel 6.2 Kata khusus dalam BSu (diadaptasi dari Larson, 1984: 66)

Dog Deer Dewasa

dog buck Betina

bitch doe Muda Jantan/Betina lamb colt/foal

puppy fawn

Di dalam contoh di atas, kata 'sheep' adalah kata umum, sedangkan ketiga kata yang lainnya 'ram', 'ewe', 'lamb' adalah kata-kata khusus. Oleh karena itu hubungan kata pertama dengan ketiga kata ini disebut hubungan umum khusus. Di dalam bahasa Indonesia bisa contohkan hubungan antara kata 'bunga' dan 'melati', 'mawar', 'bakung' dan lain-lain.

Perlu disadari bahwa pada beberapa bahasa satu kata bisa dipakai di dalam beberapa tingkat. Pada contoh di atas adalah kata 'dog' yang dipakai pada tingkat yang paling umum, dan 'dog' yang dipakai untuk merujuk pada anjing dewasa jantan.

Pemahaman penerjemah akan konsep ini akan sangat berguna baginya untuk menganalisis kata di dalam BSu dan BSa dan juga di dalam mencari padanan yang tepat di dalam BSa. Sebagai contoh perhatikan kalimat berikut.

BSu: He rode the black stallion up the hill.

Di dalam contoh di atas ada kata 'stallion'. Di dalam bahasa Indonesia tidak ada satu kata dengan makna yang persis sama. Yang ada adalah kata dengan makna umum, yaitu 'kuda'. Oleh karena itu penerjemah bisa menggunakan kata umum itu tetapi dengan menambahkan komponen makna yang belum ada yaitu jenis 'dewasa dan jantan'. Maka penerjemah bisa menggunakan kata 'kuda jantan' untuk menerjemahkannya. Maka jadilah kalimat BSa sebagai berikut.

BSa: Ia menunggang kuda jantan menaiki bukit.

Dari contoh di atas sekilas bisa dimengerti bahwa distribusi makna di antara beberapa kata sejenis ini tidak sama dari satu bahasa ke bahasa yang lainnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan Tabel 6.3. berikut yang merupakan terjemahan dari tabel 6.2.

Tabel 6.3 Terjemahan kata dalam BSa

Anjing Rusa Dewasa

anjing rusa

(jantan) (jantan) Betina

(jantan) (jantan)

anjing rusa

(betina) (betina) Muda Jantan/Betina (anak)

(betina) (betina)

(anak) (anak) rusa

Dari perbandingan Tabel 6.2. dan Tabel 6.3. di atas bisa dipahami bahwa Bahasa Indonesia tidak mempunyai kata-kata khusus untuk sebagian besar kata-kata Bahasa Inggris dengan makna khusus seperti yang tercantum dalam Tabel 6.2.

6.4.2 Kata yang Saling Mengganti

Kata-kata yang saling mengganti adalah kata-kata yang bisa digunakan untuk merujuk sebuah kata di dalam suatu naskah. Jadi, termasuk ke dalam kelas hubungan ini adalah pronomina, atau bahkan mungkin juga kata-kata yang termasuk di dalam hubungan umum-khusus di atas. Perbedaan lain dari kelas kata ini dari jenis hubungan umum- khusus adalah kata-kata ini mengganti sebuah kata yang telah digunakan di dalam teks yang terkait. Perhatian contoh berikut.

Dengan santai Handoko menyetir mobilnya menyusuri jalan Ijen. Starlet itupun berjalan mulus di bawah pohon-pohon palem. Pemuda itu jadi ingat kejadian lima tahun yang lalu, saat ia menyusuri jalan kebanggaan Malang bersama Esti.

Di dalam contoh di atas, antara 'Handoko', 'pemuda', dan 'ia' mempunyai hubungan saling mengganti. Demikian juga antara kata 'mobil' dan 'Starlet'.

6.4.3 Sinonim

Kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau hampir sama di dalam suatu bahasa disebut sinonim. Sebagai contoh adalah:

- berkata - bergumam - berbisik - bertanya

- berujar - bertutur Dalam kaitannya dengan hal ini, penerjemah perlu mengetahui perbedaan antara kata-kata yang bersinonim itu dalam hal kapan kata- kata tertentu harus digunakan. Sebagai contoh 'bergumam' dan 'berbisik' memang hampir sama maknanya. Tetapi dalam konteks, berbeda penggunaannya. Perhatikan contoh berikut.

- Ani bergumam sendirian. - Ani berbisik kepada Anto.

6.4.4 Antonim (lawan kata)

Antonim (lawan kata) adalah kata-kata yang mempunyai makna berlawanan. Semua bahasa memang mempunyai pasangan-pasangan antonim, tetapi konsep yang dipasang-pasangkan dalam hubungan perlawanan makna ini bisa berbeda. Perhatikan contoh berikut.

Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

tall - short tinggi - rendah; jangkung - pendek long - short

panjang - pendek

much - little

banyak - sedikit

many - few

banyak - sedikit

6.4.5 Kata-kata resiprokal (kata-kata berbalasan)

Jenis hubungan antara kata-kata yang terakhir adalah hubungan resiprokal (hubungan berbalasan). Contoh hubungan berbalasan ini hadir di dalam pasangan kata-kata berikut.

Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

memberi - menerima

give - take

bertanya - menjawab

ask - answer

Meskipun begitu penerjemah juga harus tetap hati-hati bahwa pasangan tertentu mungkin ada di dalam suatu bahasa tertentu tetapi Meskipun begitu penerjemah juga harus tetap hati-hati bahwa pasangan tertentu mungkin ada di dalam suatu bahasa tertentu tetapi

Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

borrow - lend meminjam - meminjamkan teach - learn

mengajar - belajar

loan - loan

hutang - piutang

Akhirnya, para penerjemah harus selalu menyadari bahwa sebuah kata mungkin mempunyai padanan kata di BSa, atau mungkin saja tidak mempunyai padanan kata-demi-kata. Jadi penerjemah harus menganalisis kata BSu sebelum mencari padan kata atau membentuk sendiri kata baru di dalam BSa. Pembentukan struktur kata baru ini sangat terbantu oleh pemahaman penerjemah dalam hal hubungan antar kata seperti yang telah diuraikan di depan.

6.5 Ketidakpadanan Leksikal antar Bahasa

Telah disebutkan di beberapa bagian dalam bab ini bahwa salah satu masalah leksikal (kosa kata) bagi penerjemah adalah adanya ketidakpadanan leksikal antar BSu dan BSa. Menurut Larson (1984: 89-97) ada beberapa macam ketidakpadanan, yaitu ketidakpadanan acuan, ketidakpadanan perangkat semantik, dan ketidakpadanan butir leksikal secara budaya.

6.5.1 Ketidakpadanan Acuan

Setiap kata selalu mempunyai acuan yang bisa berupa benda, kejadian, atau keadaan. Mungkin sekali acuan tertentu ada di dalam BSu dan BSa, tetapi mungkin juga sistem acuan yang dipakai berbeda.

Sebagai contoh, kata 'rice' di dalam Bahasa Inggris mempunyai acuan berupa benda yang juga ada di dalam Bahasa Indonesia. Tetapi di dalam Bahasa Indonesia, benda tersebut diacu dengan lebih dari satu kata: di dalam Bahasa Indonesia ada kata 'padi', 'gabah', 'beras', dan 'nasi'. Jadi penerjemah harus hati-hati kalau menerjemahkan kata 'rice' ke dalam bahasa Indonesia. Ia harus memilih satu di antara keempat kata tersebut.

Kejadian yang sama pun bisa diacu secara berbeda dalam bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Dalam bahasa Inggris ada kata 'bring' dan 'carry'. Tetapi di dalam bahasa Indonesia ada kata: 'membawa',

'menggendong', 'memanggul', 'memikul', dan 'menjinjing'. Bahkan di dalam Bahasa Jawa, selain kata 'nggawa', 'nggendhong', 'mikul', dan 'nyangking', ada juga kata 'ngindhit' dan 'nyunggi' atau 'nyuwun' (membawa di atas kepala).

6.5.2 Ketidakpadanan Perangkat Semantik

Kelompok-kelompok kata tertentu di dalam semua bahasa mewakili sekelompok atau perangkat makna yang tertentu saja. Hanya kadang kala kelompok makna di dalam suatu bahasa tidak diwakili oleh kelompok kata yang sama di dalam bahasa lain. Untuk ilustrasi, ambil misal kata-kata yang berhubugan dengan pertanian di Bahasa Inggris dan di Bahasa Indonesia. Meski perangkat makna yang diacu sama, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan pertanian, tetapi kata-kata yang digunakan atau konsep-konsep yang berhubungan berbeda. Perhatikan tabel berikut ini.

Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

thrashing machine

mesin giling

Contoh yang lain adalah tentang topik 'keluarga'. Perhatikan tabel berikut.

Bahasa Inggris

Bahasa Indonesia

mother

ibu

father

ayah

uncle

paman

aunt

bibi

Dalam hal ini bahasa Indonesia membedakan kakak-adik menurut perbedaan tua-muda, sedangkan dalam bahasa Inggris menurut gendernya. Jadi brother, sister, uncle dan unt dapat bermakna adik atau kakak, pakde-bude, dan seterusnya.

Secara kultural Bahasa Indonesia mengenal keluarga inti (nuclear family) dan keluarga besar (extended family). Orang Indonesia pada umumnya sangat menyukai konsep keluarga kesar, sedangkan orang Amerika dan Eropa Barat hanya mengenal konsep keluarga inti saja. Hal ini memang tidak tampak mencolok dari sederetan kata-kata di atas, tetapi simak saja penggunaan kata Pak, Bu, Mas, Dik, mBak, Yu, dan sebagainya sebagai panggilan akrab dan lebih hormat kepada orang yang kita sapa. Perhatikan contoh-contoh panggilan Bung Karno, Bung Hatta, Bung Tomo; Pak Nas, mBak Mega, Gus Dur, dan lain-lain. Akan terdengar janggal dan kurang hormat kalau kita memanggil orang lain hanya dengan nama kecilnya saja, kecuali terhadap orang-orang yang sangat akrab atau orang yang berposisi "lebih rendah" daripada kita, contohnya Sidin. Cara ini pun sekarang sudah tidak lazim lagi, dan kita memanggil mereka Bang Sidin, Bi Inem, dsb.

