Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Syari’ah Islam, yang biasanya difahami dengan hukum Islam, terkadang amat ditakuti dan digeruni oleh sebagian masyarakat, baik dari masyarakat non muslim hingga masyarakat muslim sendiri. Namun tidak sedikit juga yang berpendapat dan berpegang bahwa syari’at Islam itu bukan hanya sekadar hiasan di dalam Al-Quran yang seharusnya dibaca dan dijadikan pedoman oleh umat Islam sehari-hari. Tetapi merupakan satu kata yang harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik suka atau tidak. Apatah lagi bagi sebuah Negara yang di anggap Negara islam dan mayoritasnya merupakan Masyarakat Islam. Wacana Syariah Islam sering saja dikaitkan semata-mata dengan hukuman potong tangan, rajam, dan hukum-hukum lain yang diaggap memiliki potensi diskriminasi. Di Indonesia sendiri pertentangan antara penerapan syariah Islam dan Pancasila, terkuak begitu soeharto meresmikan berdirinya ICMI Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia yang di pimpin oleh B.J. Habibie. 1 Ketika itulah strategi Syari’atisasi dalam politik Indonesia berubah dari tuntutan dasar Negara kulliyyah ke artificial furu’iyyah. Berbagai RUU dan aturan lainnya yang berbau penerapan Syariah bermunculan mulai dari RUU perbankan yang ditetapkan dan dilanjutkan dengan pembukaan gerai Syariah di bank-bank 1 Arsekal Salim dan Azyumardi Azra, Syari’a and politics in modern Indonesia Institute of South East Asia,Singapore 2003 1 umum milik pemerintah. Bukan hanya mereka yang memang berangkat dari idealisme, melainkan mulai dari pengikut setia soeharto, para petualang politik, hingga pelaku rente, kapitalis dan banker pun berlomba. Dengan klaim-klaim moralnya, Syariah dengan segala unsur-unsur artifisialnya tiba-tiba menjadi komoditi politik yang laris manis dan mengusai wacana politik Indonesia. Komodifikasi politik legislasi Syariah artifisial itu berlanjut hingga kini, terutama di daerah-daerah seiring dengan penerapan Undang-Undang UU Otonomi daerah yang sekarang marak muncul di segenap propinsi di Indonesia. Muncul misalnya berbagai jenis peraturan daerah dan SK bupati semisal Jum’at Khusu’, Ramadan Khusu’, Keharusan Pandai Baca Quran dan zakat di berbagai Daerah. Makin nyaringnya suara dan fatwa Ulama’ Indonesia MUI, bukan hanya di pusat tapi juga di daerah, tentang Syari’atisasi ini diiringi tersebarnya para petualang politik dan pemilik modal yang sedang mengais celah untuk menancapkan pijakan kekuasaan di daerah. Fenomena ini disifatkan sebagai syari’atisasi merangkak creeping syari’atizazion ala Indonesia oleh Azyumardi Azra. 2 Menurut beberapa pengamat politik, implementasi syariat Islam di berbagai Negara tidaklah sama. Hal ini terkait dengan latar ekonomi-sosial-politik yang berbeda. Bagi umat Islam, syariat adalah “tugas umat manusia yang menyeluruh” meliputi moral, teologi dan etika pembinaan umat, aspirasi spiritual, ibadah formal 2 ibid dan ritual yang rinci. Syariat mencakup semua aspek hukum publik dan perorangan, kesehatan dan bahkan kesopanan dan akhlak. Syariat adalah sistem hukum yamg bersifat alamiyah mendunia tidak dibatasi oleh sekat teritorial tertentu dan siap diterapkan disetiap kurun waktu dan tempat. Hal ini dikarenakan watak sumber masdhar hukumnya yang bersifat murunah elastis sehingga memungkinkan kita untuk mencari penyelesaian atas setiap masalah yang dihadapi, kapan dan dimana saja. 3 Semuanya menunjukkan syariat yang diberlakukan mencakup ruang privat dan publik. Ia memiliki aturan tentang kebersihan pribadi, prilaku seksual, dan membesarkan anak. Ia juga memuat aturan-aturan spesifik tentang shalat, puasa, sedekah dan berbagai masalah religius lainnya. Ketentuan masalah keperdataan dan kepidanaan juga tercakup. Syariat Islam bahkan mengatur bagaimana individu berperilaku di dalam masyarakat, bagaimana suatu kelompok berinteraksi denagn kelompok lain, bagaimana mengatasi masalah perbatasan, perselisihan, konflik, dan peperangan antar Negara, serta kelompok minoritas di dalam Negara. Hal ini terkait dengan Islam itu sendiri dan ini berdasarkan ucapan Nabi yang mengatakan, “Al Islamu ya’lu wa la yu’la ‘alaih” Islam itu unggul dan tidak ada yang dapat mengunggulinya beginilah betapa syumulnya hukum Islam yang berbicara dan mengatur dari segala kehidupan di alam jagad ini. Bagi sebuah partai Islam, tentunya konsep dan ideologi yang dibawanya juga Islam. Salah satu partai yang menjadi pusat perhatian adalah Partai Keadialan 3 Topo Susanto, Membumikan Hukum Pidana Islam, Penegakan