Teknik Penarikan Kesimpulan Teknik Penulisan Laporan “Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr”, oleh Danial Edisi Ketiga, h.30

14 Penelusuran terhadap hidup seorang tokoh sejarah memerlukan perhatian lebih, terutama untuk tokoh yang hidup di masa lampau. Karena menulis pemikiran tokoh yang telah tiada ada beberapa problem, terutama banyaknya kemungkinan terhadap sejarah yang ditulis oleh subjek dalam motif yang berbeda-beda dan juga keterbatasan referensi. 18

8. Teknik Penarikan Kesimpulan

Metode induksi-deduksi dilakukan untuk menelaah pemikiran sang tokoh yang daripadanya dapat diambil kesimpulan umum mengenai konsep distribusi untuk kemudian diambil kembali dengan menerapkannya kepada pemikiran-pemikiran lain dari tokoh ini demi melihat sejauhmana ketepatan kesimpulan yang diambil pertama.

9. Teknik Penulisan Laporan

Penulisan dan penyusunan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007.“ 18 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 2000, Cet. V, h. 332. lihat juga. A. Ilham Aufa, “ Hijaz 1800-1925 : Periode Penuh Intrik Politik dan Benturan Pemikiran “ dalam Dialogia, no1vol.IMei 2000, h. 83. GJ Renier, Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1997, h. 33. Sejarah adalah objektif sementara yang menuangkan sejarah dalam konteks bahasa, entah itu lisan maupun tulisan, lebih banyak bersifat subyektif. Penulis menyamakan analisa ini dengan tulisan Komaruddin yang menjelaskan pemaknaan agama pada konteks yang obyektif , sementara pemahaman yang tertuang dalam bahasa yang dikemukakan lebih banyak dikarenakan cermin jiwa dari si empu cerita. Karena merupakan cermin jiwa, ia lebih banyak berkutat pada unsur subyektifitas. Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama : Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta : Paramadina, 1996, h. 3 – 5. 15

E. Tinjauan Review Kajian Terdahulu

Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang mengangkat judul dengan metode yang sama, yakni dua diantaranya adalah :

1. “Pemikiran Ekonomi Muhammad Baqir Ash-Sadr”, oleh Danial

Firman, Mahasiswa Jurusan Mu’amalat – Perbankan Syariah tahun 1427 H 2006 M.

2. “Konsep Ekonomi Islam Baqir Ash-Sadr dan Monzer Kahf : Sebuah Studi Komparatif

“, oleh Djaka Heru Priono, Mahasiswa Jurusan Mu’amalat Perbankan Syariah tahun 1427 H 2006 M. Skripsi-skripsi diatas adalah berhubungan dengan sistem ekonomi yang dibangun atas landasan prinsip-prinsip Islam. Dalam penelitian skripsi kedua tersebut konsep ekonomi Islam Baqir Sadr dan Monzer Kahf secara umum karena itu masih banyak faktor-faktor yang belum terungkap dalam pembahasannya, terutama yang berhubungan dengan tantangan perekonomian di masa mendatang, khususnya di bidang distribusi. 19 Namun yang menjadi objek penelitian pun berbeda, untuk itu apa yang dianalisa jelas berbeda sesuai dengan penelitian dan perkembangan yang akan penulis teliti. Kesalahan menjalankan kebijakan sistem ekonomi termasuk mekanisme distribusi inilah yang menyebabkan munculnya praktik monopoli dan individualis, sekaligus rusaknya pengelolaan hak milik pribadi, umum dan negara. Pada saat itulah akan terjadi kerusakan dalam distribusi kekayaan. 20 19 Heru Priono, Djaka. “ Konsep Ekonomi Islam Baqir As-Shadr dan Monzer Kahf : Sebuah Studi Komparatif. “ Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. h.90 20 Ibid., h.199 16 Karena itu, dalam konteks inilah pengkajian atas fokus permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini menjadi bahasan cukup menarik bagi penulis untuk mengetahui sudut pandang tokoh besar tersebut dalam mencermati konsep distribusi secara lebih mendalam.

