Keutamaan Sistem Ekonomi Islam Sadr

137 Sadr memandang Sistem Ekonomi Islam mempunyai perbedaan bentuk dari kepemilikan bersama. Sadr menjelaskan bentuk kepemilikan ini dibawah pemimpin-pemimpin berikut ini : 1 Kepemilikan pribadi 2 Kepemilikan umum i Kepemilikan pribadi ii Kepemilikan pemerintah Bagi Sadr, kepemilikan pribadi dibatasi untuk memetik hasil hak, prioritas penggunaan dan hak untuk menghentikan yang lain dari penggunaan kepemilikan orang. tidak ada beberapa hal seperti kepemilikan aktual kepada seorang individu. dalam hal ini pandangan Sadr serupa dengan Teleghani, yang berbeda antara kepemilikan adalah Allah sendiri dan milik yang mungkin menjadi diizinkan kepada individu. 157 Perbedaan antara kepemilikan masyarakat dan pemerintah yang paling mendasar adalah didalam penggunaan beberapa property. Sementara ‘Properti Umum’ harus digunakan untuk kemaslahatan masyarakat rumah sakit, sekolah, dan sebagainya, property pemerintah tidak hanya dapat digunakan untuk kemaslahatan bersama, tetapi juga untuk masyarakat bagian tertentu, jika negaranya terpecah. Walaupun Katouzian 1983 menemui itu sulit untuk membuat pengertian operasional dari perbedaan ini benar-benar mencegah dari monopoli total dari keputusan pemerintah. Selain itu, meskipun kepemilikan Negara 157 Ibid., h. 115 138 adalah norma dalam pembagian Sadr mengenai sumber alam, kepemilikan pribadi dapat dicapai dengan cara bekerja atau karyawan, dan kaitannya, akan hilang jika pekerjaannya berhenti. 158 Menarik untuk dicatat bahwasanya Naqvi dan Teleghani meskipun pandangan mereka tidak tegas atau tetap menekankan kepemilikan bersama kolektif dan kepemilikan masyarakat berturut-turut, Sadr meletakan hampir seluruh kepercayaan terhadap kepemilikan pemerintah Negara, karenanya Nampak menempatkan otoritas lebih besar ditangan pemerintah wali amr. 159 b. Membuat keputusan, Alokasi Sumber Daya dan Kesejahteraan Umum: Peran dari sebuah Negara Sangat jelas fakta bahwasanya kepemilikan pemerintah mendominasi sistem ekonomi Sadr, mendemonstrasikan peran yang sangat penting dari sebuah Negara. Negara, direpresentasikan oleh wali- amr mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memastikan keadilan itu berlaku. ini yang dicapai berbagai fungsi: c. Distribusi dari sumber alam kepada individu berdasarkan pada kesediaan dan kapasitas mereka untuk bekerja. d. Pelaksanaan yang tepat sesuai dengan undang-undang yang sah didalam penggunaan sumber-sumber daya. e. Memastikan keadilan sosial. 158 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.115 159 Ibid., h. 115 139 Ketiga fungsi pemerintah tersebut sangat penting karena konflik yang dapat muncul sehubungan dengan perbedaan alami didalam kapasitas individual intelektual dan fisik. Sehubungan dengan perbedaan ini, pendapatan akan berbeda dengan terciptanya kelas ekonomi. Karena itu, pemerintah harus menyediakan keadilan satu standar hidup untuk semua daripada persamaan pendapatan. Dalam hal ini, pemerintah juga dipercayakan untuk tugas didalam menyediakan jaminan sosial untuk semua. Menurut Sadr, dapat dicapai dengan menggalakkan persaudaraan lewat pendidikan diantara para anggota masyarakat dan melalui kebijakan pembelanjaan publik. Dengan investasi pada sektor publik secara spesifik dapat membantu orang miskin. dan dengan cara mengatur kegiatan ekonomi untuk memastikan kewajaran dan praktek yang berlaku, bebas dari eksploitasi. 160 Perlunya untuk memastikan keadilan sosial dan jaminan keamanan untuk semua didasarkan pada prinsip bahwasanya semua sumber alam dan hasilnya harus dinikmati oleh semua orang. Pemerintah, tetap mempercayakan dengan kepemilikan, adalah batasan tugas untuk meyakinkan ini dengan membantu siapa saja yang tidak membantu diri mereka sendiri. 161 Terakhir, pemerintah atau lebih tepat wali amr, dipercaya untuk menciptakan kedinamisan dalam menafsirkan teks sesuai dengan zaman sekarang ini. Dalam konteks ini adalah tugas para mujtahidun dan secara tidak langsung Sadr memandang mujtahidun sebagai pemerintah. Maksudnya tiap 160 Ibid., h.115-116 161 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.116 140 pemerintah memiliki ahli hukum atau pemerintah mempunyai beberapa bentuk dewan penasehat yang senior. 162 f. Larangan Riba dan Pengamalan zakat Cukup aneh, Sadr tidak mendiskusikan riba seperti yang orang harapkan. Selain daripada itu, penafsirannya mengenai Riba dibatasi hanya pada diskusi tentang bunga dan modal uang . Dalam hal ini, Taleghani dan Naqvi menyediakan diskusi yang komprehensif mengenai isu ini. 163 Mengenai pelaksanaan zakat, Sadr melihatnya sebagai tugas dari pemerintah. Bersamaan dengan zakat, Sadr juga mendiskusikan khums, fay dan anfal, demikian pula pajak lain yang dapat dikumpulkan dan dibelanjakan untuk tujuan pengentasan kemiskinan serta untuk menciptakan keadilan sosial. 164 Bagaimanapun, poin yang menarik dimana Sadr sendiri memfokuskan pada kemiskinan yang relatif. Walaupun kita dapat menyetujui bahwa kemiskinan relatif adalah satu konsep yang penting terutama dalam sasaran keadilan sosial Sadr, argumentasinya dimana menentukan tingkat kemiskinan absolut – atau sebagai dia tetapkan, ‘ditetapkan’ tingkat kemiskinan, tidak akan perlu mendorong keadilan standar hidup antara orang miskin serta kaya adalah lemah. Para Cendikiawan Muslim setuju bahwasanya harus ada satu standar hidup dasar tertentu yang dapat mempertimbangkan standar minimum bahwa setiap manusia adalah dijamin. pengaturan standar ini tidak menghentikan kita dari proses untuk mengurangi kekosongan didalam standar 162 Ibid., h.116 163 Ibid., h.116 164 Ibid., h.116 141 hidup seperti yang diusulkan Sadr. inti dari Sadr oleh karenanya tidak dapat diterima, akan menjadi situasi yang aneh dimana suatu Negara yang sangat miskin tidak mampu menyediakan keperluan-keperluan yang paling mendasar bagi orang-orang, tidak akan dipertimbangkan sebagai akibat kemiskinan yang melanda, sebagai alasan sederhana bahwa semua orang mempunyai standar hidup yang sama. 165

4. Distribusi

a. Kepemilikan pemerintah adalah jenis dari kepemilikan yang paling sering, walaupun memetik hasil hak adalah dapat dicapai dari pemerintah. b. Kepemilikan pribadi diizinkan hanya dalam jumlah situasi yang terbatas 166 : i. Tanah tanaman dimana orang menerima Islam dengan sukarela Islam rja in dari peningkatan atau lewat da’wah ii. Jika menetapkan dalam perjanjian hanya untuk tanah tanaman iii. Mineral yang tersembunyi yang memerlukan usaha, dan hanya untuk sejumlah mineral yang tergali serta area yang tepat dari pertimbangan iv. Kekayaan lain, misalnya. melalui satu pekerjaan atau tenaga ke seperti menangkap burung, memotong kayu bakar, dan sebagainya. c. Kepemilikan pribadi dibatasi untuk memetik hasil hak, prioritas menggunakan dan hak untuk mencegah yang la menggunakan property dalam satu kepemilikan. 165 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.116-117 166 Ibid., h. 117-120 142 d. Untu tu yang sangat terbatas, dan kare k mineral dan air, individu diizinkan untuk menggunakan apa yang mereka butuh. Dua permasalahan mungkin muncul mengenai pandangan Sadr tentang kepemilikan dan hubungannya untuk hak distributif. Pertama, permasalahan keterkaitan. Sejalan dengan Taleghani, Klasifikasi Sadr menjadi dasar dimasa lalu, ketika Islam meluas; orang-orang akan mengatakan ini adalah pandangan yang ketinggalan zaman. Bagaimana pun terhadap inspeksi, masalah ini relevan mungkin sejak pertama kali nampak. Mari kita ambil Malaysia sebagai satu contoh untuk menggambarkan klasifikasi Sadr. Semenjak orang-orang Muslim di Malaysia masuk Islam dengan sukarela, Malaysia akan muncul dibawah kategori daratan dari perjanjian, Semua daratan ditanami oleh manusia pada waktu itu akan diakui milik pribadi lain halnya hutan dan daratan mati barang sisa atau tak serasi akan menjadi property pemerintah, dengan memetik hasil hak dapat dicapai. lagi pula, penafsiran Sadr tentang kepemilikan pribadi adalah sa nanya tidak sangat berbeda dari memetik hasil hak. Oleh karena itu, Klasifikasi Sadr tidak sekuno seperti yang Nampak. 167 Kedua, mungkin masalah yang lebih penting sehubungan dengan ukuran perizinan dari hak untuk daratan. Sadr mengusulkan batasan terhadap ukuran property. untuk hal ini, kita harus meneruskan teori distribusi pra- produksinya. Dari struktur bagian atas bangunan bagian atas atau ajaran hukum, Sadr melanjutkan lagi untuk menemukan pemikiran atau teorinya. 167 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Economic Thought : A Selected Comparative Analiysis, Kuala Lumpur, 1995, h.120