Latar Belakang Pemikiran SELINTAS SEJARAH KEHIDUPAN MUHAMMAD BAQIR ASH-SHADR

38 Masalah pemerintah di Irak mendesaknya untuk menetapkan Hizb ad- Da’wah al-Islamiyyah Partai Suara Islam, sebuah partai yang membawa para pemimpin agama secara bersama-sama dengan kaum muda, bertujuan menghadapi gelombang dari sosialisme Ba’ath memegang kendali politik pada tahun 1958. 58 Falsafatunanya Filsafat kita dan selanjutnya Iqtishaduna, menuai kritik komparatif dari keduanya mengenai kapitalisme dan sosialisme, dan pada saat yang bersamaan, pandangan dunia Islam serentak menggambarkan dengan garis sistem ekonomi Islam. 59 Pada 1365-1945, keluarga ini pindah ke Najaf. Di Najaf inilah Shadr menghabiskan sisa hayatnya. Nilai penting Najaf sudah mapan sejak 1920-an, ketika kota dan ulamanya tampil sebagai sentral perlawanan terhadap invasi Inggris. 60 Najaf agak tenang setelah kekalahan relatif terhadap Raja Faisal pada 1924 M, ketika para faqih besar mengambil jalan ke pengasingan. Namun kebanyakan kembali beberapa tahun kemudian untuk melanjutkan studi dan mengajar, menjauh dari huru-hara politik. 61 Pada 1950-an, panorama Najaf mengalami perubahan Radikal. Sikap diam mujtahid, akibat tidak mampu berkonfrontasi dengan baghdad, 58 Ibid., h.110 59 Ibid. h.,110 60 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.254 Banyak literatur tentang pemberontakan 1920 dan peran kepemimpinan ulama. Lihat R. Al- Khattab. Al-‘Iraq bayna 1921 wa 1927 Irak antara 1920 dan 1927, Najaf. 1976. dan A. Al- Fayyad, Ats-Tsawrah Al-‘Iraqiyyah Al-Kubra Pemberontakan Besar Irak, Baghdad, 1963. 61 Ibid., h.254 39 menerima tantangan serius pada tahun-tahun sebelum revolusi 1958 dari pihak yang tak disangka-sangka, yaitu kaum komunis. 62 Shadr menyadari dirinya berada ditengah konfrontasi intelektual sengit antara Najaf tradisional dan kaum komunis. Dan pandangan dunianya terbentuk dengan latar belakang intelektual ini : seruan sosialis-komunis yang dominan di seluruh Timur Tengah, yang mewarnai tulisan-tulisannya dengan ‘persoalan sosial’, dan pendidikan tradisional ulama, termasuk struktur hierarkinya yang relatif ketat. 63 Dimensi yang lebih tradisional dan ketat diri karya-karya Shadr, terlihat pada beberapa publikasi disepanjang hayatnya. Yang paling mencolok adalah adalah buku-buku ushul al-fiqh-nya. Ada dua contoh yang bisa dipertimbangkan 64 : Yang pertama adalah dari tahun-tahun pertama di Najaf, di mana Shadr menulis Muqaddimah untuk sejarah dan ciri pokok disiplin ini, Al- Ma’alim Al-Jadidah fi Al-Ushul. Buku ini yang banyak dipakai sebagai pengajaran Mukadimah di Najaf, dan terbit pada 1385-1965, masih merupakan salah satu buku menarik di bidang ini. Shadr sendiri menulis karya-karya Ushul yang lebih pelik. Pada 1397- 1977, yang pertama dari seri empat jilid mengenai ‘ilm al-ushul, yang dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa ke derajat lebih tinggi, yaitu bahts al-kharij riset tingkat sarjana, terbit di Beirut dan Kairo. 62 Ibid., h.254 63 Ibid., h.255 64 Ibid. h.,255 40 Menurut Shadr, karya-karya ini dipersiapkan untuk meringankan tugas siswa, yang ‘terhambat masalah bahasa’ 65 dari empat karya pokok yang dipakai selama lebih setengah abad di Najaf 66 , Al’Ma’alim Al-Jadidah dan Durus menunjukan sisi didaktis minat Shadr pada Ushul al-Fiqh. Keduanya dimaksudkan hendak mencari pendekatan langsung terhadap persyaratan yang diperlukan sebelum bahts al-kharij yang terlalu sulit, dan untuk orang awam yang berminat pada gambaran ikhtishar disiplin ini. Shadr juga menulis karya ushul yang lebih tinggi. Kebanyakannya berbentuk catatan dari muridnya. Kazim Al-Husaini Al-Ha’iri menyusun jilid pertama Mabahits Al-Ushul pada 1407-1987. 67 Mahmud Al-Hasyimi, juga murid kesayangan Shadr, menyusun seksi kuliah Ta’arud Al-Adilla Asy- Syar’iyyah-nya Shadr dalam sebuah buku yang terbit pada 1977. 68 Beliau sangat menaruh perhatian terhadap hak-hak dunia Muslim, dari mulai Maroko sampai Indonesia. Beliau merupakan salah seorang pembela bentuk pemerintahan Islam yang paling gigih. Pemerintahan Partai Ba’ath Irak sangat gusar terhadap laporan ini. Oleh karenanya, mereka memenjarakan 65 Shadr , Daght fi Al- ‘Ibara’, Durus I, h.9 66 Empat buku Syiah tersebut adalah Ma’alim Asy-Syahid Ats-Tsani w.9661559, Qawaninnya Qummi w.12311816, Kifayah-nya Al-Khurasani w.13281910, dan Rasail-nya Anshari w.13291911 67 Shadr, Mabahist Al-Ushul. Menurut Ha’iri, buku ini hanyalah kompilasi Jilid pertama Bagian 2 dalam seri kuliah Shadr 68 Ibid., h.256 Mahmud Hasyimi, Ta’arud Al-Adilla Asy-Syar’iyyah Taqriran li-Abhats As-Sayyid Muhammad Baqir As-Shadr Kontradiksi Bukti Hukum, Laporan Riset Muhammad Baqir As-Shadr, Beirut, EdisiII, 1980. Mukaddimah oleh Shadr, 1994 1974. 41 beliau di Najaf pada pertengahan tahun 1979 dan memindahkannya ke penjara Baghdad pada 3 April 1980. 69