F. Kerangka Teori

Dalam pemikiran ekonominya, Sadr 21 memisahkan produksi dan distribusi. Tetapi beliau tetap melihat hubungan antar produksi dan distribusi sebagai pusat di dalam ekonomi. Menurut Sadr, produksi adalah suatu proses dinamis, mengubah dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan distribusi sebagai bagian dari sistem sosial, yaitu total hubungan antar sistem sosial yang memancar dari kebutuhan orang dan bukan dari gaya produksi. Oleh karena itu, Sadr 22 percaya untuk mempertahankan satu sistem sosial tunggal mencakup distribusi bermacam-macam alat atau format produksi. Tetapi beliau menolak pandangan Marxis, bahwa masyarakat terdiri dari potensi yang berlawanan dalam bentuk kelas. Negara akan turut campur dalam perekonomian untuk menjamin arah produksi sosial yang cepat, untuk menjalankan distribusi dengan kesetaraan dan untuk mengambil industri-industri ekstraktif serta produk bahan-bahan 21 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005, h. 258 22 Ibid., h. 258 17 mentah, peranan Negara dalam masalah perekonomian merupakan wilayah bebas bagi aktivitas pemerintah. 23 Imam selaku wali Amr akan mengambil langkah-langkah ekonomi yang diperlukan untuk memenuhi tunjangan sosial dan keseimbangan sosial. Tunjangan sosial terdiri dari solidaritas publik yang beroperasi di dalam batas- batas kebutuhan asasi dan hak kelompok dalam sumber-sumber kekayaan. Keseimbangan sosial menghasilkan tindakan-tindakan Negara dalam hal ini pajak dan menciptakan sektor-sektor publik 24 Kasus mazhab ekonomi sangat berbeda. Tidaklah mungkin baginya untuk mengkaji subjeknya menurut standar ilmiah, karena ia mengkajinya dari titik pandang keadilan yang pada basisnya ia hendak menyusun suatu sistem, dan jelaslah bahwa masalah keadilan jauh berbeda dengan masalah panas atau krisis ekonomi. Keadilan bukanlah suatu fenomena fisik atau sosial. Untuk menemukan keadilan hukum, tidak cukup bagi suatu mazhab ekonomi untuk memperhatikan realitas eksternal atau mengamati fenomena eksternal. 25 Jika diperhatikan, mengapa yang dua ini kapitalis dan sosialis diakui sebagai mazhab ekonomi, sedang Islam tidak. Padahal Islam telah mengungkapkan pendapat-pendapat mengenai semua pertanyaan yang diurusi kapitalisme. Mungkin saja titik pandang keduanya berbeda, namun tidak 23 Ibid., h. 211 24 Ibid., h.211-212 25 Syahid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta : Pustaka Zahra, 2002, Cet. Kedua, h. 157-158. 18 berarti bahwa kapitalisme adalah suatu mazhab, sedang Islam hanya harus dipandang sebagai kumpulan khotbah dan nasehat moral. 26 Sebagai contoh, ambillah masalah keadilan dalam distribusi. Sebagian orang, seperti kaum komunis, mengatakan bahwa dalam distribusi, keadilan hanya dapat dicapai jika kekayaan dan nafkah hidup terjamin bagi semua anggota masyarakat secara merata. 27 Segolongan lain, seperti kaum kapitalis, mengatakan bahwa persamaan hanya diperlukan dalam hal kemerdekaan, bukan dalam nafkah, karena basis keadilan dalam distribusi adalah persamaan dalam kebebasan, sekalipun persamaan ini menyebabkan perbedaan diantara para individu dari titik pandang nafkah hidup. 28 Golongan ketiga mempertahankan bahwa distribusi keadilan terletak dalam jaminan standar kehidupan tertentu bagi semua anggota masyarakat dan memberikan kepada mereka kemerdekaan untuk mendapatkan lebih banyak. Ini pandangan Islam. 29 Sadr berpendapat manakah dari ketiga cara ini yang paling baik menjamin keadilan dalam distribusi, tidaklah mungkin kita menggunakan metode kajian ilmiah, karena keadilan bukanlah fenomena alam seperti panas dan air mendidih yang dapat kita lihat dengan mata atau kita raba dengan 26 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005, h. 254 27 Baqir Sadr, Keunggulan Ekonomi Islam : Mengkaji Sistem Ekonomi Barat dengan Kerangka Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Pustaka Zahra, 2002, Cet. Kedua, h. 157 28 Ibid., h. 157 29 Ibid., h. 158 19 tangan kita. Itu pun bukanlah fenomena sosial seperti krisis ekonomi yang dapat di kaji melalui pengamatan dan di ukur dengan standar ilmiah. 30 Menurut kapitalisme keadilan akan terwujud jika semua orang mendapat kebebasan kesempatan ekonomi yang sama. Sedangkan dalam perspektif Marxis keadilan hanya akan diperoleh jika seluruh anggota masyarakat memiliki pendapatan dan kekayaan yang sama. Berbeda dengan keduanya, keadilan menurut pendapat Sadr dapat ditegakkan jika semua orang dijamin dengan pendapatan tetap dengan memungkinkan mendapat lebih banyak. 31 Tawaran sistem Marxis berupa pendistribusian sama rata. Menurut Sadr akan menambah persoalan karena menyalahi watak alamiah sosial. Sehingga pemecahan yang harus dilakukan adalah dengan prinsip keadilan yang berlandaskan pada dua hal : solidaritas publik takaful ‘am serta keseimbangan sosial tawazun ijtima’. Kedua konsep tersebut bagian dari jaminan sosial yang disiapkan oleh Islam. 32 Sadr menyadari, bahwa dalam realitas sosial terdapat masyarakat yang tidak mampu terlibat dalam proses produksi. Sedangkan disisi lain, kebutuhan dasar mereka harus tetap terpenuhi. Disinilah nilai keadilan ditegakkan untuk mengurangi kesenjangan yang terjadi melalui jaminan sosial. 33 30 Ibid., h. 158. 31 Baqir Sadr, Islam and School Economics, Terjemahan : Muslim Arbi Bandar, Lampung : YAPI, 1989. H.125 32 Chibli Mallat, The Renewal of Islamic Law, penerjemah : santi indra astuti Bandung : Mizan, 2001. h.172 33 Baqir Sadr, Manusia Masa kini dan Problema Sosial, Bandung : Pustaka Salman ITB, 1984. h.156 20 Studi yang ada ini adalah sebagian dari yang utama dalam pembahasan judul skripsi yang penulis buat sebagai kerangka teori, tidak menutup kemungkinan juga bahwa ada studi-studi lain mengenai hal ini yang nantinya akan penulis pergunakan sebagai penambah khazanah ilmu bagi skripsi ini.

G. Sistematika Penelitian

Penulisan skripsi ini dirancang secara sederhana dengan mengacu pada buku pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007. Adapun terjemahan ayat-ayat Al-Qur’an merujuk kepada Al-Qur’an dan Terjemahnya yang diterbitkan oleh Departemen Agama Republik Indonesia, tahun 1971, dengan pengecualian sebagai berikut : 1. Dalam daftar kepustakaan, Al-Qur’an dicantumkan dalam urutan paling atas, hal ini untuk menghormati bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang harus dimuliakan. 2. Ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits beserta terjemahnya diketik dalam satu spasi, baik yang kurang maupun yang lebih dari enam baris, serta disebutkan surat dan nomor ayatnya pada akhir ayat dengan jelas tanpa mencantumkan footnote. Untuk menjembatani keutuhan tulisan dan memperoleh suatu pemahaman dari suatu karya tulis secara total, salah satu diantaranya terletak pada penyajiannya, sistematiskah atau tidak. Disini penulis menyajikan sistematika penelitiannya terdiri dari lima Bab untuk mengalirkan gagasan yang sebenarnya dalam bingkai yang memudahkan para pembaca, yaitu : 21

BAB I : Diawali dengan Pendahuluan, yang terdiri dari beberapa pointer,

yaitu Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metode Penelitian yang terbagi dari beberapa hal yang harus disinggung, diantaranya Jenis Penelitian, Tingkat Penelitian, Pendekatan Penelitian, Jenis Data dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan Data, Teknik Analisa Data, Teknik Penarikan Kesimpulan, Pedoman Penulisan Laporan, Tinjauan Review Kajian Terdahulu, Kerangka Teori dan Kerangka Konsep, dan Sistematika Penelitian.

