Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
e. Pegawai bank pemerintah yang tidak mengambil tindakan, semestinya saat mengetahui adanya tindak pidana penggelapan
yang dilakukan oleh rekan sejawatnya, maupun orang lain. f. Pegawai bank pemerintah yang terlibat di dalam pembantuan
dilakukannya pengambilan dan atau penggelapan yang dilakukan oleh orang sejawatnya maupun orang lain.
2. Tindak pidana penggelapan di bidang perbankan di luar KUHP
Hukum yang baik adalah hukum yang hidup ditengah masyarakat yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan daripada nilai-nilai yang
berlaku pada masyarakat itu. Dengan kata lain hukum merupakan sesuatu yang dinamis, elastic dan kontiniu.
Demikian pula hukum pidana materil, mengatur atau dan dapat diterapkan di dalam menyelesaikan masalah dalam masyarakat, terutama tindak pidana
penggelapan di bidang perbankan. Sehingga eksistensinya dapat dikatakan mencerminkan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Berdasarkan pengertian hukum pidana, tindak pidana penggelapan di bidang perbankan yang pengaturannya terdapat diluar KUHP adalah bersifat lex
spesialis derogat legi generali peraturan khusus menyampingkan peraturan umum hal ini dikarenakan pada dasarnya semua tindak pidana di bidang perbankan baik
yang diatur di dalam Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang Bank Indonesia, maupun KUHP dapat diberlakukan Undang-Undang tindak pidana
ekonomi, atau undang-undang tindak pidana korupsi.
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Untuk lebih jelasnya, dibawah ini penulis mengutip beberapa ketentuan hukum dalam peraturan perundang-undangan yang diantaranya :
1. Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
Semenjak berlakunya Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
perbankan, pada tanggal 10 November 1998, maka peraturan perundang- undangan yang telah dikeluarkan sebelum berlakunya Undang-Undang
Perbankan Nomor 10 tahun 1998, sepanjang tidk bertentangan dinyatakan tetap berlaku sampai dengan dicabut, diganti atau diperbaharui.
Namun demikian, dalam Pasal 60 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 secara tegas dinyatakan tidak berlaku lagi peraturan
perundang-undangan, yakni : a. Staatblad tahun 1929 nomor 357 tanggal 14 September 1929
tentang aturan-aturan mengenai badan-badan kredit desa dalam propinsi-propinsi di Jawa dan Madura diluar wilayah kita praja.
b. Undang-Undang nomor 12 tahun 1962, tentang Bank Pembangunan Swasta.
c. Undang-Undang nomor 14 tahun 1967, tentang pokok-pokok perbankan.
Dari sekian banyak peraturan yang dibentuk di dalam Undang- Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, terdapat sepuluh pasal yang
mengatur tentang tindak pidana di bidang perbankan yakni pada Bab VIII, perihal ketentuan pidana dan sanksi administratif.
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Dari sepuluh pasal yang mengatur tindak pidana perbankan pada Bab VIII, hanya Pasal 49 saja yang mengatur tentang ketentuan pidana dan
sanksi administratif terhadap tindak pidana penggelapan dengan menggunakan jabatan di bidang perbankan, dan pengaturan itu adalah
sebagai berikut : Pasal 49 ayat 1 :
Anggota dewan komisaris, direksi, atau pegawai yang dengan sengaja : a. Membuat atau menyebabkan adanya pencatatan palsu dalam
pembukuan atau dalam proses laporan, maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank.
b. Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan,
maupun dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau rekening suatu bank.
c. Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau laporan, maupun
dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi, atau rekening suatu bank, atau dengan sengaja mengubah, mengaburkan,
menghilangkan, menyembunyikan atau merusak catatan pembukuan tersebut, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 lima
tahun dan paling lama 15 lima belas tahun, serta denda sekurang- kurangnya Rp.10.000.000.000,-sepuluh milyar rupiah dan paling
banyak Rp.200.000.000.000,-dua ratus milyar rupiah. Pasal 49 ayat 2
Ilmi Akbar Lubis : Analisis Kasus Tindak Pidana Penggelapan Dengan Menggunakan Jabatan Dalam Menggandakan Rekening Bank Studi Kasus : No.1945 Pid.B 2005 PN-MDN, 2008.
USU Repository © 2009
a. Meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui untuk menerima suatu imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang,
atau barang berharga untuk keuntungan pribadinya atau untuk keuntungan keluarganya, dalam rangka mendapatkan atau berusaha
mendapatkan bagi orang lain dalam memperoleh uang muka, bank garansi, atau fasilitas kredit dari bank, atau dalam rangka pembelian
atau pendiskontoan oleh bank atas surat-surat wessel, promess, cek, dan kertas dagang atau bukti kewajiban lainnya, ataupun dalam rangka
memberikan persetujuan untuk melaksanakan penarikan dana yang melebihi batas kreditnya pada bank;
b. Tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-undang
ini, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara paling lama 6 enam tahun, dan
denda paling banyak Rp.6.000.000.000,-enam milyar rupiah.
2. Undang-Undang nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia