Sejarah dan Perkembangan SYARIAT ISLAM

Karena itu penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan syariat Islam adalah segala ketentuan yang ditetapkan oleh Allah untuk hambanya baik mengenai akidah, ibadah, akhlak, muamalat, maupun seluruh segi kehidupan yang lainnya dengan segala cabangnya bagi merealisasikan kebahgiaan kita di dunia dan di akhirat kelak.

B. Sejarah dan Perkembangan

Syariat yang dibawa oleh Nabi Muhammad S.A.W telah tiba dengan sempurna. Sejak pidato perpisahan yang beliau ucapkan di bukit arafah, di hadapan kaum muslimin membuktikan sempurnanya syariat ini, turunlah firman Allah S.W.T yang bermaksud: “Pada hari ini telah Ku–sempurnakan untuk kamu agama mu, dan telah Ku- cukupkan kepada mu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”Al-Maidah: 3 Maka sejak saat itu jugalah Islam telah sempurna. Setelah wafatnya Nabi Muhammad S.A.W, nash-nash syariat sudah final. Para sahabat berupaya dengan sungguh-sungguh mengikutinya, bermujahadah, agar syariat dapat diaplikasikan secara luas, menjadi rahmat bagi seluruh alam. Maka dapat kita saksikan contohnya, Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq tidak segan mengangkat senjata melawan para pembangkang zakat. Saat itu keluarlah ucapan yang terkenl: “saya akan memerangi mereka bahkan walaupun disebabkan mereka enggan membayar seutas tali yang dahulu biasa mereka bayarkan kepada rasulullah.” 10 Turunnya Islam dalam arti proses munculnya hukum-hukum syara’ hanya terjadi pada era kenabian. Sebab syariat itu datangnya dari Allah yang ditandai dengan turunnya wahyu dan berakhir dengan wafatnya Nabi Muhammad Saw. Dengan kesempurnaan itu, tidak ada yang tidak dijawab oleh Islam. Semuanya terkupas tuntas dalam al-Quran dan as-Sunnah, yang kemudian diaplikasikan secara maksimal oleh para sahabat dan tabi’in. Menegakkan syariat Islam tidak harus menunggu tegaknya Daulah Islamiyah atau khilafah Islamiyah selama kita belum mampu mewujudkannya. Memang mewujudkkan Khilafah Islamiyah yang dengannya seluruh hukum Allah dapat ditegakkan merupakan kewajiban umat Islam yang tidak dapat ditinggalkan, Namun apabila kita tidak mampu menegakkannya tidak berarti bahwa hukum-hukum Allah yang dapat dijalankan tanpa adanya Daulah atau Khilafah dengan serta merta boleh diabaikan begitu saja. Hukum Islam harus tetap diamalkan baik adanya khilafah ataupun tidak. Ketidak mampuan kita melaksanakan secara keseluruhan tidak berarti kita boleh meninggalkannya secara keseluruhan. Kaidah ushul Fiqh mengatakan: آ كﺮ آ كر ﺪ ﺎ ‘Sesuatu yang tidak dapat dikerjakan secara keseluruhan tidak boleh ditinggalkan seluruhnya’ 10 Musa’id bin Abdillah as-Salman, Indahnya Syari’at Islam, Pustaka at-Tazkia, cetakan pertama, Jakarta:2007 h.vii Menurut Taufik Adnan Amal dan Samsu Rezal Panggabean, mereka berpendapat bahwa syariat Islam mengalami perkembangan yang menakjubkan selama periode formatifnya, yakni hingga abad ke-10. Dalam kesarjanaan Muslim, hukum Islam dipandang bermula dengan pemahyuan al-Quran dan keputusan- keputusan Nabi. Karena itu dapat dipastikan bahwa sumber material syariat Islam adalah al-Quran dan As-Sunnah Nabi. Instruksi-instruksi spesifik dari kedua sumber ini kemudian diperluas dan di kodifikasikan ke dalam fikih oleh para fuqaha’ dengan menggunakan peralatan-peralatan interpretative atau sumber-sumber prosedur syariat, seperti qiyas penalaran analogis, ijma’ consensus, maslahah kepentingan umum, dan lain-lain. 11 Dalam sejarah Islam, kita dapati ada empat mazhab hukum sunni selain Syi’ah, yang muncul dan mengkristalkan dalam rentang waktu tersebut, yang kemudian memiliki pengaruh besar dalam dunia Islam hingga dewasa ini. Mazhab yang pertama adalah Mazhab Hanafiyah, di bangun oleh Imam Abu Hanifah 699-767, yang kebayakan pengikutnya berada di Turki, sebagian di Mesir, Suriah, Libanon dan Irak, sebagian penduduk Yordania, Palestina, Balkan, Kaukasus, Afganistan, Pakistan, India, republik-republik di Asia Tengah dan Cina. Yang kedua adalah Mazhab Malikiyah, didirikan oleh Imam Malik ibn Anas 713-795, yang kebanyakan diikuti masyarakat Maroko, Aljazair, Tunisia, Libia, Sudan, Bahrain, Nigeria, dan Kuwait. 11 Taufiq adnan Amal. Hal 4 Mazhab ketiga adalah Mazhab Syafi’iyyah, didirikan oleh Imam Muhammad Bin Idris al-Syafi’i 767-820, Mazhab Syafi’i kebanyakan diikuti masyarakat di sebagian daerah Mesir, terutama di rural, India, Malaysia, Brunei, Indonesia, sebagian penduduk Palestina, Yordania, Suriah, Libanon, Irak, Pakistan dan India serta kelompok Sunni di Iran dan Yaman. 12

C. Sumber-Sumber Syariat Islam