Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Utama
Utama.
Komisi Farmasi dan Terapi adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi
Rumah Sakit IFRS. Pembentukan suatu Komisi Farmasi dan Terapi yang efektif akan memberikan kemudahan dalam pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian
staf medik pada obat yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi yang tepat bagi pengobatan penderita tertentu. Panitia ini difungsikan rumah sakit untuk
mencapai terapi obat yang rasional. Komisi Farmasi Dan Terapi ini meningkatkan penggunaan obat secara rasional
melalui pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat, pengadaan, penggunaan, dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita dan staf
profesional. Ketua Komisi Farmasi Dan Terapi dipilih dari dokter yang diusulkan oleh komite
medik dan disetujui pimpinan rumah sakit. Ketua adalah seorang anggota staf medik yang memahami benar dan pendukung kemajuan IFRS, dan ia adalah dokter yang mempunyai
pengetahuan mendalam di bidang farmakologi klinik. Sekretaris panitia adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang ditunjuk oleh kepala IFRS. Susunan anggota Komisi
Farmasi Dan Terapi harus mencakup dari tiap SMF yang ada di rumah sakit.
2.3 Formularium Rumah Sakit
Rumah sakit kelas A dan B diharuskan memiliki formularium. Hal ini diyatakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.085Men- KesPerI1989
tentang kewajiban menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.
Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
Formularium rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga merupakan informasi obat
yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari obat-obatan yang tercantum Daftar Obat Essensial Nasional DOEN dan beberapa jenis obat yang sangat diperlukan
oleh rumah sakit serta dapat ditinjau kembali sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta keperluan rumah sakit yang bersangkutan SK Dirjen
YanMed No. 0428YanMedRSKSSK89 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes No. 085MenKesPerI1989.
Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas Komisi Farmasi Dan Terapi. Adanya formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf medis
fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya menata manajemen kefarmasian di
rumah sakit.
2.4 Instalasi Farmasi Rumah Sakit IFRS
IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kompeten secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan
paripurna, mencakup perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan kesehatan sediaan farmasi; dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal
dan rawat jalan; pengendalian mutu; dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis Siregar Amalia,
2004.
Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
2.4.1 Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelayanan farmasi minimal dan pelayanan farmasi klinis.
I. Pelayanan Farmasi Minimal
Dalam pelaksanaannya, pelayanan farmasi minimal dibagi atas:
a. Produksi
Instalasi farmasi rumah sakit memproduksi produk steril dan non steril serta pengemasan kembali. Produk steril yang dibuat terdiri dari Total Parenteral Nutrisi TPN,
injeksi dan pencampuran obat suntik, sedangkan produk non steril terdiri dari pembuatan pulvis, pulveres, pengenceran alkohol, formalin, H
2
O
2
dan pengemasan kembali. Produksi Instalasi Farmasi perlu diadakan karena obat-obat yang dikehendaki dalam
bentuk tertentu atau obat-obat dengan formulasi dan konsentrasi yang khusus, misalnya: pembuatan pulvis dan pulveres untuk anak-anak.
b. Perbekalan
Merupakan unit pelaksana instalasi farmasi rumah sakit yang meliputi pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan proses kegiatan dalam
pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi. Pengadaan bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan dan anggaran serta menghindari
kekosongan obat. Pedoman perencanaan berdasarkan:
- Daftar Obat Esensial Nasional DOEN atau formularium, standar terapi rumah sakit
dan ketentuan setempat yang berlaku. -
Data catatan medik
Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
- Anggaran yang tersedia
- Penetapan prioritas
- Siklus penyakit
- Sisa stok
- Data pemakaian periode lalu
- Perencanaan pengembangan
Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Pembelian perbekalan farmasi berpedoman pada:
- Surat pesanan yang ditanda tangani oleh apoteker
- Barang harus berasal dari sumber dan jalur distribusi yang resmi.
- Perjanjian pembayaran.
- Kualitas barang.
Penyimpanan perbekalan farmasi merupakan kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan, dengan tujuan untuk:
- Menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan dengan sifat obat,
misalnya dalam hal suhu, kelembaban. -
Memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad. -
Memudahkan pengawasan persediaanstok dan barang kadaluarsa, yaitu disusun berdasarkan FIFO First In First Out.
- Menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.
c. Distribusi