BAB II : Menjelaskan Riwayat Hidup dan Sejarah Hidup Muhammad Baqir

As-Shadr. Dalam bab ini penulis menjabarkan sekilas Riwayat Hidup dengan mencoba membangkitkan kembali sejarah politik, Karir Intelektual, Latar belakang Pemikiran dan kehidupan ekonomi pada masa sang tokoh ada. Berpijak dari sini penulis mencoba mengkaitkannya dengan sejarah singkat tokoh dalam aktivitasnya sehingga eksist dalam buku-buku sejarah dan pemikiran.

BAB III : Membahas mengenai Tinjauan Teoritis Tentang Distribusi, pada

bab ini menguraikan tentang Pengertian Distribusi, Prinsip-Prinsip dan Tujuan Distribusi, Mekanisme Distribusi, serta Nilai dan Moral di bidang Distribusi.

BAB IV : Sebagai jantungnya skripsi ini, dengan sub judul Tinjauan

Terhadap Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir Ash-Shadr , bab ini merupakan inti pembahasan dalam skripsi ini. Dalam bab ini dijelaskan Konsep Distribusi Menurut Muhammad Baqir As-Shadr, Relevansi Pemikiran Muhammad Baqir As-Shadr yang terdiri dari dua pointer, pertama, 22 Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Ekonomi Islam. Kedua, Relevansi Konsep Distribusi Muhammad Baqir As-Shadr dengan Masa Kini. Kemudian sebagai pelengkap ditambah dengan Analisa Penulis.

BAB V : Penutup, bab ini merupakan bab terakhir yang terdiri atas

kesimpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah, saran-saran dan selanjutnya disebutkan daftar pustaka. Itulah Sistematika Penelitian yang penulis sajikan, semoga dapat mempermudah pembaca budiman dalam memahami skripsi ini. PROSEDUR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Tahun Akademik : 2008 M 1429 H Nama : Rian Maulana NIM : 103046128351 FakultasJurusan : Fakultas Syariah Hukum Mu’amalat Perbankan Syariah Semester XI Judul Skripsi yang diajukan : “ KONSEP DISTRIBUSI MENURUT MUHAMMAD BAQIR AS – SHADR “ NO JENIS AKTIVITAS PENERIMA CATATAN PARAF PENERIMA 1 Konsultasi Judul Tema Instruktur Prodi 2 Konfirmasi Seleksi Judul Sekretariat Judul tersebut sudah ada belum ada 3 Konsultasi Persetujuan Penasehat Akademik 4 ACC Persetujuan Judul Tim Pertimbangan Proposal Skripsi 5 Pengambilan SK. Bimbingan Skripsi Kajur Sekjur Prodi BIRO KARYA TULIS FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Kajur Perbankan Syariah, Penasehat Akademik, Pengaju, Dr.EUIS AMALIA, M.Ag M. RIZA AFWI MA RIAN MAULANA

BAB II SELINTAS SEJARAH KEHIDUPAN MUHAMMAD BAQIR ASH-SHADR

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk membedah pemikiran seorang tokoh, perlu telusuri perjalanan hidupnya untuk selanjutnya ditemukan relasi-relasinya dengan pemikiran ekonomi yang menjadi fokus penelitian ini. Berikut penelusurannya :