Di lain pihak, kultur Bahasa Inggris hanya mengenal keluarga inti: father, mother, brother, sister, uncle, aunt, grandfather dan grand mother. Untuk panggilan kepada orang lain mereka menggunakan Mr, Miss, Mrs, Ms, Sir, dan lain-lain. Sedangkan kata Father, Mother, dan Brother diikuti oleh nama diri digunakan untuk menyapa pendeta dan biarawan atau biarawati, seperti Mother Theresa, Father Ximenes, dan sebagainya.

6.5.3 Ketidakpadanan Butir Leksikal secara Budaya

Dari pembahasan tentang ketidakpadanan perangkat semantik di atas, dapat diperkirakan bahwa pengelompokan kata berbeda dari satu budaya ke budaya yang lain. Budaya jawa mempunyai banyak kata yang terkonsentrasi di sekitar topik 'kelapa' dan 'padi', tetapi tidak mempunyai banyak kata dalam konsentrasi 'salju', misalnya. Demikian juga tentang kata sekitar topik keluarga (perhatikan kembali contoh di atas.)

Kata-kata dalam BSu dan BSa yang sekilas tampak sama sekalipun, sebenarnya berbeda secara budaya. Ambil contoh kata 'house' dan 'rumah'. 'House' biasanya mempunyai sistem penghangat baik itu berupa perapian atau penghangat listrik. Sedangkan 'rumah' tidak pernah punya sistem penghangat. Ruang-ruang yang menjadi bagian sebuah 'house' pun berbeda dengan ruang-ruang yang menjadi bagian 'rumah' orang Jawa, misalnya. Di 'rumah' orang Jawa ada 'senthong', 'pendhapa', dan 'pringgitan. Sementara 'house' mempunyai 'living room', 'kitchen', dan 'bedroom'.

Kalimat "Orang-orang mengadakan rapat di ruang depan" akan janggal bila diterjemahkan menjadi "The people have a meeting in the front room", karena 'house' tidak mempunyai front room, yang ada adalah 'living room'.

Perhatikan pula perbedaan kata house dan home. Dalam konsep bahasa Inggris, house adalah rumah yang dimiliki, sedangkan home adalah rumah yang ditempati.

Kesimpulannya, dari pembahasan ini bisa dilihat bahwa seorang penerjemah tidak hanya berkutat dengan konsep di dalam satu bahasa, tetapi konsep di dalam dua bahasa. Setiap bahasa mungkin akan membungkus konsep itu secara berbeda atau unik di dalam butir-butir leksikalnya. Jika penerjemah ingin mencapai ketepatan yang bisa dipertanggungjawabkan di dalam menerjemahkan, maka ia harus mengetahui sesuatu yang berkenanan dengan kemungkinan kepadanan (yang akan dibahasa di dalam sub bab berikut ini) atau ketidakpadanan antara sistem leksial kedua bahasa tersebut.

6.6 Padanan Leksikal dengan Konsep yang Sama

Seperti yang telah disinggung di atas, salah satu tugas penerjemah adalah mencari padanan leksikal di dalam BSa. Ada dua hal yang perlu Seperti yang telah disinggung di atas, salah satu tugas penerjemah adalah mencari padanan leksikal di dalam BSa. Ada dua hal yang perlu

Kreativitas ini diperlukan karena bahasa, seperti yang telah dibahas sebelumnya, memang merangkai komponen makna secara berbeda dan membagi komponen makna ini ke dalam beberapa kata secara berbeda pula. Demikian juga cara mengekspresikan gagasan: bahasa-bahasa itu mempunyai cara yang berbeda. Satu bahasa mengekspresikan secara positif, yang lain secara negatif; yang satu secara aktif, yang lain negatif. Oleh karena itu, penerjemah harus terlebih dulu menyadari hal-hal berikut: (1) sebuah kata BSu mungkin diterjemahkan menjadi satu kata BSa atau lebih, (2) beberapa kata di dalam BSu mungkin juga bisa diterjemahkan menjadi satu kata saja dalam BSa, (3) kata-kata dalam BSu mungkin juga diterjemahkan menjadi kata-kata BSa yang sama sekali berbeda (Larson, 1984: 154). Lebih lanjut Larson (1984: 154) menyatakan bahwa hal di atas terjadi karena dua alasan: (1) setiap bahasa mempunyai perbedaan dalam jumlah dan cara pemilihan komponen makna yang terrangkum dalam sebuah kata, dan (2) setiap bahasa berbeda dalam hal hubungan semantis antara beberapa kata.

Apabila terjemahan harfiah tidak bisa digunakan, maka penerjemah bisa menyusun frasa deskriptif di dalam BSa (Larson, 1984: 155). Frasa deskriptif ini dibentuk dengan cara menerjemahkan sebuah kata BSu dengan sebuah kata BSa yang mempunyai makna yang hampir sama dengan kata BSu, tetapi serangkaian kata lain ditambahkan agar makna yang akan disampaikan tetap utuh seperti makna kata BSu-nya. Bila ditulis dengan rumus, rumus itu adalah a=a'+b, di mana a adalah kata BSu, a' adalah kata BSa yang mirip kata BSu dalam hal makna, dan b adalah kata-kata lain yang digunakan untuk memperjelas makna. Sebagai contoh, perhatikan kalimat berikut.

BSu: Pak Karto memanggul sendiri bakul padinya. BSa: Pak Karto carried the rice basket himself on his shoulder. BSu: He gave me a nickel. BSa: Ia memberiku uang logam lima senan.

Di dalam contoh di atas, kata 'memanggul' diterjemahkan menjadi frasa desktiptif 'carry on his shoulder'. Sementara itu di dalam contoh ke dua, 'nickel' diterjemahkan menjadi 'uang logam lima senan'.

Frasa deskriptif tersebut digunakan apabila penerjemah memang merasa perlu benar-benar untuk menyampaikan makna kata BSu secara utuh (mungkin untuk mengenalkan kebiasaan atau budaya BSu). Tetapi bila makna kata BSu tersebut tidak dipandang sepenting itu, maka sinonim atau kata BSa yang lebih umum atau khusus, atau bahkan bentuk negasi dari lawan katanya pun bisa digunakan. Perhatikan contoh berikut ini.

BSu: Pak Karto memanggul sendiri bakul padinya. BSa: Pak Karto carry the rice basket himself.

BSu: He gave me a nickel. BSa: Ia memberiku uang logam.

Di dalam contoh di atas, 'memanggul' bisa diterjemahkan dengan kata 'carry' saja, dan 'nickel' dengan 'uang logam saja'.

6.7 Padanan Leksikal dengan Konsep yang Tidak Diketahui di dalam BSa

Salah satu tugas berat penerjemah, menurut Larson (1984: 163) adalah mencari padanan leksikal dengan acuan konsep yang tidak dimiliki oleh BSa. Bila ini terjadi, BSa sudah barang tentu tidak mempunyai butir leksikal untuk konsep ini. Kesulitan penerjemah tidak hanya mencari padanan kata dalam BSa, tetapi juga dalam mencari cara bagaimana mengenalkan konsep itu ke dalam BSu. Ada tiga cara yang bisa ditempuh oleh penerjemah bila ia menghadapi masalah ini: (1) menggunakan kata umum dan frasa deskriptif (seperti yang telah dibahas di depan), (2) menggunakan kata pinjaman atau jumputan, dan (3) penggantian kultural (Beekman dan Callow dalam Larson, 1984: 163). Meskipun begitu penerjemah harus sadar bahwa setiap pilihan mempunyai kelemahan dan kelebihan.

Kata umum yang ditambah dengan frasa deskriptif tentu saja membuat kalimat terjemahan lebih panjang dan terasa bebas, tetapi makna yang ditransfer lebih utuh. Kata pinjaman membuat teks BSa terasa asing, tetapi lebih efektif dan ekonomis. Sementara itu penggantian secara kultural (cultural substitutues) memang membuat teks BSa terasa luwes Kata umum yang ditambah dengan frasa deskriptif tentu saja membuat kalimat terjemahan lebih panjang dan terasa bebas, tetapi makna yang ditransfer lebih utuh. Kata pinjaman membuat teks BSa terasa asing, tetapi lebih efektif dan ekonomis. Sementara itu penggantian secara kultural (cultural substitutues) memang membuat teks BSa terasa luwes

Alternatif pertama bisa dilakukan dengan baik bila penerjemah mau mempertimbangkan fungsi dan bentuk fisik dari konsep yang diacu oleh kata BSu. Lalu padanan deskriptifnya mencakup kata umum ditambah rincian fungsi dan/atau bentuknya.

Kata pungutan adalah kata BSu yang langsung dimasukkan ke dalam BSa baik dengan atau tanpa modifikasi. Kita mempunyai banyak sekali kata pinjaman, terutama dari bahasa Inggris, misalnya 'komputer', 'motor', 'efektif', dan dari bahasa Arab, misalnya 'setan', 'malaikat', 'hadir', dll.

Penggantian kata BSu dengan kata lain dengan fungsi kultural yang sama bisa dilakukan bila kata ini memang pada dasarnya menyngkut fungsinya, bukan bentuknya. Untuk lebih jelasnya perhatikan kalimat berikut.

BSu: Ia mengunyah buah duwet dengan lahapnya. BSa: He eats the cherry fruit eagerly. BSa: He eats the small fruit called duwet eagerly.

Pada teks BSa yang pertama, 'buah duwet' diganti dengan 'chery fruit' karena bahasa Inggris tidak mengenal 'duwet' dan maksud penulis asli dengan 'buah duwet' itu adalah untuk sekedar pelega rasa haus dan laparnya. Oleh karena itu 'chery fruit' sudahlah cukup. Tetapi bila tujuan penulis asli adalah untuk memperkenalkan 'buah duwet' kepada sidang pembaca bahasa Inggris, maka frasa deskiptif seperti teks BSa yang kedualah yang lebih cocok. Di bawah ini ada beberapa contoh penggunaan penggantian

Dengan kata lain dengan fungsi yang sama ini. Contoh-contoh ini diambil dari novel "Burung-burung Manyar" karya Mangunwijaya dan terjemahnnya buah karya T.M. Hunter, "The Weaverbirds".

