23
E. Materialitas
Materialitas adalah besarnya informasi akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji, dilihat dari keadaan yang melingkupinya,
mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut Rahayu dan Suharyati, 2010:185. Dalam
menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit yang akan diterapkan, auditor harus merancang suatu prosedur audit yang dapat memberikan keyakinan
memadai untuk dapat mendeteksi adanya salah saji yang material IAI, 2001:312.7.
Menurut Halim 2008:128, auditor harus mempertimbangkan materialitas untuk merencanakan audit dan merancang prosedur audit. Dengan
mempertimbangkan materialitas, auditor dapat merancang prosedur audit secara efisien dan efektif untuk memperoleh bukti audit kompeten yang
cukup. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah saldo tertentu dan
kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji Herningsih, 2001 dalam Weningtyas, et al., 2006:8.
Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi dari auditor sendiri. Saat auditor
menetapkan bahwa materialitas yang melekat pada suatu prosedur audit rendah, maka terdapat kecenderungan bagi auditor untuk mengabaikan
prosedur audit tersebut. Pengabaian ini dilakukan karena auditor beranggapan jika ditemukan salah saji dari pelaksanaan suatu prosedur audit, nilainya
24 tidaklah material sehingga tidak berpengaruh pada opini audit. Pengabaian
seperti inilah yang menimbulkan praktik penghentian prematur atas prosedur audit.
F. Prosedur Review dan Kontrol Kualitas oleh Kantor Akuntan Publik
Prosedur review adalah pemeriksaan terhadap kertas kerja yang dilakukan oleh auditor pada level tertentu Heriyanto, 2002 dalam Weningtyas
et al., 2006:9. Fokus dari prosedur review ini terutama pada permasalahan yang terkait dengan pemberian opini. Prosedur review merupakan proses
memeriksa atau meninjau ulang hal atau pekerjaan untuk mengatasi terjadinya indikasi ketika staf auditor telah menyelesaikan tugasnya, padahal tugas yang
disyaratkan tersebut gagal dilakukan. Kantor Akuntan Publik perlu melakukan prosedur review prosedur
pemeriksaan untuk mengontrol kemungkinan terjadinya penghentian prematur atas prosedur audit yang dilakukan oleh auditornya Waggoner dan
Cashell, 1991 dalam Weningtyas, et al., 2006:9. Prosedur ini berperan dalam memastikan bahwa bukti pendukung telah lengkap dan juga melibatkan
pertimbangan ketika terdapat sugesti bahwa penghentian prematur telah terjadi. Sugesti bisa muncul, misalnya jika ada auditor yang selalu memenuhi
target baik waktu maupun anggaran dan tampak memiliki banyak waktu luang.
25 Kontrol kualitas lebih berfokus pada pelaksanaan prosedur audit sesuai
standar auditing. SPM Seksi 100 IAI, 2001 menyatakan unsur-unsur pengendalian mutu kontrol kualitas meliputi independensi, penugasan
personel, konsultasi, supervisi, pemekerjaan hiring, pengembangan profesional, promosi advancement, penerimaan dan keberlanjutan klien,
serta inspeksi. KAP harus mempertimbangkan setiap unsur pengendalian mutu dalam menetapkan kebijakan dan prosedur pengendalian mutunya.
Menurut Arens et al. 2009:36, kontrol kualitas quality control adalah metode-metode yang digunakan oleh sebuah KAP untuk memastikan bahwa
KAP tersebut telah memenuhi tanggung jawab profesionalnya kepada klien maupun pihak lainnya. Arens et al. 2009:37 menyatakan terdapat lima
elemen dari kontrol kualitas yaitu independensi, integritas dan objektivitas, manajemen personalia, penerimaan dan keberlanjutan serta perjanjian dengan
klien, performa yang menjanjikan serta monitoring. Kuatnya pengendalian mutu, prosedur review, disiplin penerapan audit
program dan pemahaman auditor terhadap prosedur akan menurunkan perilaku yang menyebabkan rendahnya mutu audit Malone,1996 dalam
Christiawan, 2005:66. Pelaksanaan prosedur review dan kontrol kualitas yang baik akan meningkatkan kemungkinan terdeteksinya perilaku auditor yang
menyimpang, seperti praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Kemudahan pendeteksian ini akan membuat auditor berpikir dua kali ketika
akan melakukan tindakan semacam penghentian prematur atas prosedur audit.
26
G. Locus of Control