A. Riwayat Hidup

Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr dilahirkan pada tanggal 25 Dzulqa’dah 1353 H 1 Maret 1935 M di Kadzimiah, Irak. Beliau berasal dari suatu keluarga yang sejak satu abad sekarang berada dipusat keilmuan, dan telah menyumbangkan berbagai pelayanan kepada Islam dan kaum Muslim di Irak, Iran, dan Lebanon. Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr yang berasal dari keluarga tersebut bangkit melawan kolonialisme Inggris dan mengambil bagian dalam revolusi yang terjadi di Irak pada abad ke-20. 1 Kakek buyutnya, Sayyid Shadruddin ash-Shadr dari Qum dan Sayyid Musa ash-Shadr dari Lebanon juga termasyhur karena aktivitas keagamaan dan politik mereka. Salah seorang leluhur beliau, Sayyid Abdul Husain Syarafuddin al-Musawi pengarang kitab terkenal al-Muraja’at Dialog Sunnah-Syiah Mengambil bagian dari Perang Kemerdekaan di Jabal Amil melawan Perancis. 2 1 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001, h. 150 2 Ibid., h.150 23 24 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Seorang cendekiawan Muslim terkemuka, fakih yuris dan pemikir genius, karena karya-karya yang telah beliau wariskan kepada kaum Muslim, baik dari kalangan awam maupun kalangan terpelajar, dan karena kehidupan beliau yang penuh dengan usaha dan perjuangan, dan yang dipendekkan oleh tangan-tangan kriminalis beliau syahid dibunuh oleh orang-orang Saddam Husein, beliau sudah terlalu terkenal dan masyhur sehingga rasanya tidak perlu mencantumkan biografi beliau dari terjemahan bahasa inggris buku beliau yang sangat terkenal ‘Iqtishaduna’ 3 . Ayatullah Muhammad Baqir As-Shadr datang dari satu keluarga cendikiawan dan Intelektual Islam terpandang, Sadr menyadari secara alami mengikuti jejak mereka leluhurnya. Beliau pilih untuk mengikuti studi Islam tradisional di Hauzas atau sekolah tradisional di Irak, di mana beliau belajar Fiqh hukum, ushul sumber hukum dan teologi 4 . Sadr berhasil menyelesaikan belajarnya dengan hasil yang baik, dan pada usia 20 tahun, sudah dipertimbangkan sebagai ‘Mujtahid Absolut’ Mujtahid Mutlaq, dan kemudian, naik ke tingkatan otoritas tertinggi dari marja hakim otoritas. Otoritas cendikiawan dan spiritual ini dalam tradisi Islam juga tertuang dalam karya Sadr, dan dalam Iqtishaduna Ekonomi Kitanya, beliau mendemonstrasikan metodologi independentnya tradisi hukum Islam, dengan pernyataan Intelektual yang tegas 5 . 3 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna. Jakarta : Penerbit Zahra, 2008. h.29 4 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis, Kuala Lumpur, 1995. h.110 5 Ibid., h.110 25 Muhammad Baqir As-Sayyid Haidar Ibn Ismail Ash-Shadr, seorang sarjana, ulama, guru dan tokoh politik, lahir dari keluarga religius termasyhur yang telah melahirkan sejumlah tokoh kenamaan di Irak, Iran dan Lebanon 6 , seperti : 1. Sayyid Shadr ad-Din Ash-Shadr, seorang marja’ otoritas rujukan tertinggi dalam mazhab Syi’ah di Qum. 2. Muhammad Ash-Shadr, salah seorang pemimpin religius yang memainkan peran penting dalam revolusi Irak melawan Inggris yang sebagian besar diorganisasikan dan dilancarkan oleh pemimpin-pemimpin religius yang berhasil menumbangkan Inggris. Dia juga mendirikan Haras Al-Istiqlal Pengawal Kemerdekaan. 3. Musa Ash-Shadr, Pemimpin Syi’ah di Lebanon. Muhammad Baqir Ash-Shadr, lahir dalam keluarga alim yang termasyhur di golongan Syi’ah. Kakeknya, Sadruddin Al-‘Amili w.12641847, dibesarkan di dusun Lebanon Selatan, Ma’rakah, hijrah untuk belajar di Isfahan dan Najaf. Hingga wafat dan dimakamkan di sana. Kakeknya, Isma’il, lahir di Isfahan pada 1258 H 1842 M, pada 1280 H 1863 M pindah ke Najaf, kemudian ke Samarra’ 7 . Di Samarra’ inilah, konon, dia menggantikan Al-Mujaddid Asy- Syirazi di Hauzah lingkungan alim Syi’ah lokal. Putranya, Haidar, ayah Muhammad Baqir Ash-Shadr, lahir di Samarra’ pada 1309 H 1891 M, dan belajar pada ayahnya dan Ayatullah Al-Hai’ri Al-Yazdi di Karbala. Dia 6 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, Bandung : Penerbit Mizan, 1995, h.11 7 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.252 26 meninggal di Kazimiah pada 1356 H 1937 M, meninggalkan seorang istri, dua putra dan seorang putri 8 . Kendatipun marja’ yang cukup terpandang, tampaknya dia meninggal dalam keadaan tak punya uang sepeser pun. Konon, sampai lebih dari sebulan setelah meninggalnya keluarga ini, masih tidak dapat menyediakan roti sehari- hari, ‘kanu ha’irin fi luqmat al-‘aysy’ 9 . Pada usia empat tahun, Muhammad Baqir Ash-Shadr menjadi yatim, kemudian diasuh oleh ibunya yang religius dan kakak laki-lakinya, Isma’il, yang juga seorang Mujtahid kenamaan di Irak Mujtahid adalah seorang yang sangat alim yang telah mencapai tingkat tertinggi dikalangan teolog muslim. Muhammad Baqir Ash-Shadr menunjukan tanda-tanda kejeniusan sejak usia kanak-kanak 10 . Ketika berusia sepuluh tahun, beliau berceramah tentang sejarah Islam, dan juga tentang beberapa aspek lain mengenai kultur Islam. Beliau mampu menangkap isu-isu teologis yang sulit dan bahkan tanpa bantuan seorang guru pun. Pada usia sebelas tahun, beliau mengambil studi logika, dan menulis sebuah buku yang mengkritik para Filosof 11 . Falsafatuna begitu tergoda kategori Marxis, sehingga bahasa Islamnya jadi terpengaruh. Tentu saja, dengan melihat ke belakang, mengkritiknya gampang, argumen Stalin, Politzer dan bahkan Engels sudah lama kadaluarsa dilingkungan filsafat. Dan kenyataan ini tidak mempengaruhi risalah filosofis 8 Ibid., h.253 9 Ibid., h.253 lihat juga Ha’iri, ‘Tarjamat’. h.28 10 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, Bandung : Penerbit Mizan, 1995, h.11 11 Ibid., h.11 27 Sadr tapi justru membuat mereka memiliki arti penting yang tidak pantas mereka terima. 