Prinsip-Prinsip dan Tujuan Distribusi

51 Pemahaman ini bermuara pada pengakuan bahwa sang pemilik hakiki dan absolut hanyalah Allah SWT, Tuhan semesta alam, dalam QS. Ali Imran 3 : 189 ☺ ⌧ “ Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu “. Artinya, manusia hanya diberi hak kepemilikan terbatas, yaitu sebagai pihak yang diberi wewenang untuk memanfaatkan, dan inti dari kewenangan tersebut adalah tugas taklif untuk menjadi seorang khalifah agen pembangunan pengelola yang beribadah di muka bumi ini. Masalah distribusi kekayaan yang sulit dan rumit sekaligus penting itu telah mendapat perhatian khusus. Banyak pakar ekonomi filsafat dan politik telah beberapa kali membahas masalah itu, dalam berbagai kesempatan dan mencoba untuk menyelesaikannya, meskipun mereka telah mencoba usaha yang terbaik tetapi akhirnya mereka tetap gagal menemukan penyelesaian yang tepat. 7 Sekelompok pemikir berpandangan bahwa seseorang seharusnya memiliki kebebasan sepenuhnya supaya bisa menghasilkan sejumlah kekayaan yang maksimal dengan menggunakan kemampuan yang dia miliki, juga mengingatkan agar tidak membatasi hak individu atas hartanya dengan memberikan pembagian harta. 8 7 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.199 8 Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam . Jakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1995, h.92 52 Sementara pemikir lain berpendapat bahwa kebebasan secara individual tetap akan berbahaya bagi kemaslahatan masyarakat. Oleh karena itu, hak individu atas harta yang dimilikinya sebaiknya dihapuskan dan semua wewenang dipercayakan kepada masyarakat supaya dapat mempertahankan persamaan ekonomi didalam masyarakat. 9 Di kalangan mereka sering terjadi perbedaan pendapat sehingga tidak satu pun jawaban yang mampu memecahkan persolan tersebut. Akibatnya masalah tersebut tetap tinggal sebagai suatu tantangan bagi para pemikir sampai saat ini. Bertolak dari kedua pendapat berdirilah ekonomi Islam yang mengambil jalan tengah, yaitu membantu dalam menegakkan suatu sistem yang adil dan merata. Sebagaimana Al – Qur’an telah menjelaskan prinsip Islam dalam QS. Al-Hasyr 59 : 7 ☺ ☺ “ Apa saja harta rampasan fai-i yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul …. Supaya harta itu jangan hanya beredar dikalangan orang-orang kaya saja diantaramu ” . Ayat ini Mengungkapkan prinsip pengaturan distribusi kekayaan dalam sistem kehidupan Islam, kekayaan harus di bagi kepada semua 9 Ibid., h.93 53 golongan masyarakat dan seharusnya tidak menjadi komoditi diantara golongan kaya saja. Al-Qur’an telah menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat secara obyektif. Al – Qur’an juga melarang adanya bunga dalam bentuk apapun, disamping itu memperkenalkan hukum waris yang memberikan batasan kekuasaan bagi pemilik harta untuk suatu maksud dan membagi semua kekayaannya di antara kerabat dekat apabila meninggal. 10 Tujuan dari hukum-hukum ini adalah untuk mencegah pemusatan kekayaan kepada golongan-golongan tertentu. Selanjutnya langkah-langkah positif yang diambil untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yaitu dengan melalui kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan pemberian bantuan kepada orang-orang miskin dan yang menderita akibat pajak negara. 11 Di samping itu, Tujuan keadilan sosio-ekonomi dan pemerataan pendapatan dan kesejateraan sudah jelas dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari filsafat moral dalam Islam dan didasarkan pada komitmennya pada persaudaraan manusia. 12 Langkah-langkah ini dan langkah-langkah lain yang sama telah ditetapkan oleh Al – Qur’an untuk mencegah monopoli dan mendukung distribusi kekayaan dalam masyarakat dan pada saat yang sama memberikan 10 Ibid., h.93 11 Ibid., h.94 12 M. Umer Chapra, Al-Qur’an Menuju Sistem Moneter Yang Adil, Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, h. 5 54 hak pemilikan, memberikan suatu dorongan kuat kepada setiap individu memanfaatkan warisan dengan sebaik-baiknya. 13 Di sisi lain, Konsep adil memang bukan monopoli milik ekonomi syariah. Kapitalisme dan Sosialisme juga memiliki konsep adil. Bila kapitalisme mendefinisikan adil sebagai ‘anda dapat apa yang anda upayakan ’ you get what you deserved, dan sosialisme mendefinisikannya sebagai ‘sama rata sama rasa’ no one has a privilege to get more than others , maka Islam mendefinisikan adil sebagai ‘tidak menzalimi tidak pula dizalimi’ La Tazhlimuuna walaa Tuzhlamuun. 14 Artinya, dalam konsep kapitalisme, adil apabila setiap individu mendapatkan apa yang menjadi haknya. Dalam konsep sosialisme, keadilan akan terwujud apabila masyarakatnya dapat menikmati barang dan jasa dengan ‘sama rata sama rasa. Sedangkan dalam Islam, keadilan diartikan dengan suka sama suka ‘Antaraadin Minkum dan satu pihak tidak menzalimi pihak lain La Tazhlimuuna walaa Tuzhlamuun. Jadi, semua sistem ekonomi mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan sistem perekonomian yang adil. Namun tidak semuanya sistem tersebut mampu dan secara konsisten menciptakan sistem yang adil. Sistem yang baik adalah sistem yang dengan tegas dan secara konsisten menjalankan prinsip-prinsip keadilan yang berlandaskan Al – Qur’an dan As – Sunnah. Untuk mencapai keadilan ekonomi yang ideal dalam masyarakat Islam memberikan sebuah gagasan yang sangat baik bagi setiap individu sehingga 13 Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam. h.94 14 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007.h.36 55 mereka tidak jatuh ke dalam tingkatan yang rendah yaitu‘binatang ekonomi’ economic animal yang hidupnya hanya untuk makan, dimana perut merupakan tujuan dari setiap kegiatan ekonomi. 15 Padahal seharusnya bahwa bukan semata-mata makanan untuk hidup tetapi hidup itu sendiri untuk mencapai tujuan yang lebih mulia, yakni sebagai ibadah. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa prinsip utama dalam sistem ini adalah peningkatan dan pembagian hasil kekayaaan agar distribusi kekayaan dapat ditingkatkan, yang mengarah pada pembagian kekayaan yang merata di berbagai kalangan masyarakat yang berbeda dan tidak hanya berfokus pada beberapa golongan tertentu.

C. Mekanisme Distribusi

Sebelum memasuki dataran sub pembahasan, penulis ingin terlebih dahulu membuat ilustrasi gambar mekanisme distribusi, yang nantinya penulis akan jelaskan per-pointernya, guna mempermudah pembaca budiman dalam memahami skripsi ini. 15 Afzalurrahman, Dokrin Ekonomi Islam. h.96 56 1. Bekerja sama 2. Pengembangan kegiatan investasi 3. Larangan menimbun 4. Membuat kebijakan harta dan menggalakkan kegiatan syariah 5. Larangan kegiatan monopoli dan berbagai penipuan 6. Larangan judi, riba, korupsi, pemberian kepada penguasa 7. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang milik umum ekonomi Mekanisme Distribusi