Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
asam empedu dipekatkan. Asam empedu kemudian disekresikan ke duodenum melalui common bile duct dan bergabung dengan saluran pankreas membentuk ampula vater.
Terbuka dan tertutupnya pintu ampula vater untuk mengalirkan asam empedu ke duoenum diatur oleh otot sfingter Oddi Kumar, 2005.
Pada kolestasis yang terjadi akibat adanya gangguan sel hati dalam memproduksi asam empedu terjadi dilatasi pada sel parenkim yang mengandung komponen asam
empedu. Sedangkan pada kolestasis yang disebabkan oleh adanya obstruksi saluran empedu menuju duodenum, pada saluran terjadi edema akibat retensi komponen
pembentuk asam empedu. Asam empedu didalam tubuh digunakan untuk membantu pencernaan makanan
terutama lemak. Walaupun asam empedu tidak mengandung enzim pencernaan, namun mengandung garam empedu yang merupakan fosfolipid berfungsi sebagai pengemulsi.
Garam empedu membentuk emulsi dengan lemak sehingga lemak dapat dengan mudah diabsorbsi tubuh. Pada penderita kolestasis kronik akan terjadi penurunan absorbsi vitamin
yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K Corwin, 2008.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Penderita kolestasis umumnya mengalami jaundice, yang ditandai dengan beberapa organ tubuh berwarna kuning seperti pada mata. Hal ini disebabkan kolestasis
akan menghambat sekresi asam empedu ke duodenum menyebabkan bilirubin yang ada dalam asam empedu meningkat di dalam darah dan akhirnya mewarnai beberapa organ
tubuh. Pada beberapa pasien juga mengalami gatal-gatal pada kulit diduga akibat tingginya
garam empedu di dalam serum Heathcote, 2006.
2.2.4 Diagnosis
Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
a. Anamnesis
Anamnesis pasien berupa mata berwarna kuning, kuku pucat, dan terlihat adanya guratan pada kulit.
b. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan bentuk dan fungsi hati bisa saja normal, namun terjadi peningkatan enzim-enzim hati, terutama alkaline fosfat yang dapat meningkat hingga
3-10 kali dari kadar normal. Peningkatan SGOT dan SGPT tidak terlalu besar, sedangkan kadar bilirubin dalam darah terlihat jauh di atas normal. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan foto abdomen untuk mengetahui penyebab kolestasis, mengingat kolestasis hanya berupa gejala dari suatu penyakit tertentu Heathcote,
2006.
2.2.5 Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan mengurangi atau menghilangkan sumber penyebab penyakit. Kolestasis yang disebabkan oleh obstruksi saluran empedu karena
pembentukan batu empedu pengobatannya dapat dilakukan dengan cholecystectomy untuk menghilangkan batu empedu, atau juga dapat diberikan obat-obat yang bisa
melarutkan batu empedu seperti asam ursodeoksikolat Heathcote, 2006. Selain itu, pengobatan juga dilakukan untuk mengurangi manifestasi klinik yang
timbul akibat kolestasis seperti gatal-gatal pada kulit. Gejala ini dapat dikontrol dengan pemberian resin penukar anion seperti kolestiramin, yang dapat mengikat asam empedu
dan dikeluarkan melalui feses sehingga kadar asam empedu dalam tubuh menurun Heathcote, 2006. Sedangkan untuk mengatasi infeksi yang timbul akibat statis carian
Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
empedu dapat diatasi dengan pemberian antibiotik, namun harus disertai pemeriksaan penunjang yang menyatakan adanya infeksi di dalam tubuh Pridady, 1996.
2.3 Pangastritis