BSu: Nanti saatnya kan datang sendiri, rekannya itu mengungkapkan "hikayat-nya". Tetapi itu harus membugil spontan, seperti kalau perempuan mandi di sumur pada BSu: Nanti saatnya kan datang sendiri, rekannya itu mengungkapkan "hikayat-nya". Tetapi itu harus membugil spontan, seperti kalau perempuan mandi di sumur pada

BSa: In time the story would come out of her all by itself. Nonetheless, she would slip in a suggestion here and there. Show her, in a flash, her real intent, as a woman reveals her nakedness when she's about to bathe at a spring in the chill of the setting sun. Perhaps asking Mbok Ranu to massage her back would provide the opportunity. (p. 23)

BSu: Dan pernah sesudah menang curang gobag sodor ia memaksakan hadiah ciuman. Padahal sudah disepakati: jika Atik menang, Atik digendong Teto. Tetapi karena Atik terlalu lemah untuk menggendong Teto bila Teto menang, Atik sanggup untuk memberi kecik sawo (biji sawo) tiga biji, yang sering dibutuhkan Teto untuk adu kecik sawo dengan kawan- kawannya. (pp. 22-23)

BSa: Once he had cheated to win a game of hide-and-seek and had forced a kiss from Atik as his reward. Before the game they had agreed that if she won, he would have to carry her on his hip like a baby. But because she wasn't strong enough to carry Teto that way, she had promised him that if he won she would give him two sapodilla seeds. Sapodilla seeds were important for boys, who use them as marbles to see who could shoot the farthest. (p. 33)

Di dalam contoh di atas kata "dikeroki" dan "gobag sodor" tidak begitu penting untuk ditransfer maknanya secara keseluruhan. Yang penting adalah fungsi kedua kata tersebut di dalam teks. Oleh karena itu 'dikeroki' diganti dengan 'massage' dan 'gobag sodor' dengan 'game of hide-and-seek'.

Alternatif ini tidak boleh digunakan bila penerjemah tidak ingin merubah fakta yang disampaikan. Tentu saja seorang petani Jawa yang sederhana makan 'nasi pecel' dan minum 'kopi' sebagai sarapan tidak bisa diganti dengan makan 'telor rebus' dan minum segelas 'susu' sebagai sarapan, apabila tujuan penerjemah in gin melaporkan kebiasaan sarapan Alternatif ini tidak boleh digunakan bila penerjemah tidak ingin merubah fakta yang disampaikan. Tentu saja seorang petani Jawa yang sederhana makan 'nasi pecel' dan minum 'kopi' sebagai sarapan tidak bisa diganti dengan makan 'telor rebus' dan minum segelas 'susu' sebagai sarapan, apabila tujuan penerjemah in gin melaporkan kebiasaan sarapan

6.8 Hampa Padanan (Translation Void)/Tanpadan

Hampa padanan dari sudut yang berbeda disebut juga tanpadan (untranslatable) Ini adalah suatu keadaan apabila padanan dalam bentuk satu kata atau ungkapan (one-to-one equivalent) tidak bisa ditemukan di dalam BSa. Kasus tanpadan ini sering hadir di dalam penerjemahan kata majemuk, lakuran, penggalan, dan akronim. Meskipun begitu harus dicermati bahwa tidak semua kasus penerjemahan kata majemuk, lakuran, penggalan, dan akronim adalah kasus tanpadan.

6.9. Kata Majemuk

Ada dua macam kata majemuk. Yang pertama adalah kata majemuk yang maknanya bisa diturunkan dari makna elemen kata yang menyusunnya. Kata majemuk ini bisa disebut kata majemuk transparan. Jenis kedua adalah kata majemuk yang maknanya tidak bisa ditelusuri dari elemen kata penyusunnya. Jenis ini bisa disebut kata majemuk buram. Kedua jenis kata majemuk ini mempengaruhi cara penerjemahannya. Untuk jenis pertama biasanya bisa diterjemahkan dengan terjemahan literal, tetapi jenis kedua biasanya tidak bisa diterjemahkan dengan cara literal: beberapa penyesuaian diperlukan. Perhatikan contoh kedua kata majemuk berikut.

Contoh jenis 1

bookstore = book + store = toko buku

(buku) (toko)

toothache = tooth + ache = sakit gigi

(gigi) (sakit)

notebook = note + book = buku catatan

(catatan) (buku) (catatan) (buku)

(matahari) (bunga)

cold blooded = cold + blooded = berdarah dingin

(dingin) (berdarah)

Contoh jenis kedua:

hot dog = hot + dog = sejenis roti ... (panas) (anjing)

green eyed = green + eyed = iri

(hijau) (bermata)

green stuff = green + stuff = sayur (hijau) (bahan)

grasshopper = grass + hopper = belalang

(rumput) (pelompat)

street walker = street + walker = wanita tuna susila

(jalan) (pejalan)

lighthouse = light + house = mercusuar (cahaya) (rumah)

dengue fever = dengue + fever = demam berdarah (sejenis nyamuk) (demam)

chatter box = chatter + box = pembual ulung

(pembual) (kotak)

Yang diantara jenis 1 dan 2:

wrist watch = wrist + watch = jam tangan (pergelangan tangan) (jam)

book worm = book + worm = kutu buku

(buku) (cacing)

dry clean = dry + clean = binatu kering

(kering) (bersih) (kering) (bersih)

(berhenti) (menembak)

Contoh-contoh di atas hanyalah sebagian saja. Para pembaca bisa dengan mudah mencari contoh-contoh lain dari buku pedoman pengindonesiaan istilah asing dari Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Jakarta.

