19
B. Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit
Auditor terkadang menghentikan meniadakan prosedur audit tertentu dalam pelaksanaan penugasan. Menurut Ragunathan 1991 dalam Ulum
2005:198, penghentian prematur atas prosedur audit adalah dihentikannya langkah-langkah dalam audit program sehingga satu atau lebih dari prosedur
audit tidak terlengkapi. Public Overshigt Board 2000 menyatakan bahwa 85 bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh auditor adalah penyelesaian
langkah-langkah audit yang terlalu dini tanpa melengkapi keseluruhan prosedur audit Donelly et al., 2003. The Wall Street Journal juga
melaporkan bahwa pada periode 1971-1985 prosedur audit mengalami banyak tuntutan hukum karena membuang memotong prosedur audit, dan tidak
melakukan kontrol yang cukup atas prosedur audit Graham, 1995 dalam Ulum, 2005.
Penghentian prematur atas prosedur audit mengacu pada penghentian suatu langkah prosedur audit yang penting dimana tidak dapat digantikan
oleh langkah lainnya, tanpa melengkapi pekerjaan atau sama sekali menghilangkan langkah audit Otley dan Pierce 1996 dalam McNamara dan
Liyanarachchi 2005:6. Jika perilaku disfungsional ini dilakukan, sudah pasti akan berpengaruh langsung terhadap kualitas audit, sebab apabila salah satu
langkah dalam prosedur audit dihilangkan, maka kemungkinan auditor akan membuat judgment yang salah semakin tinggi. Menurut Van Dijk 2009,
perilaku penghentian prematur atas prosedur audit menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan hukum terhadap auditor. Penghilangan prosedur audit
20 akan meningkatkan risiko audit yang menyebabkan terjadinya tuntutan hukum
jika kesalahan material ditemukan oleh pengguna laporan dan mengakibatkan kerugian keuangan.
Menurut Boynton dan Johnson 2006:916, tanggung jawab auditor tidak hanya dalam penyelesaian audit, tetapi juga tanggung jawab setelah audit
post audit responsibility. Tanggung jawab setelah audit mencakup pertimbangan atas peristiwa kemudian antara tanggal dan penerbitan laporan
auditor, penemuan fakta yang ada, serta penemuan prosedur yang dihilangkan. Berdasarkan hal ini, penemuan adanya penghentian prematur atas prosedur
audit merupakan tanggung jawab auditor setelah dilaksanakannya pekerjaan lapangan. Auditor akan memiliki kecenderungan untuk memilih prosedur yang
paling tidak berisiko diantara sepuluh prosedur audit pada tahap perencanaan audit dan tahap pekerjaan lapangan yang ditetapkan dalam SPAP ketika
melakukan pengabaian atas prosedur audit yang disyaratkan.
C. Time Pressure