7. Pasal 12 huruf a
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 dua ratus juta
rupiah dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah:
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
Pasal 419 ke-1
Diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun seorang
pejabat:
Ke-1
yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya bahwa
hadiah atau janji itu diberikan untuk menggerakkannya supaya
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya;
8.
Pasal 12 huruf b
pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah,
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan
sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya;
Ke-2
yang menerinia hadiah mengetahui bahwa hadiah itu
diberikan sebagai akibat. atau oleh karena si penerima telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya.
9. Pasal 12 huruf c
hakim yang menerima hadiah atau janji,
Pasal 420 1 ke-1
Diancam dengan pidana penjara
padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili;
paling lama sembilan tahun:
Ke-1
seorang hakim yang menerima hadiah atau janji. padahal
diketahui bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk mempengaruhi
putusan perkara yang menjadi tugasnya;
10. Pasal 12 huruf d
seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang pengadilan,
menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat
yang akan diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan
kepada pengadilan untuk diadili;
Ke-2
barang siapa menurut ket.entuan undang-undang ditunjuk menjadi
penasihat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui bahwa hadiah atau janji
itu diberikan untuk mempengaruhi nasihat tentang perkara yang harus
diputus oleh pengadilan itu.
11. Pasal 13
Setiap orang yang memberikan hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan
mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan
tersebut, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 tiga dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 seratus lima
puluh juta rupiah.
12. Pasal 12B
1 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan
yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut: a. yang nilainya Rp 10.000.000,00
sepuluh juta rupiah atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut
bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah,
pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
Dari kerangka di atas masing-masing mempunyai ketentuan yang berbeda. Tindak pidana korupsi suap ada si penerima dan si pemberi. Pasal 5 untuk
pemberi suap, pasal 6 untuk pemberi suap pada hakim dan advokat, pasal 11 untuk penerima suap yang sifatnya pasif, artinya si penerima tidak harus
melakukan sesuatu diam, cukup karena jabatannya saja atau . Contoh, kasus pengadaan barang dan jasa. Ada proses pengadaan barang dan jasa, proses
tersebut sudah benar sesuai prosedur, setelah itu si pengusaha memberikan uang
Gratifikasi
kepada pejabat pengadaan barang dan jasa sebagai uang terimakasih. Nah jika pejabat tersebut menerima uang maka pejabat tersebut dikenai pasal 11.
Kemudian pasal 12 huruf a untuk pegawai negeri atau penyelenggara negara yang
menerima suap sebelum melakukan perbutan, sedangkan pasal 12 huruf b untuk pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima sesudah melakukan
perbutan. Pasal 12 huruf c untuk hakim yang menerima sebelum melakukan perbutan dan pasal 12 huruf d untuk advokat yang menerima sebelum melakukan
perbutan. Sedangkan tindak pidana korupsi gratifikasi dalam pasal 12B tidak
berbicara nilai, artinya dalam pasal 12 B tersebut yang menjelaskan 10 juta itu adalah aspek pembuktian formil, jadi konsep pembuktian secara umum itu oleh
jaksa penuntut umum, nah di sini diatur khusus the lex spesialis, kalau dibawah 10 juta pembuktiannya oleh jaksa penuntut umum, sedangkan yang di atas 10 juta
pembuktiannya dilakukan oleh penerima gratifikasi pasal 12B ayat 1 huruf a pembuktiannya oleh si penerima dan pasal 12B ayat 1 huruf b pembuktiannya
oleh jaksa penuntut umum. Gratifikasi dalam pasal 12B redaksinya tidak ada satu
katapun untuk berbuat sesuatu, si PNS tidak butuh berbuat sesuatu yg bertentangan dengan jabatannya, tapi ia hanya cukup diam saja. Artinya dalam
pasal 12B ini hanya berhubungan dengan jabatannya atau yang bertentangan dengan kewajibannya.
118
Seperti halnya dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil, Pasal 4 angka 8 yang
118
Hasil Wawancara dengan Ferdi Diansyah Staf Direktorat Gratifikasi Komisi Pemberantasan Korupsi pada tanggal 25 april 2014