BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI
1. PENGERTIAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Secara harfiah, “tindak pidana korupsi” berasal dari kata “tindak pidana” dan kata “korupsi”. Tindak pidana merupakan istilah teknis-yuridis dari bahasa
belanda “stafbaar feit” atau delict dengan pengertian sebagai sebuah perbuatan yang dilarang oleh peraturan hukum dan tentu saja dikenakan sanksi pidana bagi
siapa saja yang melanggarnya.
29
Sedangkan kata korupsi berasal dari satu kata dalam bahasa latin yakni corruptio atau corruptus yang disalin ke berbagai
bahasa. Misalnya dalam bahasa Inggris menjadi corruption atau corrupt dalam bahasa Prancis menjadi corruption dan dalam bahasa Belanda disalin menjadi
istilah coruptie korruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa Belanda. Corruptie yang juga disalin menjadi corruptien dalam
bahasa Belanda itu mengandung arti perbuatan korup, penyuapan. Secara harfiah istilah kata tersebut berarti segala macam perbuatan yang tidak baik, seperti yang
dikatakan Andi Hamzah sebagai kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan
yang menghina atau memfitnah.
30
29
Marwan Effendy,
Korupsi dan
Strategi Nasional,
pencegahan serta
pemberantasannya, Jakarta: Referensi, 2013, Hal. 13
30
Adami Chazawi, Hukum Pidana Materil dan Formil Korupsi di Indonesia, Hal. 2
Robert Klitgaard mengatakan bahwa korupsi itu ada manakala seseorang secara tidak halal meletakkan kepentingan pribadi di atas kepentingan rakyat,
serta cita-cita yang menurut sumpah akan dilayaninya.
31
Dalam black’s law dictionary, Henry Campbell memposisikan korupsi sebagai “suatu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu
keuntungan yang tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain, secara salah menggunakan jabatannya atau karakternya untuk mendapatkan
suatu keuntungan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, bersamaan dengan kewajibannya dan hak-hak dari pihak lain”.
32
Istilah korupsi dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia baru dikenal kali pertama dalam Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf
Angkatan Darat tanggal 16 april 1958 No. PrtPeperpu0131958 BN No. 40 Tahun 1958 yang diberlakukan pula bagi penduduk wilayah kekuasaan angkatan
laut melalui surat keputusan Kepala Staf Angkatan Laut No. PrtZ.1I7 tanggal 17 april 1958. Peraturan ini memuat peraturan mengenai korupsi yang pertama kali di
Indonesia. Peraturan Perundang-undangan pada zaman Hindia Belanda termasuk HvS Hindia Belanda KUHP juga tidak dijumpai istilah korupsi. Dalam
Peraturan Penguasa Perang tersebut tidak dijelaskan mengenai pengertian istilah
31
Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001, Hal. xix
32
Marwan Effendy,
Korupsi dan
Strategi Nasional,
pencegahan serta
pemberantasannya, Hal. 14