Mekanisme Ekonomi Konsep distribusi menurut Muhammad Baqir As-Shadr

58 Dalam mewujudkan distribusi kekayaan yang adil, maka mekanisme yang ditempuh dalam sistem ekonomi Islam dengan cara sebagai berikut : a. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab hak milik asbabu al-tamalluk dalam hak milik pribadi al-milkiyyah al- fardiyyah . Menurut an-Nabhani, 18 Islam telah menetapkan sebab-sebab utama bagi seseorang dapat memiliki harta yang berkaitan dengan hak milik pribadi al-milkiyyah al-fardiyyah yakni 1 bekerja 2 warisan 3 kebutuhan akan harta untuk menyambung hidup 4 harta pemberian negara yang diberikan kepada rakyat dan 5 harta-harta yang diperoleh oleh seseorang dengan tanpa mengeluarkan harta atau tenaga apa pun. Membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi seluruh anggota masyarakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan melalui mekanisme distribusi. Salah satu upaya yang biasa dilakukan manusia untuk memperoleh harta kekayaan adalah dengan bekerja. Maka dari itu menurut Islam dengan ‘bekerja’ adalah sebab pokok yang mendasar untuk memungkinkan manusia dapat memiliki harta kekayaan. 19 Agar berbagai pekerjaan tersebut bisa dijalankan dengan baik, maka negara berkewajiban menyediakan lapangan pekerjaan serta membuat berbagai peraturan yang dapat memudahkan pekerjaan tersebut. 18 Taqiyudin An-Nabhani, “Membangun sistem ekonomi alternative perspektif Islam”, Surabaya : Risalah Gusti, 1996. 19 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.208 59 b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan hak milik tanmiyatul al-milkiyah melalui kegiatan investasi. Pengembangan hak milik adalah mekanisme yang digunakan seseorang untuk mendapatkan tambahan hak milik tersebut. Karena Islam mengatur serta menjelaskan suatu mekanisme untuk mengembangkan hak milik. Maka pengembangan hak milik itu harus terikat dengan hukum- hukum tertentu yang telah dibuat oleh syara’ dan tidak boleh melanggar ketentuan-ketentuan syara’ tersebut. 20 Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa Islam menghalalkan kaum muslimin bergerak dalam bidang pertanian, perdagangan, dan perindustrian dengan catatan-catatan tertentu. Dalam masalah pertanian, prinsip hukum Islam adalah pada hukum-hukum yang berhubungan dengan pertanahan. Kita ambil contoh, Seseorang yang menghidupkan tanah yang mati, bahkan baru membukanya saja, berhak memiliki tanah tersebut. Namun, jika ia terlantarkan tanah itu lebih dari tiga tahun, maka lahan tersebut diambil alih oleh negara dan diberikan kepada siapa saja yang siap mengolahnya. Oleh karena itu, hak milik dapat dikembangkan terikatnya hukum- hukum yang telah ditetapkan syara’, yaitu hukum-hukum seputar pertanahan, hukum-hukum jual beli, perseroan serta hukum-hukum yang terkait dengan ijaaratul ajiir upah dan produksi. Karenanya 20 Ibid., h.209 60 pengembangan hak milik dalam bidang pertanian, perdagangan, maupun industri bisa dilakukan secara pribadi maupun secara bersama dalam suatu aturan. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam hadist qudsy : أ ه ﻰ ﺮ ﺮ ة لﺎ : ﺎ ل ر ﻮ ل ﷲا ﻰ ﷲا و ﺎ ل ﷲا ﺎ ﻰ : أ ﺎ ﺎ ا ﺮ ﻜ ﺎ أ ﺪ ه ﺎ ﺎ . ﺈذ ا نﺎ ﺮ ﺟ ﻬ ﺎ آﺎ ا و دواد ﻮ أ اور “ Hadist ini diterima dari Abi Hurairah, R.a, ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : “ Sesungguhnya Allah menyatakan : Aku adalah pihak ketiga yang Maha Melindungi bagi dua orang yang melakukan syirkah, selama salah seorang diantara mereka tidak berkhianat kepada temannya syariknya. Apabila di antara mereka ada yang berkhianat, maka Aku akan keluar dari mereka tidak melindungi. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan telah menshahkannya oleh Al- Hakim. 21 c. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya. Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta. Al-Badri menjelaskan bahwa Islam mengharamkan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya, dan mewajibkan pembelanjaan terhadap harta tersebut, agar ia beredar ditengah masyarakat sehingga dapat diambil manfaatnya. Penggunaan harta benda dapat dilakukan dengan mengerjakan sendiri ataupun bekerjasama dengan orang lain dalam suatu pekerjaan yang tidak diharamkan. 22 21 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitabul Buyu’ bab Fis Syarikah , Beirut : Daarul Fikr, 1994. Jilid II. h.127 22 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.212 61 Ada banyak hal larangan dalam Al-Qur’an diantaranya, yaitu melarang usaha penimbunan harta, baik emas maupun perak, karena keduanya merupakan standar mata uang. Dalam QS. At-Taubah 9 : 34 Allah Swt berfirman : ⌧ “ Dan orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berilah mereka kabar gembira dengan siksaan yang pedih” d. Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakkan berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan. Islam mengajurkan agar harta benda beredar di seluruh anggota masyarakat, dan tidak beredar dikalangan tertentu, sementara kelompok lainnya tidak mendapat kesempatan. Caranya adalah dengan menggalakkan kegiatan investasi dan pembangunan infrastruktur. 23 Untuk merealisasikan hal ini, maka negara akan menjadi fasilitator antara orang-orang kaya yang tidak mempunyai waktu dan berkesempatan untuk mengerjakan dan mengembangkan, hartanya dengan para pengelola yang profesional yang modalnya kecil atau tidak ada. Mereka dipertemukan dalam kegiatan perseroan syirkah. Selain itu, negara dapat juga memberikan pinjaman modal kepada orang-orang yang memerlukan modal usaha. Dan pinjaman yang diberikan 23 Ibid., h.213 62 tidak dikenakan bunga ribawi. Bahkan kepada orang-orang tertentu dapat juga diberikan modal usaha secara Cuma-Cuma sebagai hadiah agar ia tidak terbebani oleh pengembalian pinjaman tersebut. 24 Cara lain yang dilakukan oleh negara untuk mendorong pusat-pusat pertumbuhan ekonomi adalah dengan membuat dan menyediakan berbagai fasilitas seperti jalan raya, pelabuhan, pasar, dan lain sebagainya. Juga membuat kebijakan yang memudahkan setiap seseorang membuat dan mengembangkan berbagai macam jenis usaha produktif. e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar. Islam melarang terjadinya monopoli terhadap produk-produk yang merupakan jenis hak milik pribadi private property. Sebab dengan adanya monopoli, maka seseorang dapat menentukan harga jual produk tidak sesuai dengan pasarannya, sehingga dapat merugikan kebanyakan orang di muka umum. 25 Islam mengharamkan penetapan harga secara mutlak Negara tidak diperbolehkan turut terlibat dalam menetapkan harga jual suatu produk yang ada dipasar, sebab hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan harga pasar. 