12 Pada usia tiga belas tahun, kakaknya mengajarkan kepadanya ‘Ushul ‘ilm al-Fiqh asas-asas ilmu tentang prinsip-prinsip hukum islam – yang terdiri atas Al-Qur’an, Hadist, ijma’, dan qiyas. Pada usia sekitar enam belas tahun, beliau pergi ke Najaf untuk menuntut pendidikan yang lebih tinggi dalam berbagai cabang ilmu-ilmu islami 13 . Sekitar empat tahun kemudian, beliau menulis sebuah ensiklopedi tentang ‘Ushul, Ghayat Al-Fikr fi Al-‘Ushul Pemikiran Puncak dalam ‘Ushul. Mengenai karya ini, hanya satu volume yang diterbitkan 14 . Ketika usia dua puluh lima tahun, beliau mengajar Bahts Kharij tahap akhir ‘Ushul. Saat itu Sadr lebih muda daripada banyak muridnya. Disamping itu, Sadr juga mengajar Fiqh. Patut disebutkan juga bahwa pada usia tiga puluh tahun Sadr telah menjadi mujtahid 15 . Muhammad Baqir al – Sadr berasal dari keluarga Syiah dan menjadi salah seorang pemikir terkemuka yang melambangkan kebangkitan Intelektual di Najaf antara 1950 M dan 1980 M. Kebangkitan ini sangat berpengaruh dalam aspek politik di kawasan Najaf Timur Tengah pada umumnya 16 . Dalam karya-karyanya, beliau kerap menyerang dialektika- materialistik, dan menganjurkan, sebagai gantinya, konsep Islam dalam 12 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.258 13 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, Bandung : Penerbit Mizan, 1995, h.11 14 Ibid., h.12 15 Ibid., h.12 16 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontempore,. Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005. h. 251 28 membedakan antara kebenaran dan kesalahan. Beliau banyak menulis tentang ekonomi Islam, dan menjadi konsultan dari berbagai organisasi Islam, seperti Bank Pembangunan Islam 17 . Dalam berbagai ceramahnya beliau kadang menganjurkan suatu gerakan Islam yang terorganisasikan sebuah partai sentral yang dapat bekerjasama dengan berbagai unit dalam naungan kaum Muslim untuk melahirkan perubahan sosial yang diinginkan. beliau adalah “Bapak” Hizb Al- Da’wah Al-Islamiyyah Partai Dakwah Islam 18 . Sadr mengajarkan bahwa politik adalah bagian dari Islam. Beliau menyerukan kepada kaum Muslim supaya mengenali kekayaan khazanah asli Islam dan melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh eksternal apapun, khususnya pengaruh-pengaruh kapitalisme dan Marxisme 19 . Sadr mendorong kaum Muslim supaya bangun dari tidur dan menyadari bahwa kaum imperialis sedang berupaya membunuh ideologi Islam dengan cara menyebarkan ideologi mereka di dunia Muslim. Kaum Muslim harus bersatu padu dalam melawan intervensi semacam itu dalam sistem sosial, ekonomi dan politik mereka 20 . Muhammad Baqir Ash-Shadr banyak menuangkan fikirannya ke surat- surat kabar dan jurnal-jurnal. Banyak juga dalam bentuk buku, terutama tentang ekonomi, sosiologi, teologi, dan filsafat. Diantaranya yang terpopuler adalah 1 Al-Fatwa Al-Wadhihah Fatwa yang jelas, 2 Manhaj Ash- 17 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, Bandung : Penerbit Mizan, 1995, h.12-15 18 Ibid., h.13 19 Ibid., h.13 20 Ibid., h.14 29 Shalihin Jalan orang-orang Saleh – buku ini mencerminkan suatu pandangan modern tentang masa’il, 3 Iqishaduna Ekonomi Kita – buku ini terdiri atas dua volume dan merupakan suatu diskusi terlengkap tentang ekonomi Islam dan tanggapan terhadap kapitalisme dan komunisme, 4 Al-Madrasah Al- Islamiyyah Mazhab Islam, 5 Ghayat Al-Fikr fi Al-‘Ushul Pemikiran Puncak dalam ‘Ushul, 6 Ta’liqat ‘ala Al-Asfar Ulasan tentang empat kitab perjalanan Mulla Sadhra, 7 Manabi’ Al-Qudrah fi Dawlat Al-Islam Sumber-sumber kekuasaan dalam Negara Islam, penulis dalam buku ini menyatakan bahwa suatu Negara Islam harus didirikan menurut Syari’ah, sebab hal ini adalah satu-satunya jalan untuk menjamin hukum Allah di bumi, 8 Al-Insan Al-Mu’ashir wa Al-Musykilah Al-Ijtima’iyyah Manusia Modern dan Problem Sosial, 9 Al-Bank Al-Islamiyyah Bank Islam, 10 Durus fi ‘Ilm Al-‘Ushul Kuliah tentang Ilmu Prinsip Hukum Islam, 11 Al-Mursil wa Al-Rasul wa Al-Risalah yang mengutus, Rasul dan Risalah, 12 Ahkam Al- Hajj Hukum-Hukum Haji, 13 Al-‘Ushul al-Manthiqiyyah li Al-Istiqra Asas-asas Logika dalam Induksi, dan 14 Falsafatuna Filsafat Kita 21 . Seyyed Husein Nashr 22 dalam pengantar buku Falsafatuna Muhammad Baqir Ash-Shadr mengatakan : “ Tulisan-tulisan Allamah Muhammad Baqir Ash-Shadr mengandung makna teologis dan filosofis, sebab beliau adalah intelektual penting dalam 21 Ibid., h.14 22 Seyyed Husein Nasr adalah Intelektual garda terdepan yang sangat disegani disegenap penjuru dunia. Beliau menjadi Guru Besar di berbagai Perguruan Tinggi bergengsi di Eropa, Amerika, Timur Tengah. Beliau di lahirkan di Teheran, dari keluarga tradisional Syi’ah Ortodoks. Masa kelahirannya merupakan masa ketegangan politis antara kelompok ulama dengan Dinasti Pahlevi. Seyyed Husein Nasr, “Antara Tuhan, Manusia dan Alam : Jembatan Filosofis dan Religius Menuju puncak spiritual” Yogyakarta : IRCISOD, 2003. h.171. diterjemahkan juga oleh penyunting dari “pengantar” untuk Our Philosophy, The Muhammad Trust, London, 1987. 30 kehidupan Islam kontemporer, satu figur yang karya-karyanya melampaui sekadar mata-mata polemik dan retorik 23 .” Buku Falsafatuna dan Iqtishaduna telah mencuatkan Muhammad Baqir Ash-Shadr sebagai teoritis kebangkitan Islam terkemuka. Sistem Filsafat dan ekonomi alternatif ini di sempurnakan melalui masyarakat dan Lembaga. Dalam kedua buku ini, beliau menjanjikan jilid ketiganya dengan pola yang sama yang diberi judul, Mujtama’una Masyarakat Kita. 24 Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa Iqtishaduna merupakan satu karya pionir yang cukup komprehensif dalam literatur ekonomi Islam modern mengupas masalah produksi, distribusi, konsumsi dan pertukaran. Termasuk masalah fiskal dan moneter serta strategi pengelolaan aset produktif dan peranan pemerintah di dalamnya. 25

