BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan gizi merupakan masalah kecil yang sebenarnya sangat penting karena gizi dan kalori setiap orang harus terpenuhi dengan cukup setiap harinya.
Namun hal ini pada umumnya kurang diperhatikan orang. Kebanyakan orang mengkonsumsi makanan hanya sekedar untuk kenyang dan enak saja. Pola makan
dan pola hidup yang kurang sehat ini lah yang menyebabkan semakin meningkatnya penderita diabetes Almatsier, 2009.
Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup
masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya pencemaran
lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus
penyakit tidak menular seperti; Penyakit Jantung Koroner PJK, Kanker, Diabetes Melitus DM dan Hipertensi Rimbawan, 2004.
Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah yang umumnya disebabkan oleh pola makan yang kurang baik
dimana glukosanya berlebihan. Namun di samping pola makan, juga ada faktor lainnya yang menyebabkan penyakit diabetes seperti faktor keturunan, virus atau
bakteri, nutrisi, dan bahan beracun. Penyakit diabetes dapat menjadi penyakit yang mematikan dan sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara langsung
Sukardji, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi,
antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. Sedikitnya setengah dari populasi penderita diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau
mereka menderita diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia PDSPDI, 2013.
Seorang penderita diabetes harus menjaga pola makannya untuk mengindari semakin tingginya kadar gula dalam darahnya. Pengetahuan yang
kurang tentang pola makanan sehat untuk pemenuhan gizi dan kalori harian dapat membahayakan penderita diabetes itu sendiri. Program yang sudah diterapkan
adalah diet terapi diabetes dengan pengaturan pola makan yang sehat bagi seorang penderita diabetes. Namun hal itu terkadang kurang disukai oleh penderita
diabetes sehingga mereka tidak giat mengikuti program itu Sukardji, 2005. Diabetes Melitus DM merupakan penyakit menahun yang dewasa ini
prevalensinya makin meningkat. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90 dan
semua penderita diabetes melitus di Indonesia. DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat
menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinis saja Soegondo, 2005.
Universitas Sumatera Utara
Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes melitus yaitu tipe I Insulin Dependent Diabetus Mellitus IDDM diabetes tergantung dengan insulin Non
Insulin Dependent Diabetus Mellitus dan tipe II NIDDM diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Tipe II mencakup 80 – 90 dari seluruh kasus
diabetes melitus dan umumnya penderita mengalami kelebihan berat badan. Diabetes Melitus tipe II biasanya ditandai dengan adanya poliphagia, poliuri,
polidipsia, kesemutan, kelelahan kelemahan fisik dan berat badan menurun. Pada diabetes melitus lanjut dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut
ketoasidosis, komplikasi vaskuler jangka panjang retinopati dibetik, mikroangiopaty, makroangiopaty dan gangrene Smeltzer, 2001.
Berdasarkan survey WHO jumlah penderita kencing manis diabetes melitusDM di Indonesia sekitar 17 juta orang 8,6 persen dari jumlah penduduk
atau menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat AS. Di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM
diabetisi sebanyak 21,3 juta jiwa Prihatno, 2006. Global status report on NCD World Health Organization WHO tahun
2010 melaporkan bahwa 60 penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar
1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4 meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab
kematian dunia Kementrian Kesehatan RI, 2013. International Diabetes Federation IDF menyatakan bahwa lebih dari 371
juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4 berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat
Universitas Sumatera Utara
ini, diperkirakan pada tahun 2025 nanti akan ada 178 juta penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun, sehingga diperkirakan akan didapatkan 7 juta orang
dengan DM Kementrian Kesehatan RI, 2013. Meningkatnya prevalensi DM di beberapa negara berkembang seperti di
Indonesia banyak dikaitkan dengan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat serta perubahan pola hidup terutama di kota-kota besar. Suatu survei yang
diadakan Depkes bekerja sama dengan Perkeni dalam pemeriksaan glukosa darah acak di masyarakat umum, didapatkan sebanyak 8,29 memiliki kadar glukosa
darah sewaktu melebihi 200 mgdL, dan 15,63 dengan kadar glukosa darah 140–199 mgdl Ngurah Ketut Suastika, 2008. Mengingat bahwa diabetes
mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak baik masyarakat
maupun pemerintah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan diabetes mellitus, khususnya dalam upaya pencegahan Suyono, 2005.
