Self Esteem In Relation to Ambition

27 Donelly et al. 2003 menyatakan bahwa terdapat penelitian yang menunjukkan hubungan positif yang kuat antara individu dengan eksternal locus of control dan kesediaan untuk melakukan manipulasi atau penipuan untuk mencapai tujuan pribadi Gable dan Dangello, 1994; Comer, 1986; Solar dan Breuhl, 1971. Dalam konteks auditing, manipulasi atau ketidakjujuran pada akhirnya akan menimbulkan penyimpangan perilaku dalam audit. Perilaku yang dimaksud salah satunya dapat berbentuk praktik penghentian prematur atas prosedur audit. Hasil dari perilaku ini adalah penurunan kualitas audit yang dapat dilihat sebagai hal yang perlu dikorbankan oleh individu untuk bertahan dalam lingkungan kerja audit. Hal ini menghasilkan dugaan bahwa makin tinggi lokus kendali eksternal individu, semakin mungkin mereka menerima penyimpangan perilaku dalam audit.

H. Self Esteem In Relation to Ambition

Menurut Robbins 2006:134, self esteem harga diri adalah tingkatan dimana individu menyukai atau tidak menyukai diri mereka sendiri. Self esteem merupakan hasil evaluasi individual secara terus-menerus terhadap dirinya sendiri Setiawan dan Ghozali, 2006:65. Individu dengan harga diri rendah lebih rentan terhadap pengaruh luar. Sebaliknya, individu dengan harga diri tinggi yakin bahwa mereka memiliki kemampuan yang mereka butuhkan untuk berhasil dalam bekerja. Harga diri yang tinggi mampu mendorong individu memiliki ambisi yang tinggi dan dapat menyebabkan individu menggunakan segala cara untuk mencapainya. Individu dengan harga 28 diri dalam kaitannya dengan ambisi yang tinggi memiliki tingkat kinerja pribadi yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan ambisi dapat menjadi suatu sifat yang mendorong karyawan untuk menempuh cara apapun untuk mendapatkan penilaian evaluasi yang baik sebagai ukuran kinerja, bukannya secara riil meningkatkan kinerja. Irawati dan Mukhlasin 2005:929 menyatakan bahwa dalam bidang audit, individu yang menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dapat menimbulkan penyimpangan perilaku dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Atas dasar ini, maka auditor yang memiliki harga diri tinggi sebagai faktor penyebab tingginya ambisi lebih dapat menerima dan melakukan penyimpangan perilaku dalam audit, yang termasuk di dalamnya penghentian prematur atas prosedur audit.

I. Turnover Intentions

Keinginan berhenti dari organisasi turnover intentions mencerminkan keinginan kesadaran atau kesengajaan individu untuk meninggalkan organisasi dan mencari alternatif pekerjaan di tempat lain Setiawan dan Ghozali, 2006:15. Turnover intentions harus disikapi sebagai suatu fenomena dan perilaku manusia yang penting dalam kehidupan organisasi dari sudut pandang individu maupun sosial, mengingat bahwa tingkat keinginan berpindah karyawan tersebut akan mempunyai dampak yang cukup signifikan bagi perusahaan dan individu yang bersangkutan Suartana, 2000 dalam Toly, 2001:103. 29 Tingginya tingkat turnover pada akuntan akan menimbulkan berbagai biaya potensial untuk Kantor Akuntan Publik KAP, baik biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan, tingkat kinerja yang harus dikorbankan, maupun biaya rekruitmen dan pelatihan kembali Suwandi dan Indriantoro, 1999 dalam Toly, 2001:103. Turnover intentions dalam beberapa kasus tertentu diperlukan oleh KAP, terutama untuk karyawan dengan kinerja rendah. Namun, tingkat turnover tersebut harus diupayakan agar tidak terlalu tinggi sehingga KAP masih memiliki kesempatan untuk memperoleh manfaat atau keuntungan atas peningkatan kinerja dari karyawan baru yang lebih besar dibanding biaya rekruitmen yang ditanggung organisasi Hollenbeck dan Williams 1986 dalam Toly 2001:103. Turnover intentions merupakan perilaku yang dianggap disfungsional. Perilaku disfungsional ini terjadi karena sebagian besar KAP mengalaminya dan sekaligus menjadi kekhawatiran KAP Setiawan dan Ghozali, 2006:13. Menurut Malone dan Roberts 1996 dalam Donelly et al. 2003, auditor yang memiliki keinginan untuk meninggalkan perusahaan lebih dapat terlibat dalam penyimpangan perilaku karena menurunnya ketakutan akan kemungkinan jatuhnya sanksi apabila perilaku tersebut terdeteksi. Lebih lanjut, individu yang berniat meninggalkan perusahaan dapat dianggap tidak begitu peduli dengan dampak buruk dari penyimpangan perilaku terhadap penilaian kinerja dan promosi. Jadi, auditor yang memiliki keinginan tinggi untuk berhenti dari KAP lebih dapat menerima penyimpangan perilaku dalam audit Irawati dan Mukhlasin, 2005:931. 30

J. Penelitian Terdahulu