6.10 Lakuran (blending), Penggalan (clipping), dan Akronim (acronym)

Lakuran adalah penggabungan dua kata menjadi satu. Biasanya bagian pertama dari kata pertama dan bagian terakhir dari kata terakhir yang diambil. Di dalam bahasa Inggris kita bisa menemukan motel (motorway hotel), brunch (breakfast lunch), fridge (freezer referigerator), smog (smoke fog), edutainment (education entertainment), dan beberapa lagi. Di dalam bahasa Indonesia kita bisa menemukan kata Patas (cepat terbatas), Aremania (Arema maniak), habibienomics (Habibie economics), asbut (asap dan kabut), gibol (gila bola), dan lain-lain.

Berbeda dengan lakuran, di dalam proses penggalan (clipping) sebuah kata yang biasanya terdiri atas beberapa suku kata dan, oleh karenanya, panjang, dipenggal menjadi bagiannya saja. Di dalam bahasa Inggris kita bisa menemukan zoo (dari zoological garden), dorm (dormitory), mag (magazines), pub (public bar), dan lain-lain. Di dalam bahasa Indonesia kita pun bisa menemukan lab (laboratorium), dan kata sapaan Pak (Bapak), Bu (Ibu), Bang (Abang), Dik (Adik), dan seterusnya.

Akronim adalah cara pembentukan kata, mirip sekali dengan singkatan, di mana setiap huruf pertama di dalam kata asal diambil dan untuk menyusun singkatan baru. Di dalam bahasa Inggris kita mengenal NASA (National Aeronotics and Space Administration), VIP (very important person), YMCA (Young Men's Christian Association), AIDS (Acquired Immunity Deficiency Syndrome), NATO (North Atalantic Treaty Organization), dan lain-lain. Dalam bahasa Indonesia kita mengenal ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), RSU (Rumah Sakit Umum), AMD (Abri Masuk Desa), RT (Rukun Tetangga), dan lain-lain.

Untuk menerjemahkan butir-butir leksikal semacam ini penerjemah mungkin harus memahami dulu asal butir leksikal itu, memahami maknanya, lalu ada tiga cara yang ditempuh. Kalau ada Untuk menerjemahkan butir-butir leksikal semacam ini penerjemah mungkin harus memahami dulu asal butir leksikal itu, memahami maknanya, lalu ada tiga cara yang ditempuh. Kalau ada

Di bawah ini adalah contoh dari kemungkinan pertama, yaitu seorang penerjemah mencarikan padanan kata BSa dari sebuah akronim di BSu.

p.m. (post merediem) = sore a.m. (ante merediem) = pagi UFO (unidentified Flying Object) = piring terbang P.M. (Prime Minister) = Perdana Menteri (bukan Menteri Utama)

Di bawah ini adalah kemungkinan kedua, yaitu penerjemah menerangkan makna dari masing-masing elemen. motel

bagi pelancong berkendaraan mobil brunch = breakfast + lunch = makan pagi dan siang sekaligus hansip = pertahanan + sipil = civil defense Kanwil = Kantor + Wilayah = Regional Office

= motorway + hotel =

hotel

Perlu diingat bahwa di dalam Bahasa Indonesia masalah lakuran, penggalan, dan akronim ini sering kali menjadi sulit difahami dan sulit diterjemahkan. Kesulitan ini adalah akibat pencampur-adukan ketiga cara di atas. Mengenali maknaya saja kadang-kadang sulit bagi orang Indonesia sendiri. Perhatikan contoh-contoh berikut: Denpom (Detasemen Polisi Militer), Korsik (Korps Musik), Pemilu (Pemilihan Umum), Yonzipur (Batalyon Zeni Tempur), Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia), Lemhanas (Lembaga Ketahanan Nasional), Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Siaga (Siap Antar Jaga), dan Sembako (Sembilan bahan pokok).

Di dalam contoh di atas, aturan pembentukan akronim, yaitu menggambil huruf pertama dari tiap-tiap kata, tidak ditepati, terutama untuk kata yang kedua dan ketiga. Untuk kata kedua dan ketiga dalam bentuk leksikal ini dipakailah prinsip lakuran. Di sini Bahasa Indonesia mementingkan keserasian bunyi, bukan aturan yang konsisten. Contoh terjemahan akronim dapat dilihat di Lampiran 1.

6.11 Makna figuratif

Makna figuratif biasanya ditemukan penerjemah saat ia menerjemahkan teks-teks karya sastra. Penggunaan makna figuratif ini termasuk gaya penulis yang tidak boleh dihilangkan begitu saja. Oleh karena itu penerjemah harus berhati-hati dalam mengerjakan penerjemah yang menyangkut makna figuratif atau gaya bahasa ini. Memang ada banyak gaya bahasa, tetapi yang paling sering dipakai adalah efimisme, simile dan metafora, dan personifikasi. Selain itu makna figuratif sering kali hadir di dalam ungkapan idiomatik. Oleh karena itu berikut ini kita akan membahas keempat hal tersebut secara singkat.

6.11.1 Eufemisme

Eufemisme adalah penggunaan kata-kata untuk mengganti kata- kata atau ungkapan tertentu yang dianggap kasar atau dapat menyinggung perasaan. Sebagai contoh adalah kata "mati". Kata ini dalam konteks tertentu dianggap terlalu kasar. Oleh karena itu kata ini bisa diganti dengan kata "berpulang". Perhatikan contoh-contoh berikut.

