Releva Konsep distribusi menurut Muhammad Baqir As-Shadr
119
norma dan etika agama yang dianutnya. Sistem yang dimaksud adalah sistem ekonomi Islam.
123
Krisis yang bangsa kita hadapi saat ini secara bertubi-tubi dan melingkar-lingkar sangat berkaitan dengan ketidakmampuan kita untuk
merespons dampak-dampak kapitalisme global yang berfungsi sebagai kendaraan bagi imperialisme baru yang lebih sophisticated.
124
Harus diakui bahwa pembahasan ekonomi dalam karya ini berlatar kondisi masa lalu. Namun demikian, karena pembahasan ekonomi dalam
karya ini menyentuh dasar-dasar filsafat ekonomi dan sosial yang melibatkan relasi-relasi yang bersifat eksistensial dan generik, maka rekomendasi yang
diberikan Sadr dengan mudah dapat diadaptasikan guna menyikapi secara cerdas realitas dan tantangan kondisi ekonomi hegemonik masa kini.
125
Pada hakikatnya, kondisi ekonomi masa kini hanya mengalami perubahan-perubahan instrumental dari dasar-dasar ekonomi masa lalu.
Kapitalisme dan materialisme hanya berganti baju dan rupa, tetapi tidak watak dasarnya. Maka, fatwa ekonomi Ayatullah Baqir Ash Shadr tetap relevan.
126
Kenyataan yang memperihatinkan dalam kehidupan rakyat banyak di Negeri kita ini selama tahun-tahun terakhir sungguh banyak dan susul
menyusul datangnya. Namun, yang sangat luas dampaknya adalah keterpurukan bidang ekonomi yang dialami sebagian besar rakyat. Memang
123
Miftakhus Surur, “Indonesia dan Ekonomi Syariah”, Gontor, No. 11 Th.VI Maret 2009 : h.58
124
Ir. Sayuti Asyathri “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, Jakarta : Penerbit Zahra, 2008, h.23
125
Ibid. h.24
126
Ibid. h.24.
120
disadari bahwa salah satu masalah kunci dalam kehidupan umat manusia adalah masalah ekonomi.
127
Prof. Dr. Mubyarto di acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei 2005 di Jakarta telah menguraikan bahwa secara ekonomi,
Indonesia kembali terjajah oleh Kapitalisme Global yang lebih sadis dan lebih kejam ketimbang kolonialisme Belanda.
Lebih dari itu, John Perkins dalam bukunya, Confessions of an Economic Hit Man, telah mengakui bahwa dirinya disewa oleh kekuatan
Kapitalisme Global untuk merusak dan membuat ekonomi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menjadi terjajah dan sangat bergantung
pada tuan besarnya, yaitu Kapitalisme Global.
128
Konsep Baqir Ash- Shadr sangat kontekstual dengan kondisi dan permasalahan yang berkembang di Indonesia dan negara berkembang lain
yang umumnya berpenduduk mayoritas Muslim. Di bawah pengaruh konspirasi dan pengondisian kekuatan-kekuatan besar, isu-isu kemiskinan,
kebodohan, dan kebobrokan adalah tiga isu besar yang mendorong keterpurukan bangsa-bangsa ini, terutama akibat penerapan sistem ekonomi
yang tidak berkeadilan.
129
Sebagai solusi atas fenomena dan kondisi tersebut, Muhammad Baqir Ash-Shadr mengingatkan kita dan mengulas secara jelas Iqtishaduna :
Our Economics, yang melalui suatu pendekatan interdisipliner menjadi suatu
127
Prof. KH. Ali Yafie “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash-Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, Jakarta : Penerbit Zahra, 2008, h.27
128
Ibid., h.27
129
Aries Muftie, SH. SE. MH “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash- Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, Jakarta : Penerbit Zahra, 2008, h.19
121
kajian ekonomi Islam, sehingga memberikan benang merah bagi kita bagaimana mewujudkan maqashid berdasarkan prinsip-prinsip yurisprudensi
Islam ushul fiqh. Dengan demikian, aktivitas dan sistem ekonomi yang kita gunakan akan kita kembalikan kepada tujuannya untuk kesejahteraan seluruh
manusia.
130
Implikasinya dapat dilihat dari munculnya fakta disparitas kesenjangan antara yang kuat dan yang lemah pada berbagai sektor
kehidupan, dan munculnya tiga isu : kemiskinan, kebodohan, dan kebobrokan, akibat implementasi sistem ekonomi yang tidak menganggap penting faktor
iman, jiwa, akal dan keturunan. Eksploitasi alam, penjajahan ekonomi, peperangan bisnis, dan segala aktivitas ekonomi lainnya menjadi suatu alat
penumpukan kekayaan dan pemenuhan kepentingan golongan, tanpa mempertimbangkan dampaknya pada publik atau umat, serta pelestarian alam
untuk para keturunan kita.
131
Sistem ekonomi yang selama ini dikenal dan diimplementasikan di dunia dalam perjalanan sejarahnya semakin lepas dari perspektif moral dan
pranata sosial-budaya. Perkembangannya menjadi segmentatif dan mikro, sehingga hanya bisa menjelaskan secara parsial fenomena-fenomena
kemasyarakatan yang ada.
132
Selama ini sistem Perbankan Syariah hanya merupakan duplikasi sistem perbankan konvensional yang menganut sistem
130
Ibid., h.19
131
Ibid., h.20
132
Ibid., h.19-21
122
Ribawi yang mengandung unsur gharar, tidak adil, dan mengancam nilai-nilai Islam yang mulia.
133
Misalnya, sistem bagi hasil yang di praktikkan Bank Syariah sekarang ini, masih mengandung unsur Ribawi. Jika seorang calon nasabah akan
membuka account di bank syariah dan bertanya berapa bagi hasil yang akan di terima, maka dengan tanpa ragu-ragu si petugas Bank Syariah menunjukan
prakiraan besarannya dengan mengacu daftar bagi hasil beberapa bulan yang lalu dalam brosur di Bank Syariah bersangkutan.
Kenapa sistem bagi hasil di prediksi besarannya ? bukankah bagi hasil adalah sistem bagi untung atau rugi berdasarkan akad kejujuran yang tidak
bisa di prediksi seperti bunga bank ? kalau bagi hasil di prediksi, berarti ada semacam “janji” yang artinya tidak beda dengan sistem bunga.
Selain itu,
134
selama ini perbankan syariah lebih banyak “main” pada suku bunga di Bank Indonesia BI yang sangat kental dengan praktik Ribawi.
Berapa persen dana perbankan syariah yang di salurkan melalui pembiayaan sektor riil ? contoh lain, apakah sistem murabahah yang di praktikkan juga
sudah benar-benar pure berjalan sesuai dengan muamalah Islam ? bagaimana dengan sistem pembiayaan perbankan syariah pada sektor riil ?
Meski sekarang diakui sistem ekonomi kapitalis liberalis sedang mengalami kebangkrutan menyusul krisis ekonomi global, namun masih
memerlukan waktu cukup lama antara 10-20 tahun bagi sistem ekonomi Islam
133
Zaim Saidi, “Prakteknya Masih Mengandung Ribawi,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3
April 2009, h. 9.
134
Ibid., h. 9.
123
syariah untuk menggantikannya. Pasalnya,
135
harus memerlukan kepercayaaan dari Dunia Barat yang masih berpedoman pada kapitalis dan
liberalis, di mana perlu di yakinkan sesungguhnya sistem ekonomi Islam jauh lebih baik dan lebih menjanjikan keuntungan finansial bagi mereka.
Dunia Islam harus memberi penyadaran dan pencerahan pada Dunia Barat untuk menggunakan sistem Ekonomi Syariah yang non Ribawi, untuk
menggerakkan ekonomi mereka yang masih berdasarkan pada bunga riba. Pasalnya selama ini sistem ekonomi Barat memiliki kepentingan dan resiko,
sedangkan semua pelaku ekonomi tidak ingin beresiko dalam menjalankan usahanya. Mereka hanya menginginkan keuntungan tanpa bersedia
menanggung resikonya. Sedangkan dalam sistem ekonomi syariah, antara resiko dan keuntungan akan ditanggung secara bersama mudharabah.
136
Mari kita cermati peta zakat di era Indonesia Mazhab Neo Liberal sekarang ini. Di mana, seperti di beberkan Amien Rais
137
dalam bukunya Agenda Mendesak Bangsa Selamat-kan Indonesia, kekayaan alam Indonesia
mayoritas sudah di kuasai asing. Ironisnya, itu semua seizin rezim-rezim penguasa Indonesia, melalui amandemen UUD 45 yang melahirkan regulasi
semacam UU penanaman modal, UU Sumber Daya Air, UU Kelistrikan, UU Badan Hukum Pendidikan, dan UU Minerba. Policy inilah yang menciptakan
kemiskinan struktural.
135
Aviliani, “Perlu Waktu Lama Ekonomi Islam Menggantikan Ekonomi Kapitalis,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h.9
136
Ibid., h.9
137
M. Amien Rais, Agenda Mendesak Bangsa Selamatkan Indonesia, Yogyakarta : PPSK Press, 2008. h.255-263
124
Dana Zakat dapat dilihat dalam tabel berikut :
138
Penerimaan ZIS konter BAZNAS tahun 2002 -2007 ribuan Rp.
Penerimaanthn 2001 – 2002
2003 2004
2005 2006
2007 Zakat
444,035 1,311,834
2,229,070 2,536,110 4,825,502
8,307,941 Infak Sedekah
275,973 483,372
579,920 28,589,846
13,023,956 6,029,927
Infak Operasional 70,035
552,542 293,890
180,845 627,203
254,149 Infak Pemerintah
131,005 352,325
119,836 100,000
1,550,000 -
Jumlah
921,048 2,700,073 3,222,716
31,406,801 20,026,661
14,592,017
Grafik Penerimaan ZIS konter BAZNAS
139
Dari grafik tersebut terlihat bahwa ada kenaikan dana zakat yang terhimpun, meskipun ada penurunan dana infak shadaqah sehingga total penerimaan ZIS
138
Tim BAZNAS, Data kuantitatif Baznas, di akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http:www.baznas.or.idlaporan
139
Tim BAZNAS, Grafik Penerimaan ZIS konter Baznas, di akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http:www.baznas.or.idlaporan
125
menurun. Penerimaan dana infak shadaqah tahun 2005 melonjak tinggi
meningkat tajam merupakan penerimaan terbesar karena adanya bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam pada akhir Desember 2004 telah meningkatkan
kepedulian masyarakat Indonesia untuk berbagi. Terlihat dari penerimaan dana infak tahun 2005 yang melonjak cukup tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Tahun 2006, gempa bumi yang melanda Yogyakarta dan sekitarnya juga telah mendorong masyarakat untuk berinfak.
Sesuai dengan fungsi koordinatifnya, BAZNAS juga mencatat penerimaan ZIS dari jaringannya yang terdiri dari Unit Pelayanan Zakat UPZ, Badan Amil
Zakat Daerah dan lembaga amil zakat. Meskipun baru sebagian yang dapat dikoordinasikan, namun alhamdulillah dari data ini dapat digambarkan
pertumbuhan penerimaan dana ZIS di Indonesia.
Penghimpunan ZIS BAZNAS dan Jaringan BAZNAS tahun 2002-2007
140
Penerimaan ZIS Ribuan Rp. NO
NAMA LEMBAGA 2002
2003 2004
2005 2006
2007 I
BAZNAS konter
921.048 2.700.073 3.322.092 31.406.810 20.026.660 14.592.016
II UPZ
BAZNAS -
- -
- 8.289.356 12.308.613
III BAZDA
Prov 11.589.000 14.177.504 18.412.132 30.301.714 114.406.553 102.629.312
IV LAZ 55.680.209 68.405.946 128.354.888 233.986.019
230.613.161 219.412.453
TOTAL 68.391.097
85.283.523 150.089.112 295.592.403 373.173.447 361.333.307
sebagian data
140
Tim BAZNAS, Penghimpunan ZIS BAZNAS dan Jaringan BAZNAS 2002-2007, di akses pada juni 2010 pukul.18:52 dari http:www.baznas.or.idlaporan
126
Menurut Dawam Raharjho,
141
Tingkat perkembangan itu sudah tentu masih jauh dari memuaskan, karena zakat belum berperan besar dalam pemecahan
masalah-masalah sosial ekonomi. Persoalannya adalah pertama, bagaimana bisa menghimpun dana dalam jumlah besar yang terkonsentrasi tetapi juga
terdesentralisasi. Sebab selama ini zakat itu tidak dikumpulkan melainkan langsung di
distribusikan oleh muzakki kepada perorangan, walaupun sebagian juga dikirimkan kepada organisasi-organisasi yang menyebarkan surat permohonan
zakat. Kedua adalah bagaimana dana zakat bisa di distribusikan, sehingga secara efektif ikut memecahkan persoalan sosial ekonomi.
142
Monopoli pemerintah atas pengelolaan zakat, ternyata tak berlaku untuk semua jenis objek zakat. Menurut para fuqaha, harta zakat yang wajib di
kelola pemerintah adalah yang nampak al-amwal azh-zhahirah. Yakni zakat binatang ternak zakat al-mawasyi dan pertanian serta buah-buahan zakat al-
zuru’ wa ats-tsimar.
143
Mengenai pelaksanaan zakat, Sadr
144
memandang hal ini merupakan tugas sebuah negara. Selain itu, beliau juga mendiskusikan khums, pajak, fay’,
dan anfal, yang dapat dikumpulkan dan dibelanjakan untuk mengurangi kemiskinan dan menciptakan keseimbangan sosial.
141
M. Dawam Rahardjo, “Peran zakat dalam mengatasi masalah sosial ekonomi”, Bulletin UIN Syarif Hidayatullah, disampaikan pada workshop “Peran Perguruan Tinggi Islam
dalam Pengelolaan Zakat”, 1 – 2 juni 2003. h.28
142
Ibid., h.28
143
“ Haruskah LAZ Berplat Merah,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h. 12.
144
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga
Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005, h. 257
127
Salah satu poin menarik yang Sadr ciptakan
145
adalah fokus eksklusif kepada kaum miskin. Target Sadr adalah terciptanya keseimbangan sosial
dengan tidak mengarah pada keseimbangan standar hidup antara si miskin dan si kaya. Para sarjana muslim setuju bahwasanya harus ada standar kehidupan
tertentu yang dapat mempertimbangkan standar minimum. Pengaturan mengenai standar ini tidak berarti berhenti untuk mengurangi jarak atau jurang
standar kehidupan. Sebab seseorang mempunyai kesamaan standar hidup. Namun yang terpenting, menurut penulis ini harus diterapkan secara
menyeluruh, tidak secara parsial. Sebab,
146
Islam akan jaya jika di praktekkan pada seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam perekonomian. Jadi kehadiran
Islam bukan hanya di Masjid saja, tetapi juga di bisnis, kantor, kampus dan sebagainya. Dengan demikian, karena umat Islam Indonesia mayoritas, maka
sistem perbankan syariah, haji, zakat, wakaf dan waris perlu di buat peraturannya melalui undang-undang agar lebih memasyarakat.
Hemat penulis, Ini sangat relevan jika di terapkan, sistem ekonomi syariah dapat menjadi solusi bagi kemunduran perekonomian sistem kapitalis
dan liberalis yang sedang menuju pada resesi, dengan adanya krisis ekonomi global sekarang ini.
Dengan adanya fenomena krisis saat ini dan makin terlihatnya berbagai keunggulan ekonomi Islam diatas, mudah-mudahan pemerintah bersedia
menjadikan ekonomi Islam sebagai dasar dalam menentukan kebijakan-
145
Ibid., h.257-258
146
M. Syafi’i Antonio, “Sistem Syariah juga diterima Kalangan Non Muslim,” Suara ISLAM, 20 Maret – 3 April 2009, h. 9.
128
kebijakan ekonomi kedepan. Semoga Allah SWT membukakan pintu berkah dari langit dan bumi Indonesia atas ketaatan tersebut.