Sumber-Sumber Syariat Islam SYARIAT ISLAM

Mazhab ketiga adalah Mazhab Syafi’iyyah, didirikan oleh Imam Muhammad Bin Idris al-Syafi’i 767-820, Mazhab Syafi’i kebanyakan diikuti masyarakat di sebagian daerah Mesir, terutama di rural, India, Malaysia, Brunei, Indonesia, sebagian penduduk Palestina, Yordania, Suriah, Libanon, Irak, Pakistan dan India serta kelompok Sunni di Iran dan Yaman. 12

C. Sumber-Sumber Syariat Islam

Ulama’ berbeda pendapat tentang berapa dan apa saja yang menjadi sumber syariat itu. Berikut beberapa pendapat yang bisa penulis kemukakan tentang sumber syariat. Pertama pendapat dari Syeikh Yusuf Qordhowi, ia mengatakan bahwa: pada hakikatnya, syariat Islam itu hanya mempnyai satu sumber hukum, yakni wahyu Ilahi. Wahyu Ilahi itu dikelompokkan menjadi dua macam: pertama wahyu yang berupa Al-Quran, kedua berupa As-Sunnah. 13 Syeikh Muhammd Syaltut pula berpendapat bahwa syariat itu bersumber dari al-Quran, As-Sunnah, dan Ar-Ra’yu, yaitu penelitian terhadap makna-makna ayat-ayat Al-Quran dan A-Sunnah yang kemungkinan mempunyai beberapa pengartian, mempertemukan mempersamakan hukum-hukum yang sudah ditetapkan nasnya, menerapkan kaidah-kaidah yang diambil dari hukum-hukum al-Quran terhadap peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi. 14 12 Syurbashi, Dr. Ahmad. biografi Empat Imam Mazhab, Media Insani Press. Juli 2006 13 Yusuf al-Qardhawi, Membumikan Syari’at Islam, terj Abdul Hayy Katani, Surabaya: Darul ulum, 1997, h. 35 14 Ibid. Menurut prof Dr. Harun Din yang merupakan tokoh Islam di Malaysia dan Abdullah Ahmad Naim pula, empat sumber syariat adalah Al-Quran, Hadis Nabi sunnah, Ijma’ Ulama’, dan Qiyas. Dan dua yang terakhir ini biasanya diterjemahkan dengan consensus dan penalaran melalui analogi. 15 Setelah dikaji dari berbagai pendapat di atas, penulis lebih cenderung kepada pendapat yang terakhir, yang diajukan oleh Prof Dr. Harun Din dan Abdullah Ahmad Naim, bahwa sumber syariat Islam itu ada empat yaitu Al-Quran, Hadis, Ijma’, dan Qiyas. Menurut beliau bahwa dasar yang menjadi sumber syariat Islam ialah Al- Quran dan Al-Hadis sebagai tempat rujukan dalam usaha mengambil apa pun keputusan hukum. Apabila suatu jawaban tidak didapati dalam Al-Quran dan Hadis, kita beralih kepada sumber yang ketiga yaitu Al-Ijma’. Jika tidak juga didapati, bolehlah mengambil kesimpulan pemikiran berdasarkan kepada syarat-syarat atau prinsip-prinsip yang tertentu, sumber ini dinamakan Al-Qiyas yang bersumberkan pemikiran. 16 Kemudian baru bisa menggunakan kaidah-kaidah lain seperti ijhad para Ulama’ dan kaidah-kaidah lain. 15 Haron Din, Manusia dan Islam Syah Alam: Hizbi, 2003 h.204 Abdullah Ahmad An- Naim, Dekonstruksi Syari’ah yogyakarta: LKIS, 1994, h. 40 16 Op. cit h. 240

D. Prinsip-prinsip Penerapan Tatbiq Syariat Islam