- Ibunya telah mati tiga tahun yang lalu. - Ibunya telah berpulang tiga tahun yang lalu.

- Anak Pak Bupati gila. - Putera Pak Bupati terganggu ingatannya.

Di dalam contoh di atas kalimat pertama menggunakan kata yang sebenarnya tepat sesuai maknanya, dan kalimat kedua mengganti kata tersebut dengan kata lain, yang meskipun tidak tepat sekali makna literalnya tetapi terasa halus.

Di dalam menerjemahkan eufemisme, penerjemah juga harus memilih ungkapan yang berupa eufemisme pula. Efemisme di dalam BSu Di dalam menerjemahkan eufemisme, penerjemah juga harus memilih ungkapan yang berupa eufemisme pula. Efemisme di dalam BSu

BSu: Ibunya telah berpulang tiga tahun yang lalu. BSa: His mother passed away three years ago. (diganti eufemisme di BSa.)

BSu: Putera Pak Bupati terganggu ingatannya. BSa: The Regent's son is mentally imbalanced. (mengganti dengan

eufemisme BSa.)

BSu: He is a little slow. BSa: Ia sedikit lambat. (Menerjemahkan efemisme BSu secara literal.)

BSu: She is not feeling well. BSa: Ia sedang tak enak badan.

6.11.2 Simile dan metafora

Simile adalah gaya bahasa yang dibentuk dengan cara membandingkan dua hal atau objek secara explisit. Di dalam Bahasa Indonesia simile diandai dengan kata "bagaikan", "bak", dan "seperti". Di dalam Bahasa Inggris, simile ditandai dengan penggunan "as", "like", "as though", dan "as if". Ada dua cara menerjemahkan simile ini. Cara pertama adalah menerjemahkan secara langsung atau literal dan yang kedua adalah menerjemahkan secara tidak langsung atau menerjemahkan dengan simile di dalam BSa atau menerangkan makna yang dimaksud. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh-contoh sebagai berikut.

He's as quick as lightning - Ia cepat seperti kilat.

- Ia secepat kilat. - Ia cepat sekali.

Di dalam contoh di atas, terjemahan yang ketiga adalah terjemahan tidak langsung atau penerjemahan dengan makna yang dimaksud. Sedangkan terjemahan kedua sebenarnya terjemahan langsung, tetapi gaya bahasanya sedikit diubah. Yang paling baik tentunya alternatif pertama bila terjemahan itu berterima di dalam BSa.

Simile sendiri mempunyai dua jenis: simile klise dan simile kreatif. Simile klise adalah simile yang sudah berulang kali dipakai. Sedangkan simile kreatif adalah simile yang belum klise. Salah satu atau kedua alternatif ini, terjemahan langsung dan tak langsung, bisa digunakan untuk kedua jenis simile tersebut. Di bawah ini adalah contoh simile tradisional (klise) dan terjemahannya.

- as hard as a rock

- keras bagai karang - sekeras karang

- keras sekali

- as poor as a church mouse - sangat melarat (catatan: terjemahan langsung tidak berterima.)

- as old as the hills - tua bangka

- tua sekali

(catatan: terjemahan langsung tidak berterima.)

- as warm as toast - hangat sekali (catatan: terjemahan langsung tidak berterima.)

- as pale as a ghost - pucat bagaikan kapas

- pucat sekali

(catatan : terjemahan langsung tidak berterima.)

- as silent as the grave - sangat sunyi

- sunyi senyap

Selain simile tradisional yang sudah klise tersebut, penerjemah mungkin lebih sering menemui simile kreatif karya-karya penulis baru. Perhatikan contoh-contoh berikut ini. Teks aslinya adalah "The Broken Wings" karya Kahlil Gibran.

BSu: My life was a coma, empty like that of Adam in paradise (p. 344) BSa: Hidupku adalah sebuah koma, kosong, seperti hidup Adam di surga.

BSu: Beirut, free from the mud of winter and the dust of summer, is like a bride in the spring, or like a mermaid sitting by the side of a brook drying her smooth skin in the rays of the sun (p. 352)

BSa: Beirut, terbebas dari lumpur musim dingin dan debu musim panas, bagaikan pengantin wanita di musim semi, atau bagai puteri duyung yang sedang duduk berjemur untuk mengeringkan kulitnya yang halus di pinggir sungai.

BSu: An old man likes to return in memory to the days of his youth like a stranger who longs to go back to his own country (p. 352)

BSa: Orang tua ingin mengingat kembali masa mudanya seperti

seorang asing yang rindu pulang ke negaranya.

Metafora mirip dengan simile, hanya saja kata yang menunjukkan perbandingan "as", "like", "bagai", dan "seperti" tidak ada. Jadi metafora adalah perbandingan langsung.

Di dalam kehidupan sehari-hari, ada dua macam metafora, yakni metafora yang bersifat universal dan yang terikat oleh budaya. Meetafora universal adalah metafora yang mempunyai medan semantik yang sama bagi sebagian besar budaya yang ada di dunia ini. Sebagai contoh, metafora yang tekandung dalam kalimat "Engkaulah matahariku" ini besifat universal karena matahari di mana pun mempunyai sifat yang selalu menyinari. Dan sinar pun juga simbol universal yang menunjukkan semangat, kesenangan, dan sejenisnya. Jenis metafora ini bisa secara langsung diterjemahkan ke dalam BSa. Jadi terjemahan Bahasa Inggris dari Engkaulah matahariku adalah "You are my sun".

Metafora yang terikat oleh budaya adalah metafora yang memakai lambang dengan maknanya hanya dimengerti oleh satu budaya saja. Lambang ini mungkin juga mempunyai makna yang lain lagi di dalam Metafora yang terikat oleh budaya adalah metafora yang memakai lambang dengan maknanya hanya dimengerti oleh satu budaya saja. Lambang ini mungkin juga mempunyai makna yang lain lagi di dalam

BSu: Nasibku di ujung tanduk BSa: I'm hanging on a thread.

Tetapi jika metafora itu dianggap sangat penting dan harus dipertahankan, misalnya sebagai ciri khas penyair di dalam sebuah pusisi, maka penerjemah terpaksa menggunakan terjemahan harfiah. Tetapi hal ini sangat jarang terjadi.

Singkatnya, cara menerjemahkan metafora pun mirip dengan cara menerjemahkan simile. Secara konkret ada tiga jalan: (1) menerjemahkan secara harfiah bila metafora itu bersifat universal, (2) menerjemahkan dengan metafora BSa bila metafora itu terikat budaya dan perannya tidak sangat penting bagi keseluruhan teks, dan (3) menerangkan makna metafora itu di dalam BSa bila metafora itu terikat budaya, tidak begitu penting bagi keseluruhan teks, dan tidak ada padanan metaforanya di dalam BSa.

6.11.3 Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa yang memberikan sifat-sifat manusia kepada benda dan makluk tak bernyawa lain, termasuk tumbuhan dan alam. Untuk menerjemahkan personifikasi penerjemah bisa langsung menerjemahkannya secara harfiah asal tidak bertentangan dengan kaidah tata bahasa BSa. Kalau terjemhan harfiah tidak berterima, penerjemah bisa mengubah terjemahannya sedikit lebih bebas sehingga makna dan gaya bahasa itu bisa tersampaikan. Perhatikan contoh-contoh berikut. Kalimat BSu di ambil dari The Broken Wings karya Kahlil Gibran.

BSu: ... when love opened my eyes with its magic rays and touched BSu: ... when love opened my eyes with its magic rays and touched

BSu: ... and when I sat by the seashore I heard the waves singing the song of Eternity (p. 383) BSa: ... dan saat aku duduk di tepi laut aku dengar ombak menyanyikan lagu keabadian.

BSu: ... and the passion that drew tears from my eyes was replaced by perflexity that sucked the blood from my heart, ... (p. 400) BSa: ... dan cinta yang mengeringkan air mata dari mataku berganti menjadi kebingungan yang menyedot darah dari hatiku, ...

6.11.4 Idiom (Kiasan)

Idiom atau kata kias adalah kata-kata yang tidak bisa dimengerti dan diterjemahkan secara harfiah dan biasanya menyimpang dari kaidah gramatika yang umum. Untuk itu penerjemah harus memahami maknanya dalam kaitannya dengan konteksnya, meskipun ada beberap idiom yang sudah sangat umum. Setelah itu usaha penerjemahan baru bisa dimulai. Pasti, modifikasi diperlukan agar makna yang sesungguhnya bisa tersampaikan. Terjemahan idiom ini adalah idiom lain di dalam BSa bila ada, dan bila tidak (sayangnya ini yang sering terjadi), maka penerjemah bisa mencari kata umum di dalam BSa yang mengandung makna yang sama dengan idiom BSu yang bersangkutan. Perhatikan contoh-contoh berikut.

BSu: Ia adalah seorang kuli tinta yang handal. BSa: He is a reliable journalist.

BSu: Don't just take it for granted. Study it first, speak later. BSa: Jangan hanya menerima apa adanya. Pelajari dulu, baru bicara.

Bsu: Don't lose your heart. The sun always rises in the morning. BSa: Jangan patah semangat. Matahari selalu terbit tiap pagi.

BSu: Michael Jackson is one of the living legends. BSa: Michael Jackson adalah salah satu dari legenda hidup.

BSu: You cannot fly off the handle here. BSa: Kamu tak boleh marah-marah di sini.

BSu: Don't ever spill the bean. BSa; Jangan pernah membuka rahasia.

Dari pembahasan tentang makna figuratif atau makna kias ini dapat disimpulkan bahwa penerjemah selayaknya berusaha menerjemahkan teks secara langsung (harfiah) jika berterima di dalam BSA secara tata bahasa dan semantis. Tetapi jika hal ini tidak mungkin, penerjemah bisa lebih bebas untuk menuliskan kembali teks BSu menjadi teks BSa. Hal pertama adalah mencari padanan yang ungkapan, gaya bahasa, atau kata kias yang telah ada di dalam BSa. Bila hal ini pun tidak mungkin, cara terakhir adalah menggunakan kata lain dengan makna yang sama dengan ungkapan, gaya bahasa, atau kata kias BSu, yang bersifat universal, atau kalau perlu menerangkan maksudnya.

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22