Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
e. Untuk memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran dengan potongan atau mengerjakan sesuatu bagi diri sendiri.
Menyalahgunakan kekuasaan, sewenang-wenang menggerakkan kekuasaan dengan cara memaksa orang lain untuk memberikan sesuatu,
untuk membayar dan menerima pembayaran dan untuk mengerjakan sesuatu.
8. Pemerasan oleh pegawai negeri
Perumusan mengenai hal ini terdapat dalam dalam pasal 425 KUHP Adapun unsurnya-unsurnya dapat kami sebutkan:
a Pegawai negeri pejabat 1 Pada waktu menjalankan tugasnya, dan
2 Meminta, menerima atau memotong pembayaran, seolah-olah utang kepadanya, kepada pejabat lain, atau kepada kas umum,
padahal tidak demikian halnya. b Seorang pegawai ngeri pejabat.
1 Pada waktu menjalankan tugasnya, 2 Meminta, atau menerima, pekerjaan atau penyerahan
3 Seoolah—olah merupakan utang kepadanya. c Seorang pegawai negeri pejabat
1 Pada waktu menjalankan tugasnya, 2 Seolah-olah sesuai dengan peraturan yang bersangkutan
3 Menggunakan tanah Negara yang diatasnya ada hak-hak pakai Indonesia, dan
4 Merugikan yang berhak
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Kejahatan pemerasan atau nknevelary atau kerakusan yang dilakukan oleh pegawai negeripejabat menunjukan seolah-olah apa yang dipungut itu
harus dibayar, seolah-olah utang baik kepadanya sendiri, maupun kepada orang lain, atau kepada kas umum.
9. Kejahatan jabatan oleh pegawai negeripejabat yang ikut serta
dengan kejahatan pemborongan, penyerahan dan persewaan yang pengawasan dan pengurusannya diarahkan kepadanya
Hak ini perumusannya terdapat dalam pasal 435 KUHP. Adapun unsur-unsurnya:
a. Seorang pegawai negeripejabat. b. Dengan langsung ataupun tidak langsung
c. Sengaja turut serta. d. Dalam pemborongan, penyerahan atau persewaan Verpachtingen.
e. Untuk seluruhnya atau sebagaian dia ditugasi mengurusi atau mengawasinya.
Letnan Jenderal Purnawirawan M.Yasin Harian Kompas tanggal 26 Agustus 1976 , halaman pertama menyatakan bahwa komersialisasi jabatan dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama, dilakukan secara langsung dengan terang- terangan meminta uang atau barang. Kedua, secara tidak langsung, dengan
memberikan berbagai macam fasilitas, dengan tujuan : dapat menerima komisi atau bagian.
Cara mengkomersialisasikan jabatan yang kedua itu dinilai M.Yasin lebih berbahaya dari yang pertama. Karena dapat menandatangkan pendapatan di luar
gaji resmi yang tak terbatas besarnya. Bermacam-macam fasilitas dapat diberikan
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
kepada sanak keluarga, sehingga mereka ini dapat menduduki jabatan penting atau bahkan dapat memiliki perusahaaan serta modal beberapa milyar rupiah.
Di dalam prakteknya komersialisasi jabatan telah dibiarkan menjadi kebiasaan. Segala keterampilan dan keluwesan pejabat-pejabat itu digunakan
untuk sebanyak mungkin mengambil keuntungan pribadi dari wewenang atau wibawa jabatannya. Demikian pula para pedagang dan pengusaha. Mereka ini
menempel pada pejabat-pejabat yang berwenang dan kewibawaannya. Wewenang dan wibawa pejabat hendaknya untuk memajukan keuntungannya. Wewenang dan
wibawa pejabat tersebut dijadikan sapi perahan bagi pedagang dan pengusaha yang pandai dan luwes. Dengan mengadakan usaha bersama dengan para pejabat,
mereka tidak perlu melakukan tindakan yang dimaksud Pasal 1 Undang-undang tindak pidana korupsi. Apa yang mereka lakukan bukanlah memberi hadiah atau
menerima hadiah. Yang mereka lakukan hanyalah berbagai keuntungan, tak beda dengan berbagai keuntungan antara para pemegang saham atau berbagai
keuntungan antara pedagang mobil bekas. Dalam keadaan seperti itu sendiri kuatlah dirasakan adanya pembenaran
untuk menempelkan kepentingan pribadinya pada kekuasaan, kewibawaan dan wewenang dari jabatannya. Apa yang disebut menyalahgunakan jabatan sangat
banyak tergantung dari tradisi-tradisi lembaga yang bersangkutan.kalau tradisi ini tidak diketahui, apa artinya kata “menyalahgunakan” bahkan pejabat-pejabat yang
bersangkutan mungkin merasa bahwa ia jujur, tidak korup, sebab ia tidak mau menerima hadiah-hadiah yang dimaksud Pasal 418, lebih-lebih Pasal 419 KUHP,
ia tidak menggelapkan uang Negara, tidak memalsu. Ia tidak melakukan kejahatan memperkaya diri sendiri seperti dimaksud Pasal 1 Undang-undang Nomor 3 tahun
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
1971. Kasnya beres, pembukuan beres. Apa yang ia lakukan cuma menempelkan usaha-usaha untuk kepentingan pribadi pada usaha-usaha pemerintah yang
dilakukan dengan menggunakan kekuasaan jabatannya atau cuma memanfaatkan kesempatan yang terbuka karena wewenang atau kekuasaanya, memanfaatkan
kewibawaan atau privilege yang menjadi pembawaan dari jabatannya untuk kepentingan diri sendiri.
