Perkembangan Ekspor Analisis pengaruh penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan ekspor total terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia

70 Gambar. 4.3 Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri Sumber: BKPM 2010 diolah Realisasi PMDN berdasarkan 5 sektor usaha meliputi Industri Makanan Rpl6,4 triliun = 208 proyek, Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi Rpl3,8 triliun=46 proyek, Tanaman Pangan dan Perkebunan Rp28,7 triliun=238 proyek, Listrik, Gas dan Air Rp4,9 triliun=47 proyek, dan Jasa Lainnya Rp3,3 triliun=92 proyek. Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek memilih Jawa Barat Rpl5,8 triliun=136 proyek, Jawa Timur Rp8,l triliun = 117 proyek, Kalimantan Timur Rp7,9 triliun=64 proyek, Banten Rp5,8 triliun=97 proyek, dan DKI Jakarta Rp4,5 triliun=104 proyek.

4. Perkembangan Ekspor

Dalam beberapa tahun terakhir, ekspor berbasis sumber daya alam memegang peranan yang semakin penting dalam perekonomian Indonesia. Ekspor Indonesia pada September 2009 mengalami penurunan sebesar 6,75 persen dibanding Agustus 2009 yaitu dari US10.543,8 juta menjadi US9.832,0 juta. Bila dibandingkan dengan September 2008, ekspor 71 mengalami penurunan sebesar 19,92 persen. Penurunan ekspor September 2009 disebabkan oleh menurunnya ekspor nonmigas sebesar 8,58 persen yaitu dari US8.890,2 juta menjadi US8.127,6 juta. Sebaliknya ekspor migas mengalami peningkatan sebesar 3,07 persen dari US1.653,6 juta menjadi US1.704,4 juta. Lebih lanjut peningkatan ekspor migas disebabkan oleh meningkatnya ekspor hasil minyak sebesar 48,33 persen menjadi US264,9 juta dan ekspor gas naik sebesar 6,01 persen menjadi US770,8 juta. Sementara itu ekspor minyak mentah turun sebesar 10,59 persen menjadi US668,7 juta. Sedangkan volume ekspor migas September 2009 terhadap Agustus 2009 berdasarkan data Pertamina dan BP Migas untuk minyak mentah, serta gas masing-masing turun sebesar 3,50 persen, dan 4,78 persen, sebaliknya untuk hasil minyak naik 34,53 persen. Sementara itu harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia turun dari US72,47 per barel di Agustus 2009 menjadi US67,07 per barel di September 2009. Bila dibandingkan dengan September 2008, nilai ekspor September 2009 mengalami penurunan 19,92 persen, disebabkan turunnya ekspor migas sebesar 30,59 persen, dan ekspor nonmigas turun sebesar 17,25 persen. Nilai ekspor Indonesia secara kumulatif selama Januari- September 2009 mencapai US80.133,3 juta atau turun 25,57 persen dibanding periode yang sama tahun 2008, sementara ekspor nonmigas mencapai US68.112,0 juta atau menurun 18,21 persen. 72 Gambar. 4.4 Perkembangan Ekspor Sumber : Badan Pusat statistik diolah Pertumbuhan ekspor selama tahun 2010 cukup tinggi di tengah apresiasi rupiah yang cukup besar. Pertumbuhan ekspor riil selama tahun 2010 mencapai 14,9 yang merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi kedua dalam sepuluh tahun terakhir setelah pada tahun 2005 tumbuh sebesar 16,6. Kenaikan ekspor yang terjadi pada tahun 2005 antara lain didukung oleh depresiasi rupiah. Sementara pada tahun 2010 rupiah cenderung menguat. Ekspor yang tumbuh tinggi terutama ditopang oleh permintaan global yang semakin kuat, tujuan ekspor yang tidak lagi bergantung pada negara-negara tujuan tertentu dan harga komoditas global yang meningkat. Kenaikan ekspor didorong oleh meningkatnya permintaan global seiring dengan pemulihan ekonomi global, terutama dari negara-negara emerging markets. Pertumbuhan volume ekspor selama tahun 2010 terutama disumbang oleh ekspor ke China, Singapura dan India, sementara volume ekspor ke negara tujuan utama tradisional seperti Amerika Serikat AS dan Jepang tumbuh jauh lebih rendah dan bahkan 73 ekspor ke Eropa menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi tersebut sejalan dengan pemulihan ekonomi negara-negara tersebut yang belum merata setelah krisis ekonomi 20082009. Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang berada pada kisaran 8-15, sementara pertumbuhan ekonomi AS, Eropa dan Jepang hanya mencapai kisaran 2-4 selama tahun 2010 Kenaikan ekspor juga didorong oleh kenaikan harga komoditas internasional. Selain didukung oleh naiknya permintaan dari negara mitra dagang, kenaikan harga komoditas internasional juga turut mendorong naiknya ekspor. Kondisi ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa harga komoditas internasional berdampak cukup signifikan pada beberapa komoditas ekspor unggulan, terutama ekspor komoditas primer dan beberapa produk manufaktur dengan kandungan impor rendah. Selama tahun 2010, harga komoditas ekspor mengalami kenaikan cukup tajam pada ketiga kelompok ekspor nonmigas, terutama komoditas pertanian dan industri. Sejalan dengan perkembangan permintaan dan harga tersebut, volume ekspor komoditas nonmigas juga mengalami peningkatan. Peningkatan volume ekspor nonmigas tertinggi terjadi pada komoditas pertambangan, sekitar 30, sementara komoditas industri dan pertanian, tumbuh lebih rendah, masing-masing 2 dan 13,6. Secara komoditas, pertumbuhan ekspor pertambangan terutama terjadi pada nikel, aluminium dan batubara. Ekspor pertanian pada komoditas tembakau, kayu dan karet, 74 dan ekspor industri pada produk kimia, peralatan listrik, mesin-mesin dan tekstil. Dengan perkembangan tersebut, pangsa ekspor berbasis sumber daya alam mengalami peningkatan dari 50,3 pada tahun 2009 menjadi 52,7 pada tahun 2010.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Uji Asumsi Klasik