Hennida Simatupang : Analisa Penggunaan Zat Pemanis Buatan Pada Sirup Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keamanan pangan merupakan persyaratan utama yang harus dimiliki oleh setiap produksi yang beredar di pasaran. Oleh karena itu untuk menjamin keamanan pangan olahan,
maka dibutuhkan kerjasama antara pemerintah dan produsen industri makanan. Dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992, pasal 10 disebutkan bahwa
peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan diselenggarakan melalui 15 macam kegiatan, diantaranya adalah pengamanan makanan dan minuman. Upaya pengamanan makanan dan
minuman akan lebih ditingkatkan untuk mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Semua itu merupakan upaya untuk
melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan semakin penting
sejalan dengan kemajuan teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga
yang relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu Cahyadi, 2008.
Namun demikian, perlu kita sadari bahwa seringkali makanan hasil buatan industri rumah tangga mengandung bahan tambahan makanan yang berbahaya, salah satunya adalah
pemanis buatan yang dilarang ataupun pemanis buatan yang diizinkan, tetapi dalam jumlah yang berlebihan Yuliarti, 2007.
Hennida Simatupang : Analisa Penggunaan Zat Pemanis Buatan Pada Sirup Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009, 2009.
Pemakaian pemanis buatan banyak dipakai pedagang kecil dan industri rumahan karena dapat menghemat biaya produksi. Harga pemanis buatan jauh lebih murah
dibandingkan dengan gula asli. Indriasari 2009 mengutip bahwa hasil kajian yang dilakukan Badan POM di beberapa sekolah dasar SD di Malang, Jawa Timur, menemukan ada
konsumsi pada level yang tidak aman pada penggunaan bahan pemanis buatan sakarin dan siklamat. Badan POM hanya melakukan kajian terhadap siklamat dan sakarin karena pemanis
buatan ini digunakan tanpa batas oleh pedagang jajanan anak sekolah. Sakarin dan siklamat harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan pemanis lainnya, seperti aspartam,
acesulfam, alitam, dan neotam. Pada bulan November 2005 Badan Pengawas Obat dan Makanan menguji jajanan
anak-anak pada 195 Sekolah Dasar di 18 propinsi, diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar dan Padang sebayak 861 contoh. Dari hasil analisis sampel
tersebut diperoleh jumlah sampel es sirupes cendol dengan kadar siklamat yang melebihi batas maksimal sebanyak 51 sampel dan kadar sakarin yang melebihi batas maksimal
sebanyak 15 buah. Jumlah sampel minuman ringansiruplimun dengan kadar siklamat yang melebihi batas maksimum sebanyak 24 buah. Jumlah sampel makanan ringan dengan kadar
siklamat yang melebihi batas maksimum sebanyak 2 buah. Jumlah sampel saussambal dengan kadar siklamat yang melebihi batas maksimum sebanyak 10 buah dan dengan kadar sakarin
yang melebihi batas maksimum sebanyak13 buah. Jumlah sampel jeliagar dengan kadar siklamat yang melebihi batas maksimum sebanyak 3 buah dan satu buah sampel mie dengan
kadar sakarin yang melebihi batas maksimal, serta sampel lainnya dengan kadar siklamat yang melebihi batas maksimal sebanyak 3 buah dan satu buah sampel dengan kadar sakarin yang
melebihi batas maksimal Yuliarti, 2007.
Hennida Simatupang : Analisa Penggunaan Zat Pemanis Buatan Pada Sirup Yang Dijual Di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2009, 2009.
Dalam kehidupan sehari-hari, pemanis buatan sakarin dan siklamat maupun campuran keduanya sering ditambahkan ke dalam berbagai jenis jajanan anak-anak yang banyak di
jajakan pedagang keliling seperti snack, cendol, limun, makanan tradisional dan sirup. Belum lagi kalau dibentuk sebagai minuman dingin yang dibekukan, seperti es krim atau serbuk es
yang dituangi sirup. Namun meskipun diizinkan, zat pemanis sintetis sakarin dan siklamat merupakan jenis zat pemanis yang khusus ditujukan bagi penderita diabetes ataupun
konsumen dengan diet rendah kalori. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa sakarin dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada tikus. Sepertinya halnya sakarin, penggunaan
siklamat dapat pula berbahaya mengingat hasil metabolismenya, yaitu sikloheksamina bersifat karsinogenik, sehingga sekresi lewat urine dapat merangsang pertumbuhan tumor pada
kandung kemih tikus Yuliarti, 2007. Penggunaan bahan tambahan pangan BTP dalam proses produksi pangan perlu
diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpangan dalam penggunaannya
akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Kita memerlukan pangan yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan
yang lebih aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi dan lebih mampu bersaing dalam pasar global.
1.2 Perumusan Masalah