Badan Pusat Statistik Indonesia 2003 memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan
prevalensi penderita diabetes pada daerah urban sebesar 14,7 dan daerah rural sebesar 7,2, diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penderita diabetes sebesar
8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Di Indonesia menurut survei prevalensi penyakit diabetes melitus dikota-
kota besar mencapai 0,26 pada usia 6-20 tahun; 1,43 pada usia diatas 20 tahun; dan 4, 16 pada usia 40 tahun keatas. Sedangkan dipedesaan pada usia
diatas 20 tahun prevalensi penyakit diabetes mellitus mencapai 1,47 Handoyono, D. 2010.
Universitas Sumatera Utara
Peningkatan DM yang cukup tinggi berhubungan dengan adanya perubah gaya hidup. Faktor yang paling menonjol adalah pola makan yang salah dan
aktifitas fisik yang kurang. Prof. Tjandra Yoga mengatakan,berdasarkan hasil Riskesdas 2007, prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah
pada penduduk usia15 tahun diperkotaan sebanyak 5,7. Sedangkan prevalensi TGT Toleransi Glukosa Terganggu 10.2, dan prevalensi kurang makan sayur
dan buah 93,6. Sebanyak 13 provinsi mempunyaiprevalensi di atas prevalensi nasional Kementerian Kesehatan, 2013.
Menurut Estimasi International Diabetes Federation IDF, terdapat 177 juta penduduk dunia yang menderita Diabetes Melitus pada tahun 2002.
Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization WHO, memprediksi data Diabetes Melitus tersebut akan meningkat 300 juta dalam 25 tahun
mendatang Suyono, 2006. Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization WHO juga mencatat bahwa Indonesia menempati urutan ke-4
dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. WHO memastikan peningkatan pada penderita Diabetes Melitus
tipe 2 paling banyak dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang masih
memiliki angka tertinggi untuk penderita Diabetes Melitus terutama tipe 2. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan
komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat
dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidakn dapat diubah Gibney dkk, 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM
Universitas Sumatera Utara
Tipe 2 antara lain umur, riwayat keluarga menderita DM, berat badan berlebih, kurangnya aktifitas fisik, dan diet tidak sehat. Umur dan riwayat keluarga
menderita DM termasuk dalam faktor yang tidak dapat dimodifikasidiubah namun memiliki hubungan yang erat dengan kejadian DM Tipe 2, sehingga
dengan mengetahui kedua faktor ini, orang yang berisiko menderita DM Tipe 2 dapat melakukan pencegahan dengan mengendalikan faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2 Fox, 2011. Faktor lain Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM
tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American
Diabetes Association ADA bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi
riwayat keluarga dengan DM first degree relative, umur ≥45 tahun, etnik,
riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi 4000 gram atau riwayat pernah
menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah 2,5 kg. Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT
≥25 kgm2 atau lingkar perut
≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki -laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat Ngurah, 2008.
Dari data Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin Depkes
RI, 2005. Jumlahnya meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan yang tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas
fisik dan konsumsi junk food, dan lain-lain Wardani et al,2007.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tahun Bulan
Jumlah Pasien Rawat Jalan Penderita Diabetes Melitus Type II
2013
September 36 orang
Oktober 31 orang
November 30 orang
Desember 36 orang
2014
Januari 39 orang
Pebruari 40 orang
Maret 48 orang
Sumber : Data puskesmas Padang Bulan Selayang II Pada tahun 2014 untuk bulan Januari – Maret jumlah pasien mengalami
peningkatan dimana jumlah pasien diabetes melitus yang paling tinggi adalah bulan Pebruari – Maret yaitu dari 40 orang menjadi 48 orang.
Sehingga peneliti tertarik mengambil judul “Gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang
Bulan Selayang II Medan tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah