Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan pengendalian infeksi
dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril Hidayat, 2003.
2.5.2 Sterilisasi
Istilah sterilisasi berarti penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya atau penghilangan secara lengkpa mikroba dari sediaan. Lima metode yang
digunakan untuk mensterilkan peralatan dan produk farmasi adalah: a. Sterilisasi uap lembab panas menggunakan alat autoklaf
b. Sterilisasi panas kering dengan oven c. Sterilisasi gas
d. Sterilisasi dengan penyaringan e. Sterilisasi dengan radiasi pengionan
Metode yang digunakan untuk mendapatkan sterilitas ditentukan oleh sifat dari zat yang akan disterilkan. Pada prinsipnya, sterilisasi autoklaf menggunakan panas dan
tekanan dari uap air. Temperatur sterilasi biasanya 121
o
C selama 15 menit, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi pound per square inci atau 1 atm. Bila ada
kelembaban uap air, bakteri terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah daripada bila tidak ada kelembaban. Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk
sterilisasi alat-alat gelas dan alat-alat bedah. Sterilisasi biasanya ditetapkan pada temperatur 160-170
C dengan waktu tidak kurang dari 2 jam. Sterilisasi gas biasanya menggunakan gas etilen oksida. Umumnya sterilisasi dengan gas etilen oksida
memerlukan waktu pemaparan 4-16 jam. Diduga, kerja gas etilen oksida sebagai pensteril
Fauziah Annisa : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Rumah Sakit Di RSUP H. Adam Malik Medan, 2009.
adalah dengan mengganggu metabolisme sel bakteri. Sterilisasi gas digunakan untuk bahan-bahan yang tidak tahan terhadap panas dan uap Ansel, 1989.
2.5.3 Infeksi Nosokomial
Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang didapat atau timbul pada waktu pasien dirawat di Rumah Sakit. Bagi pasien yang dirawat di Rumah Sakit ini merupakan
persoalan serius yang dapat menjadi penyebab langsung atau tidak langsung terhadap kematian pasien. Beberapa kejadian Infeksi Nosokomial mungkin tidak menyebabkan
kematian pasien akan tetapi ia menjadi penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. Kasus infeksi nosokomial di seluruh dunia rata-rata 9 dari 1,4 juta pasien
rawat inap di seluruh dunia. Di Indonesia, data akurat tentang angka kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit belum ada
http:www.pdpersi.co.id Penyebab Infeksi Nosokomial adalah kuman yang berada dilingkungan Rumah
Sakit atau kuman yang sudah dibawa oleh pasien sendiri, yaitu kuman Endogen. Dari batasan ini dapat disimpulkaan bahwa kejadian Infeksi Nosokomial adalah Infeksi yang
secara potensial dapat dicegah atau sebaliknya dapat juga merupakan infeksi yang tidak dapat dicegah
http:www.pdpersi.co.id .
2.5.4 Resistensi Mikroba