Upaya Penal Represif Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 hukum pidana dan jalur “non-penal” bukandiluar hukum pidana. Dalam pembagian G.P.hoefnagels diatas, upaya-upaya yang disebut didalam butir b dan c, dapat dimasukkan kedalam kelompok upaya non-penal. Secara kasar dapat dibedakan bahwa upaya penanggulangan kejahatan lewat jalur penal, lebih menitik-beratkan pada jalur repressif penindasanpemberantasanpenumpasan sesudah kejahatan terjadi, sedangkan dalam non-penal lebih menitik-beratkan pada sifat preventif pencegahanpenangkalanpengendalian sebelum kejahatan terjadi. Dikatakan sebagai perbedaan secara kasar dikarenakan tindakan repressif pada hakekatnya juga dapat dilihat sebagai tindakan preventif dalam arti luas 14 1 Tahap formulasi kebijakan legislatif . Oleh karena demikian, maka di dalam merumuskan politik kriminalnya secara konseptual adalah melalu sarana-sarana sebagai berikut :

A. Upaya Penal Represif

Kebijakan untuk menggunakan sarana-sarana penal di dalam menanggulangi tindak pidana penggelapan di bidang perbankan maupun dimensi kerugian yang dapat ditimbulkannya. Dalam menggunakan saran penal tersebut, kebijakan hukum pidana melalui tahap-tahp sebagai berikut : 2 Tahap aplikasi kebijakan yudikatif 3 Tahap eksekusi kebijakan eksekutif Proses penegakan hukum melalui kebijakan hukum pidana ini, minimal melibatkan tiga faktor yang saling terkait satu sama lain. Ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut : 14 Sudarto, kapita selekta hukum pidana, Sinar baru, bandung, 1981, halaman 118 Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 1 Faktor perundang-undang legal system 2 Faktor aparat penegak hukum legal structur 3 Faktor budaya hukum legal culture Ketiga faktor diatas sangat penting atau memiliki urgensi yang saling terkait satu sama lain dalam penegakan hukum pidana untuk menanggulangi kejahatan. Peranan ketiga faktor ini sangat penting sekali di dalam menghadapi pergerakan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan sebagai kejahatan di bidang ekonomi yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik kualitas maupun kuantitasnya. Selain memiliki urgensi yang sangat penting dalam menanggulangi tindak pidana penggelapan di bidang perbankan ketiga faktor diatas juga berperan tidak penting dalam hal melaksanakan kebijakan hukum pidana yang berarti mengadakan pemilihan ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti memenuhi rasa keadilan dan berdaya guna, sebagai upaya penanggulangan kejahatan dengan memakai tindakan-tindakan sesuai prosedur hukum pidana dengan berpatokan pada tiga hal pokok hukum pidana, maka peranan ketiga faktor tadi adalah sebagai berikut : 1. Untuk menentukan perbuatan manakah yang merupakan tindakan penggelapan di bidang perbankan. 2. Bagaimana unsur kesalahan dan pertanggung-jawaban pidana pelaku tindak pidana penggelapan di bidang perbankan. 3. Bagaimana pidana dan pemidanaan, sehingga pengendalian dan penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana bukan Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 hanya untuk masalah sosial tetapi juga merupakan masalah kebijakan hukum pidana pada umumnya. Terkait usaha penanggulangan tindak pidana penggelapan di bidang perbankan, Prof. Muladi menyusun standart criminal dalam rangka penanggulangan tindak pidana perekonomian termasuk tindak pidana penggelapan di bidang penggelapan, yakni : 1. Perlu dilakukan reppreisal secara teratur terhadap perundang-undangan pidana yang berkaitan dengan tindak pidana dalam bidang perekonomian. Hal ini mencakup evaluasi baik yang bersifat kriminalisasi maupun dekriminalisasi atau depenalisasi serta evaluasi terhadap ketentuan hukum pidana yang belum efektif di daya gunakan. 2. Perlunya penyidik mempunyai pengetahuan, keahlian, dan teknologi tertentu, seperti computer, accounting, dan sebagainya. Penggunaan ahli- ahli yang ada diluar sistem peradilan pidana juga sangat diharapkan. 3. Perlu dipikirkan keberadaan badan khusus untuk memerangi kejahatan perekonomian, seperti di India, Malaysia, dan Singapura. 4. Sistem pelatihan yang berkelanjutan dan terpadu. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan Jepang dengan mengirimkan para jaksa dan pejabat pengadilan ke training institute of national revenus officials, dan memberikan pelatihan di dalam bidang hukum pajak, akutansi perbankan, dan sebagainya. 5. Meningkatkan usaha-usaha untuk memperoleh informasi dan pengumpulan alat bukti. Hal ini dapat berupa pendaya gunaan informan, penyuluhan hukum pada masyarakat. Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 6. Meningkatkan kerjasama internasional dalam penyelidikan dan pertukaran informasi, mengingat kejahatan sifat-sifat perekonomian yang melampaui batas-batas negara transnasionally. 7. Meningkatkan efektifitas penuntutan dan mengurangi delay in investigation in trial. Pembentukan tim jaksa yang tangguh dalam setiap kasus penting. 8. Menciptakan pengadilan khusus yang mengadili ekonomi crime seperti di Jerman. 9. Sistem sanksi supaya disempurnakan antara lain dengan pengaturan minimum khusus. 10. Pemidanaan terhadap korporasi. 11. Kerja-sama dengan asosiasi perdagangan agar ditingkatkan, dalam rangka menumbuhkan penghargaan dan tanggung-jawab warga negara. 12. Penyempurnaan langkah-langkah organisatoris, seperti rekruitmen karyawan, sistem pengawasan dan sebagainya. 13. Dalam pemidanaan yang menjadi pertimbangan utama adalah moral and deterrence effect. 14. Meningkatkan tekhnik investigasi baik yang bersifat reaktif, waiting for someone to complain about violation maupun proaktif affirmative search for violators 15 Oleh karena itu penggunaan hukum pidana sebagai sebuah bentuk penghukuman merupakan hal yang limitative sifatnya. Oleh karenanya, dalam mempergunakan hukum pidana haruslah memperhatikan garis-garis kebijakan penggunaan Hukum Pidana, salah satunya adalah mentaati asas-asas hukum yang . 15 Muladi, Op cit, halaman 8 Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009 berlaku dalam Hukum Pidana terkait dengan hal ini, Herbert L.Packer di dalam Bukunya The Limit Of Criminal Sanction, menyatakan bahwa ada tiga inti yang harus dijadikan Patokan memandang Hukum Pidana yakni: 1 Sanksi pidana sangatlah diperlukan karena kita tidak dapat hidup, sekarang maupun di masa depan tanpa Pidana. 2 Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang tersedia, yang kita miliki untuk menghadapi kejahatan-kejahatan atau bahaya besar dan serta merta untuk mengahadapi ancaman-ancaman dari bahaya . 3 Sanksi pidana suatu ketika merupakan penjamin yang utama, dan suatu ketika merupakan pengancam utama kebebasan manusia .ia merupakan penjamin apabila digunakan secara hemat-cermat dan secara manusiawi , atau sebaliknyaakan menjadi pengancam apabila digunakan secara sembarangan dan secara paksa. Untuk itulah, hukum pidana dibatasi dengan beberapa asas-asas penting yang sifatnya mengikat, sehingga harus selalu dijadikan pedoman dalam penggunaan sarana hukum pidana, agar tujuan pemidanaan bisa terjaga dengan baik dalam suatu proses penegakan hukum pidana, dari awal hingga akhir. Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008. USU Repository © 2009