Akan kita lihat sekarang apakah pejabat yang mengkomersilkan jabatannya itu bisa disebut koruptor setidak-tidaknya menurut jiwa dari yang ada?
Apakah yang dilarang dalam pasal 418 KUHP ? peraturan yang ditujukan kepada pejabat Negara itu berisi larangan untuk menerima pemberian yang dapat
disangka berhubungan dengan kekuasaan dan wewenang jabatan. Mengingat hal itu apakah yang dituju pasal tersebut? Pasal tersebut bertujuan melindungi
kekuasaan dan wewenang jabatan Negara dari penggunaan lain daripada yang seharusnya, baik oleh pejabatnya maupun oleh orang lain.
Apakah yang dilarang dalam Pasal 1 Sub undang-undang nomor 3 Tahun 1971? yang dilarang adalah memberikan sesuatu kepada pejabat yang
berhubungan dengan wewenang dan kekuasaan jabatannya. Tujuan dari pasal inipun sama, yaitu mencegah agar wewenang dan kekuasaan jabatan Negara tidak
bisa digunakan untuk kepentingan seseorang menurut kehendaknya sendiri, agar orang luar tidak bisa mengendalikan wewenang dan kekuasaan jabatan Negara
untuk kepentingan diri sendiri. Bagaimana kalau pejabat melakukan usaha-usaha pribadi dengan
melekatkan usahausaha itu pada kekuasaan dan wewenang jabatannya, maka kekuasaan dan wewenang jabatannya telah digunakan untuk tujuan lain daripada
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
yang dimaksud mengadakan wewenang dan kekuasaan itu.dengan sendirinya, secara sadar atau tidak kemudian kepentingan pribadinya secara aktif
mempengaruhi apa yang perlu atau tidak perlu dilakukan dalam menjalankan kekuasaan jabatannya, ataupun secara bagaimana wewenang jabatannya itu
dijalankan agar dirinya sendiri diuntungkan. Pada banyak keputusan yang diambil dalam rangka jabatan, melekat
kepentingan pribadi, bahkan sering kepentingan pribadi yang menentukan keputusan apa yang akan diambil. Dengan melakukan usaha yang demikian
bersama pengusaha dan pedagang, maka pengusaha dan pedagang itu dengan seenaknya memeras manfaat dari kekuasaan pejabat Negara itu menurut yang
dikendakinya sendiri. Tidak bisa diragukan bahwa setiap orang Indonesia yang baik dan tidak
terlibat dengan urusan yang demikian, tentu menginginkan agar praktek-praktek komersialisasi jabatan dihentikan. Apabila kita memang berminat untuk menyetop
praktek-praktek demikian, dapatlah dibuat suatu pasal yang jelas yang meruimuskan pengertian penyalahgunaan jabatan menurut alam pikiran yang
mendasari Pasal-pasal 418, 419 KUHP dan Pasal 1 Undang-undang Nomor 3 tahun 1971 mengenai Tindak Pidana Korupsi yang memuat pula unsur
komersialisasi jabatan. Atau bila kita menghendaki agar rumusan yang demikian itu selalu diingat, maka rumusan seperti itu bisa dimasukkan dalam kode etik
jabatan atau Instansi. Di samping itu ketentuan seperti yang terdapat dalam Pasal 435 KUHP
dapat diperluas atau diperbanyak. Apakah isi pasal tersebut ?
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Isinya antara lain adalah larangan bagi pegawai untuk ikut campur dalam urusan pemborongan atau pembelian barang, sedang ia karena jabatan diwajibkan
mengurus pemborongan atau pengadaan Barang itu. Pelanggaran atas ketentuan ini jelas sekali dapat dikatakan suatu penyalahgunaan jabatan. Ketentuan pasal ini
baik sekali, tetapi kenapa hanya dalam hubungan dengan hal-hal yang terbatas.pasal tersebut dapat diperluas, misalnya dengan membuat suatu pasal
yang umum di mana sudah tercegah bahwa seorang pegawai negeri tidak boleh duduk sebagai penasihat perusahaan atau pemegang saham baim resmi maupun
tak resmi atau mengadakan sendiri, atau menggunakan fasilitas-fasilitas yang terbuka karena jabatannya. Demikianlah selanjutnya.
Jiwa dari Pasal 435 KUHP ialah bahwa seorang pejabat dilarang untuk mengadakan usaha-usaha pribadi atau campur secara pribadi dalam usaha-usaha
partikuli luar dinas, di mana wibawa, wewenang dan kekuasaan jabatannya mempunyai pengaruh.
Karena biasanya tradisi dan etik tentang kekuasaan tidak dikenal, lebih baik ada pasal khusus yang menyatakan sebagai melakukan tindak pidana korupsi,
pejabat-pejabat yang mengkomersilkan jabatannya. Pasal 435 KUHP dapat digunakan untuk itu, setidak-tidaknya pasal yang demikian merupakan senjata
untuk mencegah agar komersialisasi jabatan tidak menjadi institutionalized.
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
B. Konsep pertanggung-jawaban pidana dalam delik penyertaan dalam Tindak pidana penggelapan dengan menggunakan jabatan di bidang
perbankan
Adapun kejahatan jabatan yang dalam hal ini termssuk atau merupakan tindak pidana antara lain adalah
10
1. Penggelapan uang atau surat berharga oleh pegawai negeri bedasarkan jabatannya.Perumusannya terdapat dalam pasal 415 KUHP, dan unsur-
unsur dari tindak pidana penggelapan itu adalah sebagai berikut: :
a. Pembuatnya harus berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat atau orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum terus-
menerus atau sementara waktu. b. Dengan sengaja.
c. Menggelapkan uang atau surat-surat berharga. d. Yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang atau surat-
surat berharga tersebut diambil, digelapkan orang lain atau memolong sebagai pebantu, mengenai penggelapan oleh Pegawai negeri pejabat
seperti tersebut di atas, akan dibedakan dengan penggelapan biasa yang diatur dalam pasal 372 KUHP.
Perbedaannya ialah: 1 Dalam penggelapan oleh pegawai negeripejabat 415 KUHP
pembuatnya berstatus sebagai pegawai negeri. Sedangkan dalam penggelapan biasa 372 KUHP pembuatnya adalah orang biasa umum.
10
Ibid, halaman 57
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
2 Dalam penggelapan oleh pegawai negeri pejabat 415 KUHP yang digelapkan adalah uang atau surat-surat berharga. Sedangkan dalam
penggelapan biasa 372 KUHP yang digelapkan adalah barang. 3 Dalam penggelapan oleh pegawai negeri pejabat 415 KUHP memuat
unsur-unsur pembantu yaitu membiarkan orang atau surat-surat berharga itu diambil atau digelapkan oleh orang lain menolong sebagai pembantu
dalam melakukan perbuatan tersebut. Dalam penggelapan biasa 372 KUHP tidak ada unsure pembantu .Yang
dimaksud dengan surat-surat berharga ialah surat-surat yang menurut tujuannya dapat berlaku seperti uang, misalnya: perangko, cheque, wessel, obligasi dan
sebagainya. Mengenai orang lain yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan terus-
menerus atau untuk sementara waktu menurut Tirtaadmidjaja, SH., adalah orang yang sebenarnya bukan pegawai negeri, tetapi diserahi suatu jabatan umum.
Oleh karena itu orang seperti tersebut diatas, dapat dianggap sebagai pegawai negeri, dengan melihat ketentuan mengenai pegawai negeri dalam
Undang-undang pegawai negeri. Mengenai unsur “pembantu” seperti yang terdapat dalam pasal 415 KUHP,
menurut Noyon-Langemeyer haruslah diartikan sebagai “pembantu” yang tersebut dalam pasal 36 KUHP yang memuat antara lain: mereka yang sengaja memberi
bantuan pada waktu kejahatan dilakukan, atau mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan, atau mereka yang sengaja memberi
kesempatan, sarana atau keterangan untuk melakukan kejahatan. Selanjutnya perbedaan mengenai “membiarkan uang surat-surat berharga itu digelapkan”
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
dengan membantu, sudah terletak pada sikap pasif dan aktifnya pegawai negeri tersebut, berbuat atau tidak berbuat. Oleh pembuat Undang-undang dengan
ditentukakannya kedua jenis pwembantuan itu ke dalam pasal 415 KUHP maka bukan bantuan itu semata-mata yang tercantum pidana, tetapi bantuan itu
merupakan kejahatan yang berdiri sendiri, karena bilamana hal itu tidak dimuat, maka pegawai negeri pejabat akan tidak dapat dipidana membantu kejahatan
sedemikian menurut pasal 56 jo 415 KUHP. Jadi penggelapan oleh pegawai negeri pejabat ada 2 buah:
1 Penggelapan uang atau surat-surat berharga oleh pegawai negeri pejabat berdasarkan pasal 415 KUHP.
2 Pembantu penggelapan uang atau surat-surat berharga oleh pegawai negeripejabat berdasarkan pasal 56 jo 415 KUHP
C. Ketentuan-ketentuan sanksi Pidana yang mengatur Tentang Tindak