Pembatasan Masalah Pembatasan dan Perumusan Masalah

E. Kerangka Teori

Istilah kata korupsi berasal dari satu kata bahasa latin, yakni corupptio atau corruptus yang disalin dalam bahasa Inggris mejadi corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis menjadi corruption dan dalam bahasa Belanda disalin menjadi corruptie korruptie. Asumsi kuat menyatakan bahwa dari bahasa belanda inilah kata itu turun ke bahasa Indonesia, yaitu korupsi. Arti harfiah dari kata korupsi ialah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. 20 Sedangkan berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999, dalam pasal 2 ayat 1 definisi korupsi ialah Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. 21 Sementara gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat discount, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik 20 M.Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Hal. 33 21 Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik. 22 M. Nurul Irfan menegaskan bahwa dalam hukum pidana Islam sekurang-kurangnya terdapat sembilan jenis jarimah tindak pidana yang mendekati terminologi korupsi di zaman sekarang, yaitu: ghulul penggelapan, risywah penyuapan, ghasab mengambil paksa hak harta orang lain, khianat, sariqah pencurian, al-hirabah perampokan, al- maks pungutan liar, al-ikhtilas pencopetan, dan al-ihtihab perampasan . 23 Perbuatan suap-menyuap dan gratifikasi risywah merupakan perbuatan yang keji dan pelakunya dilaknat oleh Allah dan Rasul-Nya, 24 Apalagi objek perbuatan tersebut berupa pelayanan seksual, Islam dengan sangat tegas melarangnya, karena setiap hubungan kelamin di luar nikah termasuk perbuatan zina dan diancam dengan hukuman, baik pelaku sudah kawin atau belum kawin, dilakukan dengan suka sama suka atau tidak. 25 22 Penjelasan pasal 12B Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 23 M.Nurul Irfan, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam edisi kedua, Hal. 78 24 Abu Fida’ Abdur Rafi, Terapi Penyakit Korupsi dengan Tazkiyatun Nafs, Hal. 11 25 Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Hal. 3