Strategi Pragmatik

4.3 Strategi Pragmatik

Strategi pragmatik mengubah pesan. Karena mengubah pesan, maka strategi ini kemungkinan besar melibatkan pengubahan yang lebih besar daripada yang dilakukan strategi sintaktik dan semantik. Strategi ini sering digunakan dengan mempertimbangkan pesan keseluruhan teks atau bagian dari teks. Chesterman (1997) menyebutkan sepuluh jenis strategi pragmatik. Menurut kami beberapa termasuk dalam strategi semantik, yang dalam pemahaman kami adalah strategi yang didasarkan ada makna kata atau frasa. Misalnya, strategi pemfilteran budaya menurut Chesterman (1997) menurut hemat kami adalah sama dengan padanan budaya dalam strategi semantik kami. Oleh karena itu jenis ini tidak kami masukkan ke dalam strategi pragmatik. Yang kami maksud sebagai strategi pragmatik adalah sebagi berikut: (a) Pengubahan kejelasan makna, (b) penambahan dan pengurangan informasi, (c) pengubahan hubungan interpersonal, (d) pengubahan ilokusi, (e) pengubahan susunan informasi, (f) penerjemahan parsial (g) pengubahan visibilitas penerjemah, (h) transediting, dan (i) penyaduran.

a. Pengubahan kejelasan makna

Strategi pragmatis kedua adalah perubahan kejelasan pernyataan. Dengan strategi ini, makna di BSa dibuat baik lebih eksplisit (disebut eksplisitasi) atau lebih implisit (disebut implisitasi) (Chesterman, 1997). Dalam eksplisitasi penerjemah secara eksplisit menambahkan komponen di dalam BSa. Sebaliknya, implisitasi meninggalkan beberapa elemen tersurat di dalam BSa dan menjadikannya tersirat (implicit). Pembaca sasaran memahami maknanya dari konteks. Lihat contoh berikut.

BSa: The police officers will help the women. BSu: Polwan akan membantu ibu-ibu.

Di dala o toh i i petugas polisi diga ti e jadi pol a . I ilah contoh eksplisitasi. Jenis polisi itu dibuat menjadi lebih eksplisit.

b. Penambahan dan pengurangan informasi

Berbeda dengan penambahan pada strategi struktural, penambahan informasi ini dilakukan karena pertimbangan kejelasan makna. Di sini penerjemah memasukkan informasi tambahan di dalam teks terjemahannya karena ia berpendapat bahwa pembaca memang memerlukannya. Informasi tambahan ini bisa di letakkan di dalam teks, di bagian bawah halaman (berupa catatan kaki), atau di bagian akhir dari teks (Newmark, 1988: 91-92).

untuk membantu menerjemahkan kata-kata yang berhubungan dengan budaya, teknis, atau ilmu-ilmu lainnya. Perhatikan contoh-contoh berikut.

Prosedur ini

biasanya digunakan

BSu: The skin, which is hard and scaly, is greyish in color, thus helping to camouflage it from predators when underwater.

BSa: Kulitnya, yang keras dan bersisik, berwarna abu-abu. Dengan demikian, kulit ini membantunya berkamuflase, menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan untuk menyelamatkan diri dari predator, hewan pemangsa, jika berada di dalam air.

Di dalam contoh di atas, "camouflage" dan "predator" dipungut ke dalam BSa. Di samping itu, informasi tambahan tentang masing-masing istilah ilmu biologi ini juga diberikan. Tambahan itu adalah "menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan" dan "hewan pemangsa".

Di samping alasan di atas, penambahan bisa juga dilakukan karena pertimbangan stilistika atau kelancaran kalimat BSa. Perhatikan contoh berikut:

BSu: "Tetapi Bagaimana si Dora? Dia sudah terima itu cincin?" (Burung- burung Manyar, 8) BSa: "But what about Dora?" I asked my friend. "Did she get the ring?" (The Weaverbirds, 16)

Di dalam contoh satu klausa utuh ditambahkan agar teks BSa menjadi lebih mulus. Pengurangan informasi terwujud dalam penghapusan kata atau bagian teks BSu di dalam teks BSa. Dengan kata lain, penghapusan berarti tidak diterjemahkannya kata atau bagian teks BSu di dalam teks BSa. Pertimbangannya adalah kata atau bagian teks BSu tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks BSa dan biasanya agak sulit untuk diterjemahkan. Jadi, mungkin penerjemah berpikir, daripada harus menerjemahkan kata atau bagian teks BSu itu dengan konsekuensi pembaca BSa agak bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk menghilangkan saja bagian itu karena perbedaan maknanya tidak signifikan dan mungkin hanya membuat bingung pembaca sasaran. Perhatikan contoh berikut:

BSu: "Sama dengan raden ayu ibunya," katanya lirih. (BBM: 11) BSa: "Just like her mother," she whispered.

Strategi penambahan dan penghapusan informasi ini secara bersama-sama oleh Chesteman (1997) disebut pengubahan informasi. Semua informasi yang diubah tidak dapat disimpulkan dari konteks. Jika informasi tersebut dapat disimpulkan dari konteks, strategi itu disebut pengubahan kejelasan.

c. Pengubahan hubungan interpersonal

Strategi pragmatik ketiga adalah pengubahan hubungan interpersonal. Pengubahan hubungan antara penulis dan pembaca ini bisa dilakukan dengan mengubah tingkat formalitas, tingkat pelibatan pembaca, pilihan istilah teknis, dll. Contoh:

BSa: This article will discuss demicrazy in developed countries. BSu: Kita akan membahas demokrasi di negraa-negara maju di dalam

tulisan ini.

Dalam contoh di atas, hubungan di penulis dan pembaca dalam teks BSu te asa jauh atau i pe so al. De ga dipakai akata kita , hu u ga Dalam contoh di atas, hubungan di penulis dan pembaca dalam teks BSu te asa jauh atau i pe so al. De ga dipakai akata kita , hu u ga

d. Pengubahan ilokusi

Strategi pragmatik berikutnya adalah pengubahan ilokusi. Perubahan ilokusi mengacu pada perubahan tindak tutur, misalnya dari pernyataan menjadi permintaan.

Contoh:

BSa: It is too late. It s ot good fo e to e he e. BSu: Malam telah larut. Bolehkah saya pulang?

Di dalam contoh di atas, penerjemah mengubah pernyataan di dalam BSu menjadi permintaan izin di BSa.

e. Pengubahan susunan informasi

Strategi kelima adalah pengubahan susunan informasi. Strategi ini disebut pengubahan koherensi oleh Chesterman (1997) dan oleh Newmark digolongkan menjadi transpoisi. Jenis ini mencakup pemecahan satu kalimat BSu menjadi dua kalimat BSa atau lebih dan juga sebaliknya (Newmark, 1988). Di dalam bahasa Inggris, sebuah kalimat bisa terdiri atas beberapa klausa dan maknanya masih tetap jelas. Di dalam bahasa Indonesia, sebuah kalimat akan menjadi kabur kalau terdiri atas lebih dari dua klausa. Perhatikan contoh berikut. Coba bandingkan BSa-1 dan BSa-2.

BSu:

Some species are very large indeed and the blue whale, which can exceed 30 m in length, is the largest animal to have lived on earth. Superficially, the whale looks rather like a fish, but there are important differences in its external structure: its tail consists of a pair of broad, flat, horizontal paddles (the tail of a fish is vertical) and it has a single nostril on the top of its large, broad head.

BSa:

Beberapa spesies sangatlah besar. Ikan paus biru, yang bisa mencapai panjang lebih dari 30 meter, adalah binatang terbesar yang pernah hidup di bumi. Sepintas ikan paus tampak mirip ikan biasa. Ekornya terdiri atas sepasang "sirip" lebar, pipih, dan mendatar (sementara ekor ikan biasa tegak). Ikan paus mempunyai satu lubang hidung di atas kepalanya yang Beberapa spesies sangatlah besar. Ikan paus biru, yang bisa mencapai panjang lebih dari 30 meter, adalah binatang terbesar yang pernah hidup di bumi. Sepintas ikan paus tampak mirip ikan biasa. Ekornya terdiri atas sepasang "sirip" lebar, pipih, dan mendatar (sementara ekor ikan biasa tegak). Ikan paus mempunyai satu lubang hidung di atas kepalanya yang

Pada BSa kalimat-kalimat BSu-nya dipecah menjadi dua kalimat BSa atau lebih. Hasilnya, BSa-2 bisa menyampaikan gagasan BSu dengan lebih jelas.

Dalam kategori ini paragraf-paragraf bisa disusun ulang urutannya di dalam BSa. Bisa juga satu paragraf yang panjang dipecah menjadi dua tau lebih paragraf. Tapi isi kalimat pada dasarnya sama.

f. Penerjemahan parsial

Strategi pragmatik keenam adalah penerjemahan parsial atau tidak menerjemahkan kata-kata atau kalimat yang ada sepenuhnya, tetapi meringkasnya. Di sini isi informasi masih tetap sama.

g. Pengubahan visibilitas penerjemah

Strategi berikutnya adalah pengubahan visibilitas penerjemah. Penerjemah dapat membuat dirinya lebih terlihat atau tersembunyi dengan berbagai cara, misalnya dengan menambah catatan kaki, menambah penjelasan di dalam kurung, dll. Dengan demikian pembaca sasaran mengetahui bahwa penerjemah memasukkan hasil pemikiran mandirinya ke dalam karya terjemahannya.

h. transediting

Strategi pragmatik kedelapan adalah transediting. Ini dilakukan dengan cara menyunting telebih dahulu teks BSu kemudian baru menerjemahkannya. Hal ini dilakukan karena mutu teks BSU sangat buruk.

h. Penyaduran

Strategi yang terakhir adalah adaptasi atau penyaduran. Dengan strategi ini pesan bisa diubah untuk disesuaikan dengan pembaca sasaran. Penerjemahan novel yang aslinya ditujukan kepada orang dewasa di BSu menjadi novel untuk anak-anak di BSa adalah juga contoh strategi ini. Penerjemahan jenis ini tentu melibatkan pengubahan pilihan kata, kerumitan ekspresi, dll.

Jika kita perhatikan strategi-strategi pragmatik ini, semakin ke belakang semakin sulit untuk dikatakan sebagai penerjemahan jika kita Jika kita perhatikan strategi-strategi pragmatik ini, semakin ke belakang semakin sulit untuk dikatakan sebagai penerjemahan jika kita

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Anal isi s L e ve l Pe r tanyaan p ad a S oal Ce r ita d alam B u k u T e k s M at e m at ik a Pe n u n jang S MK Pr ogr a m Keahl ian T e k n ologi , Kese h at an , d an Pe r tani an Kelas X T e r b itan E r lan gga B e r d asarkan T ak s on om i S OL O

2 99 16

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

The Correlation between students vocabulary master and reading comprehension

16 145 49

An analysis of moral values through the rewards and punishments on the script of The chronicles of Narnia : The Lion, the witch, and the wardrobe

1 59 47

Improping student's reading comprehension of descriptive text through textual teaching and learning (CTL)

8 140 133

The correlation between listening skill and pronunciation accuracy : a case study in the firt year of smk vocation higt school pupita bangsa ciputat school year 2005-2006

9 128 37

Transmission of Greek and Arabic Veteri

0 1 22