B. Karir Intelektual dan Politik

Di Kadzimiah, Muhammad Baqir Ash-Shadr masuk sekolah dasar Muntada An-Nasyr. Menurut keterangan teman sekolahnya, beliau sejak awal menjadi sasaran perhatian dan keingintahuan guru-gurunya, sedemikian rupa, sehingga beberapa murid meniru cara jalannya, cara bicaranya, dan cara duduknya di kelas. 26 Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr kehilangan ayahnya ketika beliau baru berusia empat tahun, kemudian dibesarkan oleh ibu dan kakak 23 Ibid., h.15 24 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005, h. 252 25 Muhammad Syafii Antonio “ulasan dan komentar”, dalam Muhammad Baqir Ash- Shadr. Buku Induk Ekonomi Islam : Iqtishaduna, Jakarta : Penerbit Zahra, 2008, h.17 26 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.254 Hairi, ‘Tarjamat’.h.44. menyebutkan tuturan teman sekelas Sadr, Muhammad ‘Ali Al-Khalili 31 tertuanya, Ismail ash-Shadr. Sejak kanak-kanak ia memperlihatkan tanda- tanda kecerdasan dan bakat keilmuan yang luar biasa. 27 Ketika berusia sepuluh tahun, beliau sudah membahas persoalan- persoalan doktrinal dan sejarah Islam dengan suatu kepercayaan seakan-akan ia telah melewati dekade-dekade dalam menguasai topik tersebut. Di usia sebelas tahun, ia telah menulis buku tentang logika, dan juga mulai menyampaikan kuliah-kuliah tentang topik tersebut. 28 Pada tahun 1365 M ia menetap di Najaf al-Asyraf, dan mulai mempelajari sekaligus mengajar prinsip-prinsip yurisprudensi al-ushul al- fiqh Islam dan cabang-cabang ilmu Islam lainnya. Beliau mempunyai suatu wawasan yang luar biasa, dimana beliau dapat memahami sepenuhnya pelajaran-pelajaran dengan autodidak 29 Akhirnya beliau diposisikan sebagai Mujtahid, dan mulai menyampaikan fatwa-fatwa dalam ijtihad serta mulai menulis banyak buku. Sebanyak dua puluh enam buku dengan berbagai topik yang mencakup ushul fiqh, fiqih, ekonomi, filsafat, logika induktif, problem-problem sosial, dan administrasi publik. 30 Sebahagian bukunya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Inggris, Urdu, Turki, yang merupakan masterpiece dalam bidangnya masing- masing. 31 27 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001, h. 150 28 Ibid., h.150 29 Ibid., h.150 30 Ibid., h.151 31 Ibid., h.151 32 Uraian pasca kematian sering kali memuji, dan harus disikapi dengan hati-hati. Karena Pemerintah Irak tidak mengakui eksistensi Shadr, apalagi pencapaian intelektual atau politiknya. Karena itu, kita hanya terbatas pada teks itu saja, ingatan murid dan simpatisan almarhum. 32 Kalau ini pun tidak mungkin, beberapa cerita menyebutkan, misalnya, bahwa Shadr menulis Risalah pertamanya pada usia sebelas tahun. ‘Abdul Ghani Al-Ardabili, yang dikutip dalam biografi Ha’iri, menyebut buku tersebut sebagai Risalah Logika. Karya paling awal terbit yang dapat dilacak, berasal dari 1955. 33 Studi ini, berupa analisis episode Fadak yang artinya dalam sejarah Syi’ah memperlihatkan kematangan pemikiran alim muda, dilihat dari segi metode dan substansi. Namun isinya tidak memperlihatkan noda sektarian Syi’ah yang segera lenyap dari bahasa Shadr, sampai masa konfrontasi dengan Ba’ath pada akhir 1970-an. 34 Ciri lain yang mencolok dari kebangkitan itu adalah dimensi politiknya, dan saling berpengaruh antara apa yang terjadi di lorong gelap dan sekolah tinggi berdebu Najaf, dan Timur Tengah pada umumnya. 35 Singkatnya, ini merupakan latar belakang politik kebangkitan di Najaf. Namun, tantangan politik Islam yang bermula di Najaf tak akan bersifat universal tanpa adanya dimensi intelektual dan kulturalnya yang khas. 36 32 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.254 33 Ibid. h.254 Muhammad Baqir Sadr, Fadak fi At-Tarikh Fadak dalam Sejarah, edisi I, Najaf.1955 34 Ibid., h.254 35 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.246 36 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.252 33 Di tengah berbagai peristiwa yang dramatis, yang kian global jangkauannya, penting untuk dicamkan bahwa kebangkitan Najaf merupakan gejala intelektual yang terutama melibatkan faqih dan keputusan hukum. Inilah dimensi Timur Tengah bergolak yang kurang diketahui, dan merupakan dimensi yang lebih langgeng. 37 Di tengah pembaruan budaya dan pembentukan sistem, ada’ internasional Syi’ah’ yang merupakan produk jaringan Najaf. Di Najaf, Muhammad Baqir Ash – Shadr tampil sebagai pendiri suatu sistem konstitusi dan ekonomi baru. 38 Kendatipun banyak sumbangsih luar biasa Shadr untuk tema-tema historis Islam, Ushul, dan filsafat, namun karya-karya Shadr di bidang hukum konstitusi dan ekonomi Islamlah yang paling inovatif. 39 Dalam ekonomi Islam, Shadr menulis beberapa risalah. Dua yang paling penting adalah Iqtishaduna, yang merupakan teori umum ekonomi Islam, dan Al-Bank Al-ala Ribawi fi Al-Islam, yang merupakan teks terinci soal operasi bank Islam dalam konteks lawannya, yaitu ‘Kapitalisme’. 