Syari’at Dalam Wacana dan Agenda, Jakarta, Gema Insani Pres, 2003, h.xiii, Cet ke 1. Sejahtera PKS yang dipandang sarat dengan nilai-nilai Islam, disamping para kedernya yang memiliki integritas terhadap agamanya. Jika dilihat sekilas, pemikiran PKS tidak jauh bedanya dengan pemikiran Hasan Al-Banna yang merupakan pendiri Ikhwanul Muslimun. Namun secara struktural, PKS bukanlah perpanjangan tangan dari Ikhwanul Muslimun, namun PKS lebih kepada terkena imbas dari riak Ikhwanul Muslimun. Dan tidak dinafikan kalau pemikiran Hasan Al-Banna yang pernah diterapkan pada Ikhwanul Muslimun menjadi inspirasi bagi para aktivis PKS. Titik temu yang paling kuat diantara PKS dan pemikiran Hasan Al-Banna adalah dalam konteks Tarbiahnya. Dalam upaya konsep tatbiq syariah Islamnya, PKS menyebut dirinya sebagai partai da’wah karena politik adalah salah satu bagian dari dakwah. 4 Filosofi ini secara konsisten menjadi dasar bagi setiap aktivitasnya di seluruh bidang kehidupan. PKS menginginkan “Tegaknya Keadilan Dan Kesejahteraan Dalam Bingkai Persatuan Ummat Dan Bangsa”. 5 Jika dikaji, PKS sendiri tidak menyebutkan klausal-klausal syariah Islam dalam misi dan visi partai yang dijabarkan secara detail dalam program-programnya 6 , Namun secara umum, konsep itu haruslah mampu memberikan kesejahteraan lahir 4 Setjen pks bidang Arsip dan sejarah, ‘Dari Kader Untuk Bangsa’ Bandung, Fitrah Rabbani, 2007, h 18, Cet ke 1 5 Nur Hasan Zaidi, “Mereka Bicara PKS” Fitrah Rabbani Bandung: 2006 6 Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera, Wajah Baru Islam Politik Indonesia, Harakatuna Publishing, Bandung, Cetakan kedua 2006 h. 96. dan batin kepada bangsa Indonesia. Mampu memberikan ketenangan, keamanan, keadilan dan jauh dari kemungkinan-kemungkinan diskriminasi. 7 Selain itu di Malaysia, PAS sebagai partai politik Islam yang terbesar di Malaysia, merupakan sebuah partai politik oposisi yang sedang berjuang dalam tatbiq syariat Islam. Sampai saat ini dalam sistem politik, mereka baru berhasil menguasai satu Negeri bagian di timur Malaysia yaitu Negeri Bagian Kelantan. Namun belum seutuhnya bisa menerapkan syariat Islam yang diharapkan. Partai PAS yang bermisikan “amar ma’ruf nahi munkar” sebagai misi utamanya sejak dari awal dipimpin Oleh Ulama’ atau seorang yang menguasai selok belok tentang agama Islam, dulunya mereka menginginkan seorang Ulama’ sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan di sana karena menganggap hanya Ulama’ yang bisa membawa dunia khususnya Negara Malaysia sebagai Negara Islam, Negara yang di pimpin oleh seorang Ulama’ dengan berpegang teguh terhadap Al-Quran dan As-Sunnah serta meletakkan prinsip-prinsip kebangkitan umat dan mampu menjadi pemimpin yang menghidupkan kembali Syariat Islam dan mampu menegakkan kembali tiang-tiang Islam yang hancur akibat kemunduran dan kelemahan umat, mengambil kendali dan menjadi inspirator solutif dunia Islam serta membebaskan manusia dari kezhaliman taghut dan mampu menerapkan sistem pemerintahan Islam seperti mana yang di terapkan oleh Rasulullah S.A.W dan para sahabatnya. Oleh karena itu tujuan PAS adalah mewujudkan masyarakat yang dilaksanakan hukum Islam secara syumul di dalamnya. Maka sudah sewajarnya 7 Ibid. h.97 landasan yang dilalui oleh PAS di dalam perjuangannya adalah Islam. PAS yang menjadikan Islam sebagai dasar perjuangan dan untuk mencapai matlamatnya PAS telah, sedang dan akan terus maju serta mendukung dasar Islam dalam usahanya mewujudkan sebuah masyarakat dan Negara yang di dalamnya terlaksana hukum Allah. Bila menyentuh mengenai agama Negara maka sudah semestinya akan melibatkan persoalan politik. Dan dalam kontek ini PAS tidak ada pilihan lain kecuali melibatkan diri dengan sistem politik dan pemilu karena dengan cara itu mereka bisa merebut secara sah kuasa demi menguat kuasakan amar ma’ru nahi munkar demi mencapai tujuan dan matlamat yang diperjuangkannya selama ini yaitu menegakkan syariat Islam. Baginya kuasa bukanlah tujuannya, namun wasilah atau cara mencapai tujuan. Oleh karena inilah penulis merasa perlu dan tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana konsep Tatbiq syariat Islam di dalam ke dua partai ini dan merasa perlu untuk membuat perbandingan di antara kedua partai ini dalam “KONSEP TATBIQ SYARIAH ISLAM MENURUT PKS PARTAI KEADILAN SEJAHTERA DAN PAS PARTAI ISLAM SEMALAYSIA” sebagai judul skripsi untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Srata satu S1.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah