Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
yang dilimpahkan atau dapat dianggap dilimpahkan kepadanya oleh yang berhak atas suatu barang.
Jadi, tidaklah cukup apabila kebetulan suatu barang de facto ada di bawah kekuasaan si pelaku. Apabila, misalnya seekor ayam milik si A masuk ke dalam
pekarangan si B dan bercampur dengan ayam-ayam milik si B, maka ayam itu de facto ada di bawah kekuasaan si B. Akan tetapi, oleh karena tidak ada unsur di
bawah kekuasaan dari tindak pidana penggelapan barang, maka apabila si B memperlakukan ayam itu sebagai miliknya dengan misalnya menggiring ayam itu
ke kandang ayam si B, perbuatan si B masuk istilah pencurian, bukan penggelapan barang.
Sebaliknya, untuk menggelapkan barang tidak perlu bahwa si pelaku de facto selalu dapat menguasai barang itu. Misalnya, seorang A diserahi oleh B
menyimpan suatu barang milik si B, dan kemudian si A menyerahkan lagi barang itu kepada C untuk disimpan. Pada waktu itu, si A de Facto tidak menguasai
barang itu, tetapi apabila ia kemudian menyuruh si C untuk menjual barang itu kepada D tanpa persetujuan si B, maka si A tetap dianggap menguasai barang itu,
dan oleh karenanya dapat dikatakan menggelapkan Barang itu. Berdasarkan penjelasan umum di atas, maka jenis tindak pidana
penggelapan ini adalah sebagai berikut :
A. Barang milik orang lain
Unsur ini agak menimbulkan kesulitan dalam hal sejumlah uang tunai yang dipercayakan oleh yang empunya kepada orang lain untuk disimpan atau
untuk dipergunakan melakukan pembayaran tertentu, apakah si penyimpan diharuskan memisahkan sejumlah uang itu dari uangnya sendiri? Apakah uang itu
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
tidak boleh diganggu, kecuali untuk melakukan pembayaran tertentu itu? kalau ini diharuskan, maka misalnya seorang jutawan yang diserahi menyimpan uang
sejumlah hanya seribu rupiah dalam saku bajunya, dan pada waktu itu juga ia mempergunakan uang itu untuk misalnya membayar harga pembelian barang di
suatu toko karena kebetulan dompetnya tertinggal di rumah, maka si jutawan itu dapat dipersalahkan menggelapkan uang itu.
Bahwa ini tidak wajar, mudah dapat dimengerti. Akan tetapi sebaliknya, juga tidak wajar apabila dikatakan bahwa setiap penyimpanan uang tunai tidak
memungkinkan penggelapan uang itu oleh si penyimpan dalam hal ini, tidak boleh menjadi persoalan apakah sejumlah uang sewujud yang disimpan itu tetap
menjadi milik orang yang menyimpannya, atau ia hanya berhak atas pembayaran kembali uang sejumlah yang sama tidak sewujud yang sama.
Kalau ini dijadikan ukuran, akan timbul lagi ketidakwajaran kedua hal ekstrem yang dimaksudkan di atas, mengingat peristiwa dengan seorang jutawan
tadi, maka menurut hemat saya harus ada kalanya dianggap uang yang disimpan itu tidak boleh diganggu, tetapi juga harus ada kalanya uang itu dapat dipakai dulu
dan ini bergantung kepada maksud penyimpanan uang itu, dan kepada kekayaan orang yang diserahi menyimpan uang itu.
Maksud yang tegas bahwa uang itu tidak boleh diganggu dapat dikatakan ada apabila orang yang menyimpan uang itu merupakan seseorang yang disuruh
belaka yang ditugasi melakukan pembayaran tertentu dengan uang itu. Ukuran keadaan orang yang menyimpan uang dapat dijelaskan demikian,
bahwa tidak ada penggelapan apabila si penyimpan uang setelah mempergunakan uang itu untuk keperluan pribadi, demikian kekayaannya bahwa ia kemudian
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
sewaktu-waktu mampu untuk membayar kembali uang itu dari uang miliknya sendiri. Akan tetapi, dalam praktek ukuran ini mungkin masih agak kabur. Maka,
pada akhirnya rasa keadilan lah yang menentukan hal ini.
B. Penggelapan khusus