40 Dua unsur membeakan Iqtishaduna dari literatur umum ekonomi Islam. Dari segi struktur dan metodologi, tak diragukan lagi inilah sumbangsih paling serius dan paling banyak disaluti dibidang ini. 41 Ada dua alasan untuk keseriusan ini : 37 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 Ibid., h.252 38 Ibid., h.252 39 Ibid., h.260 40 Ibid., h.260 41 Ibid., h.261 34 Pertama, Shadr jelas ingin menyajikan berbagai ideologi rival, khususnya Marxisme, secara serius. Kritiknya atas Marxisme mungkin tidak memadai, meski ini merupakan upaya Intelektual yang serius. Adapun mengenai teori kapitalis, riset yang dilakukannya lebih terbatas. Ini akibat pengaruh Marxisme yang dominan. Pada masa Iqtishaduna, hingga akhir 1970-an, bidang Intelektual ‘ilmu sosial’ didominasi oleh kaum kiri. Dalam Iqtishaduna, hanya tiga puluh halaman yang diperuntukkan untuk kritik struktural atas kapitalisme, yang jauh kurang tuntas dibanding tigaratus halaman yang diperuntukkan untuk membantah teori Marxisme. 42 Dalam Iqtishaduna, Shadr mencoba menjawab himbauan komunis untuk mengubah ‘keseimbangan sosial’ dengan teori hukum terinci soal hak milik dan distribusi. Dalam tulisannya soal perbankan, Shadr dapat menawarkan cetak biru ‘bank Islam’ yang kini lagi mode. 43 Dalam tulisannya soal konstitusi, dikemukakan tatanan terinci di jantung Republik Islam Iran. Dalam hal ini pemikiran Shadr adalah penting bagi pembaruan hukum Islam. Karena kedalaman tulisannya dibidang ‘baru’ tak dapat tertandingi oleh masyarakat Muslim modern, maka di dunia Syi’ah, dan lebih umum lagi di Dunia Islam, Shadr tetap merupakan sumber inspirasi dan kekaguman yang unik. 44 Disebabkan oleh ajaran-ajaran dan keyakinan-keyakinan politiknya, yang menyebabkannya mengutuk rezim Bha’at di Irak sebagai melanggar hak- hak asasi manusia dan Islam, Ayatullah Muhammad Baqir Ash-Shadr di tahan 42 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.261 43 Ibid., h.264 44 Ibid., h.264 35 dan di pindahkan dari Najaf ke Baghdad. Beliau kemudian di bebaskan dan ditahan lagi di Najaf pada 1979. 45 Saudara perempuannya, Bint Al-Huda, yang juga seorang sarjana dalam teologi Islam, mengorganisasikan suatu protes menentang penahanan atas seorang marja’. Sejumlah protes lain, menentang pemenjaraan atas diri Ash-Shadr, juga diorganisasikan di dalam dan di luar Irak. Kesemuanya ini membuat Ash-Shadr dibebaskan dari penjara. 46 Namun, beliau tetap dikenai tahanan rumah selama sembilan bulan. Ketegangan antara beliau dan Partai Bha’ath terus tumbuh. Beliau mengeluarkan fatwa bahwa haram bagi seorang Muslim bergabung dengan Partai Bha’ats yang tak Islami itu. Pada 5 April 1980 beliau ditahan lagi dan dipindahkan ke Baghdad. 47 Beliau dan saudara perempuannya, Bint Al-Huda, dipenjarakan dan dieksekusi tiga hari kemudian. Jasad mereka dibawa dan dimakamkan di An- Najaf. Misteri menyelimuti kematian mereka. Muncul banyak pertanyaan, misalnya, tentang maksud di balik eksekusi itu dan identitas mereka yang mengatur eksekusi ini. 48 Sejak 1970, pemerintah di Najaf kembali mendapat tekanan sekali setahun. Sadr, di tahan beberapa kali, di interogasi, dan di perlakukan dengan kejam. Pada juni 1979, ketika Sadr sedang bersiap memimpin delegasi untuk memberi salam kepada Ayatullah Khomeini di Teheran, beliau di kenai 45 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Falsafatuna : Pandangan Muhammad Baqir Ash-Shadr terhadap pelbagai Aliran Filsafat Dunia, Bandung : Penerbit Mizan, 1995, h.12 46 Ibid., h.12 47 Ibid., h.12 48 Ibid., h.12 36 tahanan rumah. Setelah itu beliau di pindahkan ke Baghdad pada 5 April 1980. Tanggal ini bertepatan dengan serangan kedua terhadap pejabat pemerintah dalam seminggu. 49 Bagi pemerintah, ini merupakan isyarat di mulainya konfrontasi final dengan apa yang di anggap pemerintah sebagai akar masalahnya. Najaf di serbu pada malam hari. Sadr dipindahkan ke Baghdad. Najaf ingat bahwa Sadr lolos dari upaya penculikan, dan ditahan kembali pada juni karena Bint Al – Huda mengerahkan orang yang sedang berbelasungkawa di Sahn Masjid ‘Ali di Najaf dengan pekikan ‘Imam kalian mau di culik.’ Kali ini, pemerintah membungkam saudara perempuan Shadr ini dengan membawanya ke Baghdad, dan dengan mengeksekusi Shadr. 50 Pada dekade terakhir dari hidupnya adalah masa penyiksaan oleh Rezim Ba’ath di Irak. Pengaruhnya yang menakutkan terhadap media massa, dan setelah hukuman penjara dan siksaan, Rezim Ba’ath menghukum mati atasnya pada tanggal 8 April 1980. 51 Menurut laporan, tubuh Muhammad Baqir Ash-Shadr dimakamkan diwaktu fajar pada 9 April dihadiri keluarga dari Najaf. Ini berarti dia meninggal sehari sebelumnya. Namun banyak pertanyaan masih belum terjawab. 52 Peristiwa pengeksekusian Shadr bersama saudara perempuannya yang bernama Bint Al-Huda, pada 8 April 1980, merupakan titik puncak tantangan 49 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.251 50 Ibid., h.251 51 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis, Kuala Lumpur, 1995, h.111 52 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998 h.251 37 terhadap Islam di Irak. Dengan meninggalnya Shadr, Irak kehilangan aktivis Islamnya yang paling penting. 53 Semoga Allah merahmati Ruh sucinya.