B. Upaya Non-penal preventif

Dokumen yang terkait

Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

5 97 123

Posisi Dominan Yang Dapat Mengakibatkan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Putusan KPPU No. 02 / KPPU-L / 2005 Tentang Carrefour)

1 64 189

Analisis Kriminologi Dan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Putusan No. 1203 / Pid.B / 2006 / PN.MDN)

4 83 81

Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank (Studi Kasus : No.1945 / Pid.B / 2005 / PN-MDN)

2 61 120

Asas Ne Bis In Idem Dalam Hukum Pidana (Pendekatan Kasus Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 1384 / Pid.B / Pn. Mdn / 2004 Jo Putusan Pengadilannegeri Medan No. 3259 / Pid.B / Pn. Mdn / 2008)

2 49 163

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PERCOBAAN PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS)

0 5 15

Analisis Yuridis Putusan Hakim dalam Tindak Pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan (Putusan Nomor : 87 / Pid.B / 2012 / PN.GS

0 7 8

ANALISIS PUTUSAN NO : 1270 / Pid.B / 2009 / PN.TK PADA BPR TRIPANCA SETIADANA

2 45 21

ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA (Studi Perkara Nomor : 43 / Pid / Sus / 2011 / PN.TK)

1 11 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertanggungjawaban Pidana Bagi Terdakwa Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Sesuai Dengan PASAL 340 KUHP(Studi Kasus Putusan No. 3.682 / Pid.B / 2009 / PN. Mdn)

0 3 38