Rumusan Masalah Manfaat Penelitian Genetik atau Faktor Keturunan

Berdasarkan data Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tahun Bulan Jumlah Pasien Rawat Jalan Penderita Diabetes Melitus Type II 2013 September 36 orang Oktober 31 orang November 30 orang Desember 36 orang 2014 Januari 39 orang Pebruari 40 orang Maret 48 orang Sumber : Data puskesmas Padang Bulan Selayang II Pada tahun 2014 untuk bulan Januari – Maret jumlah pasien mengalami peningkatan dimana jumlah pasien diabetes melitus yang paling tinggi adalah bulan Pebruari – Maret yaitu dari 40 orang menjadi 48 orang. Sehingga peneliti tertarik mengambil judul “Gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan tahun 2014. Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik penderita diabetes melitus tipe II meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, frekuensi kunjungan,pernah tidaknya mendapatkan penyuluhan pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan selayang II Medan tahun 2014. 2. Mengetahui gambaran kejadian diabetes meliputi riwayat keluarga dan lama menderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan selayang II Medan tahun 2014. 3. Mengerahui gambaran perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan kebiasaan pola makan pada penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan selayang II Medan tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Untuk memberikan informasi kepada penderita diabetes untuk meningkatkan pengetahuan terhadap pola makan yang baik. 2. Sebagai bahan masukan bagi pihak keluarga untuk meningkatkan pengawasan terhadap pola makan pada penderita diabetes melitus. 3. Bagi peneliti sebagai pengaplikasian ilmu yang didapat selama bangku kuliah Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme makhluk hidup yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara bicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan responreaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya Notoatmodjo, 2003. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, Blum menggambarkannya sebagai berikut : Keturunan Perilaku Status Kesehatan Lingkungan Fasilitas K h Universitas Sumatera Utara Dari skema tersebut, terlihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa faktor perilaku ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadi pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan Notoatmodjo, 2003. Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia dalah perilaku kesehatan. Becker, 1979 membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 2 kelompok yaitu : 2.1.1 Perilaku Kesehatan Menurut Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu : 1. Faktor-faktor predisposisi Predisposing factors, adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut. 2. Faktor-faktor pemungkin enabling factors, adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai Universitas Sumatera Utara macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas dan sarana, kebijakan pemerintah dan sebagainya. 3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang- undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan Notoatmodjo, 2003.

2.1.2 Perilaku Sakit

Secara ilmiah penyakit desease diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya, sakit illness adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Menurut Mering dalam Foster dan Anderson 2005, studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non spesifik. Menurut Suchman dalam Sarwono 2004, ada lima macam reaksi dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu : 1. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan. Universitas Sumatera Utara 2. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama. 3. Self Mediation atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat. 4. Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan. 5. Discontunity atau proses tidak melanjutkan menghentikan pengobatan.

2.2 Bentuk-bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom 1906 dalam Notoatmodjo 2007 seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranahkawasan yaitu ranah kognitif cognitive domain, ranah afektif affective domain dan ranah psikomotor psychomotor domain, meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari : 1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan knowledge 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan attitude 3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan practice.

2.2.1 Pengetahuan Knowledge

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu :

1. Tahu know

Tahu diartikan sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami comprehension

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut ,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi application

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis analysis

Analisa diartikan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis synthesis

Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Universitas Sumatera Utara

6. Evaluasi evaluation

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria- kriteria yang ada. Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : 1. Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. 2. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupaun secara tidak langsung. 3. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis mental, dimana aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. 4. Minat Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam. Universitas Sumatera Utara 5. Pengalaman Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif. 6. Informasi Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2.2 Sikap Attitude

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Selain bersifat pasif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda - beda sangat benci, agak benci, dsb. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya Sarwono, 2004. Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1. Sikap itu dipelajari Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif – motif psikologi lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri, adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa Universitas Sumatera Utara sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan. 2. Memiliki kestabilan Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu spesifik yang sifatnya berulang-ulang. 3. Personal Societal Signifinance Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman. 4. Berisi Kognitif dan Affecty Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan. 5. Approach – Avoidance Directionality Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memeliki skap yang susah beradaptasi maka akan menghindarinya. Ciri – ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut : 1 Pemikiran dan perasaan thoughts and feeling Universitas Sumatera Utara Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan - pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta suberdaya yang tersedia. 2 Adanya orang lain yang menjadi acuan personal reference merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu. 3 Sumber daya resurces yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tetentu dengan pertimbangan kebutuhan diri pada individu tersebut Notoatmodjo, 2005. Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya. 2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umunya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang –perangsang itu. 3. Sikap sebagai alat pengatur pngalaman –pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman – pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, atinya semua berasal dari dunia luar Universitas Sumatera Utara tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana – mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mnecerminkan kepribadian seseorang, ini disebabkan karen sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat sikap –sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bias mengetahui pribadi orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi Notoatmodjo, 2007. Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport 1954 dalam Notoatmodjo 2007, yaitu : 1. Kepercayaan keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak tend to behave. Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu :

1. Menerima receiving

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan objek. Universitas Sumatera Utara

2. Menanggapi responding

Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai valving

Menghargai diartikan subjek,atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab responsible

Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko.

2.2.3 Tindakan Practice

Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor – faktor dukungan support dari pihak lain didalam tindakan atau praktik Notoatmodjo, 2007. Tingkatan-tingkatan daripada tindakan practice yaitu : 1. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakanyang akan diambil. 2. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh. Universitas Sumatera Utara 3. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan. 4. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu recall. Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.3 Diabetes Melitius

2.3.1 Defenisi

Diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh Depkes RI, 2008. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI, 2002 diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin Soegondo, 2008. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal non diabetes waktu puasa antara 60-120 mgdL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mgdL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung Universitas Sumatera Utara naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan banyak minum polidipsi, banyak makan poliphagia, banyak buang air kecil poliuri, badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mgdL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mgdL disebut Diabetes Melitus Brant, 2004.

2.3.2 Jenis-jenis Diabetes 1. Diabetes Mellitus Tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin Sustrani, 2004. Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas insulitis. Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV Cytomegalovirus, herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikaninjeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat Maryunani, 2008. Secara global diabetes mellitus tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20 dari semua penderita diabetes mellitus yang menderita diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita diabetes mellitus tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus Johnson, 1998.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin adalah diabetes mellitus yang paling sering dijumpai. Diabetes mellitus tipe 2 Universitas Sumatera Utara terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah Tandra, 2008. Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75 individu dengan diabetes mellitus tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95 kasus diabetes mellitus adalah diabetes mellitus Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat Moore, 1997.

2.3.3 Gejala Diabetes Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus polidipsia, sering buang air kecil poliuria, sering merasa lapar polifagia serta berat badan yang menurun Depkes RI, 2008. Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok Universitas Sumatera Utara orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan pemeriksaan darah Tara, 2002.

2.3.4 Determinan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus adalah :

a. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit diabetes mellitus. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita diabetes mellitus, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40 menderita diabetes mellitus Wulandari, 2006. Diabetes mellitus tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 2. Sekitar 50 pasien diabetes mellitus tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita diabetes mellitus, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya sekitar 3-5 yang mempunyai orangtua menderita diabetes mellitus juga. Pada diabetes mellitus tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita diabetes mellitus bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus tipe 1, maka kemungkinan menderita diabetes mellitus adalah 1:2 Tandra, 2008. Universitas Sumatera Utara

b. Usia