26 Sebuah hadist dari Anas r.a yang mengatakan : 24 Ibid., h.213 25 Ibid., h.214 26 Ibid., h.214 63 أ ﺎ ﻚ لﺎ : ﻏ ا ﺮ ا ﺪ ﺔ ﻰ ﻬ ﺪ ر ﻮ ل ﷲا ﷲا ﻰ و لﺎ ا سﺎ : رﺎ ﻮ ل ﷲا , ﻏ ا ﺮ , ﺮ ﺎ لﺎ ر ﻮ ل ﷲا ﻰ ﷲا و إ ن ﷲا ه ﻮ ا ﺮ , ا ﺎ , ا ﺎ , ﺮ ا زا ق , وإ ﻷ ر ﺟ ﻮ أ ا ن أ ﷲا لﺎ و ا ﺪ ﻜ ﻈ ﺔ د م و لﺎ ﺎ ا ا ﺔ ا اور ء نﺎ ا و “ Artinya : Hadist ini diterima dari Anas Bin Malik, ia berkata : Harga pada masa Rasulullah Saw di Madinah, mengalami kenaikan sangat tajam membumbung. Lalu mereka melaporkan : “ Wahai Rasulullah, kalau seandainya harga ini engkau tetapkan niscaya tidak membumbung seperti ini. Beliau SAW. Menjawab : ‘Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Menciptakan, yang Maha Menggenggam, yang Maha Melapangkan, yang Maha Memberi Rizki, lagi Maha Menentukan Harga. Aku ingin menghadap ke hadirat Allah, sementara tidak ada satu orang pun yang menuntutku karena suatu kezaliman yang aku lakukan kepadanya, dalam masalah harta dan darah. Diriwayatkan imam yang lima kecuali Nasa’i dan telah menshahkannya Ibnu Hibban. “ 27 Masalah lain yang dilarang oleh Islam diantaranya adalah adanya upaya memotong jalur pemasaran yang dilakukan oleh pedagang perantara, sehingga para produsen terpaksa menjual produknya dengan harga sangat murah, padahal harga yang berlaku di pasar tidak serendah yang mereka peroleh dari pedagang perantara. Thawus dari Ibnu Abbas. r.a meriwayatkan bahwa ia berkata : وﺎ س ا سﺎ ر ﷲا ﻬ ﺎ لﺎ : لﺎ ر ﻮ ل ﷲا ﻰ ﷲا و , ﻮ ﺮ ا ا آ نﺎ , و ﺎ ﺮ دﺎ , 27 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitabul ‘Ijarah bab Tas’ir, Beirut : Daarul Fikr, 1994, Jilid II, h.142 64 “ Artinya : hadist ini diterima dari Thawus dari Ibnu Abbas. Ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : Jangan kamu Rukban pergi berjumpa kafilah sebelum sampainya dikota dan sebelum mereka dapat tahu harga pasar kafilah-kafilah janganlah orang kota jualkan buat orang desa.” Thawus bertanya kepada Ibnu Abbas : Apa arti sabdanya : “ dan janganlah orang kota jualkan buat orang desa ?” Ia jawab : artinya janganlah orang kota jadi perantara bagi orang desa. Di riwayatkan oleh Bukhari-Muslim, tetapi lafadz itu bagi Bukhari. 28 f. Larangan kegiatan judi, riba, korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada penguasa Judi dan riba merupakan penyebab utama uang hanya akan bertemu dengan uang bukan dengan barang dan jasa, dan beredar antara orang kaya saja. Karena Islam melarang serta mengharamkan aktivitas tersebut. 29 dalam QS. Al – Maidah 5 : 90 Allah SWT berfirman : ☺ ☺ ☺ ☺ “ Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya meminum khamr, judi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbautan keji termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” Berkaitan dengan riba maka Allah SWT berfirman dalam QS. Al – Baqarah 2 : 278 28 Bukhari, Shahih Bukhari, Kitabul Buyu’ bab Hal yabii’u haadirun libaadin bigairi ajrin ? wahal yu’inuhu au yansohuhu, Riyadh : Daarus Salam, 1997, Cet.I, h.425 29 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.216 65 “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba yang belum dipungut jika kamu orang-orang yang beriman.” Sementara korupsi, pemberian suap dan hadiah kepada penguasa mengakibatkan harta hanya beredar di antara orang-orang yang sudah berkecukupan. Hal ini merupakan penyebab rusaknya sistem distribusi kekayaan. Berkaitan dengan suap-menyuap Rasulullah SAW bersabda : ﺪ ﷲا ﺮ و ا صﺎ لﺎ : ر ﻮ ل ﷲا ﷲا و ﺮ ا ا و ﻰ ا ﺮ ﻰ . و يﺬ ﺮ او دواد ﻮ أ اور “ Artinya : hadist ini diterima dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, ia berkata : Rasulullah Saw telah melaknati penyuap, penerima suap dan yang menjadi perantara terjadinya suap-menyuap.” Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dan telah menshahkannya. 30 g. Pemanfaatan secara optimal dengan harga murah atau cuma-cuma hasil dari barang-barang SDA milik umum al-milkiyah al-amah yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahteraan rakyat. Dengan disiplinnya pengelolaan dan pemanfaatan harta-harta yang menjadi milik umum, maka hasilnya dapat didistribusikan kepada seluruh masyarakat secara Cuma-Cuma atau dengan harga yang murah. Dana yang sebelumnya dibelanjakan untuk mendapatkan barang-barang yang menjadi 30 Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kitabul Aqdiyyah bab Karohiyatur Riswah, Beirut : Daarul Fikr, 1994, Jilid II, h.166 66 milik umum seperti air atau listrik dan lain-lain, bisa digunakan untuk keperluan lain bagi peningkatan kualitas hidupnya. 31 Apabila semua kegiatan di mulai dari sebab-sebab hak milik, maka pemanfaatan hak milik dan sejumlah larangan menyangkut beberapa kegiatan ekonomi yang dalam sistem ekonomi kapitalis dianggap wajar dilaksanakan, Insya Allah akan tercipta distribusi kekayaan di antara manusia sebaik-baiknya. 32 Artinya, distribusi akan berlangsung normal, dan rakyat akan merasakan kesejahteraan.

2. Mekanisme Non ekonomi

Cara ini bertujuan agar ditengah masyarakat segera terwujud keseimbangan al-tawazun dan kesetaraan ekonomi, yang akan ditempuh dengan beberapa cara. Pendistribusian harta dengan mekanisme non ekonomi tersebut antara lain : a. Pemberian negara kepada rakyat yang membutuhkan Negara memberikan harta kepada orang-orang yang memerlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ketika memberikan harta fa’i Bani Nadhir hanya kepada orang-orang Muhajirin saja, tidak kepada orang Anshar kecuali hanya dua orang saja. 33 Abu Dujanah Samak bin Khurasah dan Sahal bin Hunaif, yang kebetulan dua orang itu memang miskin sebagaimana umumnya orang 31 M. Sholahuddin, Asas-asas Ekonomi Islam, h.216 32 Ibid., h.217 33 Ibid., h.219 67 Muhajirin. Mengapa Rasulullah hanya memberikan harta fa’i itu kepada orang Muhajirin? 34 Sebagaimana dalam QS. Al-Hasyr 59 : 7, agar “ Harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu “. Ayat ini merupakan ‘illah al-Amru al-Ba’itsu’ ‘ala al-Hukmi – perkara yang menjadi landasan munculnya hukum , bagi tindakan penyeimbangan ekonomi yang dilakukan oleh negara manakala terjadi ketimpangan ekonomi di tengah masyarakat dengan cara memberikan apa yang menjadi milik negara kepada orang-orang tertentu yang memerlukan. Pemberian harta negara tersebut dengan maksud agar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rakyat atau agar rakyat dapat memanfaatkan pemilikan mereka secara merata. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diberikan secara langsung ataupun tidak langsung dengan jalan memberikan berbagai sarana dan fasilitas sehingga pribadi dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. 35 Islam mengakui adanya kepemilikan Individu dan setiap orang bebas mengoptimalkan kreativitasnya serta memberi otoritas kepada pemiliknya sesuai dengan batasan yang ditetapkan Allah. Namun kebebasan yang diberikan itu terkadang disalahgunakan oleh sebagian orang misalnya dalam bentuk : pengambilan riba, perilaku monopoli, dan aktivitas yang sejenisnya. 36 34 Ibid., h.219 35 Ibid., h.219 36 Muhammad, Ekonomi Mikro dalam perspektif Islam, Yogyakarta : BPFE, 2004, h. 320