82 target yang ditetapkan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian
Ulum 2005:209, tetapi tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas, et al. 2006, Herningsih 2002, Coram et al. 2004,
Sososutiksno 2005, McNamara dan Liyanarachchi 2005, serta Soobaroyen dan Chengabroyan 2005 yang menyatakan bahwa time
pressure berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
2. Pengaruh risiko audit terhadap penghentian prematur atas prosedur audit
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel risiko audit 0,036 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko audit
berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara risiko audit dengan penghentian
prematur bersifat negatif. Jadi ketika auditor menetapkan bahwa risiko audit rendah, maka auditor cenderung mengurangi prosedur audit yang
dilakukan sehingga kemungkinan melakukan penghentian prematur atas prosedur audit akan semakin besar. Sebaliknya, jika auditor menetapkan
risiko sudit yang besar maka semakin kecil kecenderungannya untuk melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herningsih 2002, tetapi dalam hal arah hubungan antara risiko audit dan penghentian prematur
atas prosedur audit, penelitian ini menghasilkan hal yang berbeda dengan penelitian Weningtyas, et al. 2006 yang menyatakan bahwa risiko audit
83 berpengaruh secara positif signifikan terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit. 3. Pengaruh materialitas terhadap penghentian prematur atas prosedur audit
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel materialitas 0,007 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa materialitas
berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara materialitas dan penghentian prematur
bersifat positif. Dengan demikian, jika auditor menganggap bahwa prosedur audit memiliki tingkat materialitas rendah untuk mendeteksi
kemungkinan adanya salah saji, maka kecenderungan auditor untuk meninggalkan atau mengabaikan prosedur tersebut akan semakin rendah,
begitu pula sebaliknya. Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas, et al. 2006.
4. Pengaruh prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP terhadap penghentian prematur atas prosedur audit
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP 0,036 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit. Hubungan antara prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP dengan penghentian prematur bersifat negatif. Dengan demikian,
semakin efektif penerapan prosedur review dan kontrol kualitas dalam suatu Kantor Akuntan Publik maka semakin kecil kemungkinan auditor
84 untuk melakukan penyimpangan dalam pelaksanaan audit seperti
penghentian prematur. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi kemungkinan terdeteksinya praktik penghentian prematur atas prosedur
audit melalui prosedur review dan kontrol kualitas, maka semakin rendah kemungkinan auditor melakukan praktik tersebut. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Weningtyas, et al. 2006.
5. Pengaruh locus of control terhadap penghentian prematur atas prosedur audit
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel locus of control 0,007 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa locus of
control eksternal berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hubungan antara locus of control eksternal
dan penghentian prematur bersifat positif. Dengan demikian, semakin tinggi locus of control eksternal yang dimiliki oleh auditor, semakin tinggi
juga kecenderungan auditor dalam melakukan praktik penghentian prematur atas prosedur audit, begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan
karena auditor dengan locus of control eksternal yang tinggi belum dapat mengendalikan hasil yang ingin dicapai dan cenderung melakukan
berbagai cara, seperti manipulasi atau penipuan untuk mencapai tujuan pribadinya. Perilaku auditor yang seperti inilah yang memicu terjadinya
praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini
85 konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Donelly, et al. 2003,
Irawati dan Mukhlasin 2005, serta Kartika dan Wijayanti 2007. 6. Pengaruh self esteem in relation to ambition terhadap penghentian
prematur atas prosedur audit Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel
self esteem in relation to ambition 0,730 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa self esteem in relation to ambition tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini dapat disebabkan karena ambisi yang dimiliki auditor bukan
merupakan karakteristik personal dominan yang mendorong auditor untuk menempuh berbagai cara dalam mendapatkan penilaian evaluasi yang baik
sebagai ukuran kinerja. Sebaliknya, harga diri dalam kaitannya dengan ambisi yang tinggi dapat memotivasi auditor agar dapat meningkatkan
kinerja dan kemampuan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam bekerja. Dengan demikian, tinggi atau rendahnya harga diri dalam
kaitannya dengan ambisi self esteem in relation to ambition dapat mempengaruhi tingkat kinerja auditor dan tidak mempengaruhi tindakan
penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawati dan Mukhlasin 2005,
yang menyatakan bahwa self esteem in relation to ambition memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap penerimaan penyimpangan
perilaku dalam audit, seperti penghentian prematur atas prosedur audit.
86 7. Pengaruh turnover intentions terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi variabel
turnover intentions 0,037 0,05 sehingga dapat disimpulkan turnover intentions berpengaruh secara signifikan terhadap penghentian prematur
atas prosedur audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawati dan Mukhlasin 2005 serta Donelly, et al. 2003.
Namun berbeda
dengan penelitian-penelitian
sebelumnya yang
menyatakan bahwa turnover intentions dan penghentian prematur atas prosedur audit memiliki hubungan positif, pada penelitian ini hubungan
antara turnover intentions dan penghentian prematur atas prosedur audit bersifat negatif. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat turnover
intentions yang dimiliki oleh auditor, maka semakin rendah kemungkinan terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit, dan
sebaliknya. Perbedaan ini dapat disebabkan karena turnover intentions dalam beberapa kasus tertentu diperlukan oleh KAP, terutama untuk
karyawan dengan kinerja rendah Hollenbeck dan Williams 1986 dalam Toly 2001:103. Auditor dengan tingkat turnover intentions yang tinggi
dan tingkat kinerja yang rendah dapat membuat praktik penghentian prematur atas prosedur audit semakin rendah karena adanya peningkatan
kualitas audit melalui kinerja yang tinggi dari auditor yang tetap bertahan dalam organisasi dan peningkatan kinerja yang lebih baik dari auditor
baru.
87 8. Pengaruh time pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan
kontrol kualitas oleh KAP, locus of control, self esteem in relation to ambition, serta turnover intentions terhadap penghentian prematur atas
prosedur audit. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa time pressure, risiko audit,
materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas oleh KAP, locus of control, self esteem in relation to ambition, serta turnover intentions
berpengaruh secara simultan dan signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Dengan demikian, auditor yang mengalami
time pressure dan tingkat materialitas yang tinggi, serta risiko audit yang rendah lebih cenderung melakukan penghentian prematur atas prosedur
audit. Selain itu, auditor yang memiliki tingkat eksternal locus of control yang tinggi, self esteem in relation to ambition, serta turnover intentions
yang rendah lebih cenderung melakukan penghentian prematur atas prosedur audit. Oleh karena itu, untuk meminimalisir kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan audit diperlukan adanya penerapan prosedur review dan kontrol kualitas yang efektif dalam suatu
Kantor Akuntan Publik. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herningsih 2002, Weningtyas, et al. 2006,
Donelly, et al. 2003, Irawati dan Mukhlasin 2005, serta Kartika dan Wijayanti 2007.
88
BAB V PENUTUP