D. Posisi Muhammad Baqir As-Shadr diantara para Pemikir Ekonomi

Islam Lain Pemikiran ekonomi Islam bisa dikatakan seusia dengan Islam itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari berbagai praktik dan kebijakan ekonomi pada masa Rasulullah SAW dan al – Khulafa al – Rasyidin merupakan contoh empiris yang dapat dijadikan pijakan bagi para pemikir, praktisi dan cendikiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Konsep ekonomi pada waktu itu berdasarkan pada hukum Islam yang bersumber dari Al – Qur’an dan Sunnah Nabi. Kendatipun belum tersusun secara teoritis, praktik ekonomi pada masa-masa awal Islam memfokuskan perhatiannya pada pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan. Sebagian besar pembahasan isu-isu tersebut terkubur dalam berbagai khazanah hukum Islam yang tentu saja tidak memberikan perhatian khusus terhadap analisis ekonomi. 70 Ilmu ekonomi Islam berkembang secara bertahap sebagai suatu bidang ilmu interdisiplin yang menjadi bahan kajian para fuqaha, Mufassir, Filosof, Sosiolog, dan Politikus. Dalam masa-masa perkembangan ekonomi yang sangat panjang itu lahirlah ekonom-ekonom Muslim terkemuka, sebut, 69 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001, h. 151 70 M. Nejatullah Siddiqi, Recent Works on History of Economic Thought in Islam : A Survey, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali Ed. Readings in Islamic Economic Thought Selangor Darul Ehsan : Longman Malaysia, 1992, h.33 42 misalnya, Abu Yusuf 182798 , Al – Syaibani 189804, Abu Ubaid 224838, Yahya bin Umar 289902, Al – Mawardi 4501058, Ibnu Hazm 4561064, dan lainnya. Para ekonom muslim ini diikuti oleh tokoh intelektual terkenal lainnya. Seperti, Al-Ghazali 451-5051055-1111, Ibnu Taimiyah 661-7281263-1328, Al – Syatibi 790 H, Ibnu Khaldun 732- 8081332-1404, dan Al – Maqrizi 845 H. Jejak sejarah pemikiran mereka berlanjut pada masa Shah Wali Allah 1114-11761703-1762, Muhammad Ibn ‘Abd al-Wahhab 12061787, Muhammad Abduh 12301905, Muhammad Iqbal 13561932 dan masih banyak pemikir ekonomi islam lainnya, 71 telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kelangsungan dan perkembangan peradaban dunia, khususnya pemikiran ekonomi, melalui sebuah proses evolusi yang terjadi selama berabad-abad. Masa berikutnya adalah masa dimana lahir banyak tokoh pemikir kontemporer yang mengkhususkan diri dalam menekuni bidang ekonomi Islam yang lebih sistematis dan dengan mengikuti perkembangan ilmu ekonomi modern, diantaranya adalah Khursyid Ahmad, Nejatullah Siddiqi, Umer Chapra, Afzalurrahman, M.A Mannan, Monzer Kahf dan lain-lain. Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun, ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islam itu, mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini, pemikiran ekonom- ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga 71 Azyumardi Azra, “Pengantar”, dalam Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatrus, 2005, h. xii