Asumsi Dasar Sadr Konsep distribusi menurut Muhammad Baqir As-Shadr
134
Sadr tidak menerima pemikiran orang ekonomi agar supaya cocok dengan sistem ekonomi Islam. Sebagai penggantinya, kita mempunyai orang
Islam, seorang individu yang melihat dirinya sebagai bagian dari ummah, yang termotivasi oleh kepercayaan anggapan dan praktek religius. Tidak seperti
para ekonom konvensional, Ekonom Muslim percaya akan dunia ghaib atau spiritual, karenanya membuat dia lebih sedikit untuk dihubungkan kedunia
materi. Hasil ini dalam arti yang berbeda dari sebuah rasionalitas dan perilaku rasional. Tidak seperti dengan para ekonom konvensional, motivasi adalah
kepuasan pribadi yang utama, para ekonom Muslim juga diarahkan oleh ‘pengawasan dari dalam’. Konsep dari vicegerency dan keadilan meminta
tugas, tanggung jawab dan pertanggung-jawaban, yang menyiratkan batasan tertentu terhadap satu kebebasan individual. Bagi Sadr, tidak ada pernyataan
dari perasaan yang digumamkan oleh pembatasan-pembatasan ini karena suatu kebebasan, dan karenanya perilaku rasional harus dilihat dalam konteks
kerangka sosial orang-orang Muslim, desakan dari individu untuk bertindak seperti para ekonom rasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu yang tidak
masuk akal. Sebagai contoh, kelebihan bunga riba dalam pinjaman uang tidak dapat diterima orang Islam, tetapi dengan orang ekonom biasanya, itu
akan menjadi cara paling mudah untuk mendapatkan pendapatan.
152
Sadr juga tidak mempercayai pemikiran dari ‘keselarasan bunga’ , yang mendasari penekanan sistem kapitalis terhadap ‘kebebasan individual’.
Dia tidak menerima pandangan bahwa kesejahteraan masyarakat akan
152
M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.113
135
meninggi jika para individu sibuk memenuhi keinginan individual mereka, dan cukup melihat hal seperti ini sebagai awal pembentukan permasalahan
ekonomi sosial. Daripada tergantung pada keadaan Negara untuk menyediakan penyesuaian antara kepentingan pribadi dan kesejahteraan
masyarakat, Sadr memberikan agama peranan yang penting. Ada peran untuk pasar dan ada sebuah tempat untuk Negara tetapi jauh lebih penting lagi, ada
pengaruh penolakan dan panduan agama dalam sistem ekonomi Sadr.
153
Implikasi yang lebih penting dari pandangan Islam terhadap kebebasan adalah konsekuensinya untuk hak Kepemilikan. Sadr mengkritik yang
membandingkan dan merendahkan sistem ekonomi Islam, baik kapitalisme atau sosialisme atau suatu percampuran sistem, tanpa berusaha untuk
memahami pandangan dunia Islam serta bagaimana nilainya menentukan pandangan sendiri yang unik mengenai kepemilikan. Dia mengajarkan bahwa
Islam itu secara bersamaan menetapkan bentuk ynag berbeda dari kepemilikan, misalnya. Pribadi, publik dan pemerintah, masing-masing
bekerja dalam batasan-batasanya sendiri, sebagai bentuk dari kepemilikan dia menegaskan, adalah satu ekspresi dari satu perencanaan agama yang murni.
yang terletak didalam satu kerangka nilai dan makna yang khusus.
154
Apa yang coba dikatakan oleh Sadr bahwasanya dalam mendiskusikan ekonomi Islam, kita harus membebaskan diri-diri kita dari kerangka pemikiran
dan pengaruh orang-orang barat, dan yang menjadi dasar dari opini kita adalah sesuai dengan pandangan kita. Ini tentu saja tidak akan ditentang oleh para
153
Ibid., h.113-114
154
Ibid., h.114
136
cendikiawan Muslim dan sejak Sadr mempertahankan dari awal bahwa dia hanyalah mengamalkan pertanyaan ‘apa’, dia memulai untuk membangun
sistem ekonomi Islam dalam kerangka tersebut. Sebagaimana yang telah dikerjakan Mannan dan Siddiq, untuk mendiskusikan ‘pengetahuan tentang
Ekonomi’ sesuai dengan definisi Sadr dan dalam pelaksanaannya, mereka menerima analisis neo-klasikal. Ini juga yang Naqvi dan yang lainnya, seperti
Sadr telah kupas. Mereka merasa bahkan dalam pengetahuan tentang ekonomi, kita harus membangun kerangka analisis kita sendiri. Sadr, tentu saja tidak
memposisikan dirinya dalam garis ini karena dia menghindari semua isu ilmu pengetahuan. Baginya, pandangan dunia Islam dan kerangkanya, bersama-
sama dengan moral dan dimensi spiritualnya, yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan semua sistem lain. Bagaimanapun juga tidak
mendiskusikan pengetahuan tentang ekonomi, meninggalkan kemandegan dalam pandangan Sadr, kemandegan yang harus ditangani oleh ahli ekonomi
Islam.
155