C. Latar Belakang Pemikiran

Latar belakang alim ‘internasional’, dan relatif miskinnya keluarga Shadr, merupakan dua unsur penting yang menentukan konteks pendidikan Shadr. Kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga pada awal meninggalnya Haidar Ash-Shadr, juga dialami bayi Muhammad Baqir Ash-Shadr. Anggota keluarga lainnya mengurusi pendidikan Ash-Shadr. Dia tumbuh besar di bawah pengawasan pamannya dari pihak ibu, Murthada Al-Yasin, 54 dan di bawah pengawasan kakaknya, Isma’il 1340 1921-1388 1968. 55 Meskipun latar belakang yang tradisional, Sadr tidak pernah lepas dari isu-isu masa kini. Intelektualnya yang tajam mengilhami beliau untuk belajar filsafat modern, ekonomi, sosiologi, sejarah dan hukum secara kritis. 56 Sadr seperti Taleghani, seorang alim yang aktif. Beliau terus-menerus menyuarakan pandangannya bagi kondisi orang-orang Muslim dan keinginannya untuk bebas, bukan hanya dari kolonialisme ekonomi dan politik, tetapi juga dari dominasi pemikiran. 57 53 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik hingga Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatruss, 2005, h. 251 54 Murthada Al-Yasin adalah alim yang kuat kedudukannya. Ketika beliau mengeluarkan fatwa termasyhur menentang komunis pada 3 April 1960. 55 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.253 56 M. Aslam Haneef, Contemporary Islamic Thought : A Selected Comparative Analysis, Kuala Lumpur, 1995, h.110 57 Ibid., h.110 38 Masalah pemerintah di Irak mendesaknya untuk menetapkan Hizb ad- Da’wah al-Islamiyyah Partai Suara Islam, sebuah partai yang membawa para pemimpin agama secara bersama-sama dengan kaum muda, bertujuan menghadapi gelombang dari sosialisme Ba’ath memegang kendali politik pada tahun 1958. 58 Falsafatunanya Filsafat kita dan selanjutnya Iqtishaduna, menuai kritik komparatif dari keduanya mengenai kapitalisme dan sosialisme, dan pada saat yang bersamaan, pandangan dunia Islam serentak menggambarkan dengan garis sistem ekonomi Islam. 59 Pada 1365-1945, keluarga ini pindah ke Najaf. Di Najaf inilah Shadr menghabiskan sisa hayatnya. Nilai penting Najaf sudah mapan sejak 1920-an, ketika kota dan ulamanya tampil sebagai sentral perlawanan terhadap invasi Inggris. 60 Najaf agak tenang setelah kekalahan relatif terhadap Raja Faisal pada 1924 M, ketika para faqih besar mengambil jalan ke pengasingan. Namun kebanyakan kembali beberapa tahun kemudian untuk melanjutkan studi dan mengajar, menjauh dari huru-hara politik. 61 Pada 1950-an, panorama Najaf mengalami perubahan Radikal. Sikap diam mujtahid, akibat tidak mampu berkonfrontasi dengan baghdad, 58 Ibid., h.110 59 Ibid. h.,110 60 Chibli Mallat, Para Perintis Zaman Baru Islam, Bandung : Mizan, 1998, h.254 Banyak literatur tentang pemberontakan 1920 dan peran kepemimpinan ulama. Lihat R. Al- Khattab. Al-‘Iraq bayna 1921 wa 1927 Irak antara 1920 dan 1927, Najaf. 1976. dan A. Al- Fayyad, Ats-Tsawrah Al-‘Iraqiyyah Al-Kubra Pemberontakan Besar Irak, Baghdad, 1963. 61 Ibid., h.254 39 menerima tantangan serius pada tahun-tahun sebelum revolusi 1958 dari pihak yang tak disangka-sangka, yaitu kaum komunis. 62 Shadr menyadari dirinya berada ditengah konfrontasi intelektual sengit antara Najaf tradisional dan kaum komunis. Dan pandangan dunianya terbentuk dengan latar belakang intelektual ini : seruan sosialis-komunis yang dominan di seluruh Timur Tengah, yang mewarnai tulisan-tulisannya dengan ‘persoalan sosial’, dan pendidikan tradisional ulama, termasuk struktur hierarkinya yang relatif ketat. 63 Dimensi yang lebih tradisional dan ketat diri karya-karya Shadr, terlihat pada beberapa publikasi disepanjang hayatnya. Yang paling mencolok adalah adalah buku-buku ushul al-fiqh-nya. Ada dua contoh yang bisa dipertimbangkan 64 : Yang pertama adalah dari tahun-tahun pertama di Najaf, di mana Shadr menulis Muqaddimah untuk sejarah dan ciri pokok disiplin ini, Al- Ma’alim Al-Jadidah fi Al-Ushul. Buku ini yang banyak dipakai sebagai pengajaran Mukadimah di Najaf, dan terbit pada 1385-1965, masih merupakan salah satu buku menarik di bidang ini. Shadr sendiri menulis karya-karya Ushul yang lebih pelik. Pada 1397- 1977, yang pertama dari seri empat jilid mengenai ‘ilm al-ushul, yang dimaksudkan untuk mempersiapkan siswa ke derajat lebih tinggi, yaitu bahts al-kharij riset tingkat sarjana, terbit di Beirut dan Kairo. 62 Ibid., h.254 63 Ibid., h.255 64 Ibid. h.,255 40 Menurut Shadr, karya-karya ini dipersiapkan untuk meringankan tugas siswa, yang ‘terhambat masalah bahasa’ 65 dari empat karya pokok yang dipakai selama lebih setengah abad di Najaf 66 , Al’Ma’alim Al-Jadidah dan Durus menunjukan sisi didaktis minat Shadr pada Ushul al-Fiqh. Keduanya dimaksudkan hendak mencari pendekatan langsung terhadap persyaratan yang diperlukan sebelum bahts al-kharij yang terlalu sulit, dan untuk orang awam yang berminat pada gambaran ikhtishar disiplin ini. Shadr juga menulis karya ushul yang lebih tinggi. Kebanyakannya berbentuk catatan dari muridnya. Kazim Al-Husaini Al-Ha’iri menyusun jilid pertama Mabahits Al-Ushul pada 1407-1987. 67 Mahmud Al-Hasyimi, juga murid kesayangan Shadr, menyusun seksi kuliah Ta’arud Al-Adilla Asy- Syar’iyyah-nya Shadr dalam sebuah buku yang terbit pada 1977. 68 Beliau sangat menaruh perhatian terhadap hak-hak dunia Muslim, dari mulai Maroko sampai Indonesia. Beliau merupakan salah seorang pembela bentuk pemerintahan Islam yang paling gigih. Pemerintahan Partai Ba’ath Irak sangat gusar terhadap laporan ini. Oleh karenanya, mereka memenjarakan 65 Shadr , Daght fi Al- ‘Ibara’, Durus I, h.9 66 Empat buku Syiah tersebut adalah Ma’alim Asy-Syahid Ats-Tsani w.9661559, Qawaninnya Qummi w.12311816, Kifayah-nya Al-Khurasani w.13281910, dan Rasail-nya Anshari w.13291911 67 Shadr, Mabahist Al-Ushul. Menurut Ha’iri, buku ini hanyalah kompilasi Jilid pertama Bagian 2 dalam seri kuliah Shadr 68 Ibid., h.256 Mahmud Hasyimi, Ta’arud Al-Adilla Asy-Syar’iyyah Taqriran li-Abhats As-Sayyid Muhammad Baqir As-Shadr Kontradiksi Bukti Hukum, Laporan Riset Muhammad Baqir As-Shadr, Beirut, EdisiII, 1980. Mukaddimah oleh Shadr, 1994 1974. 41 beliau di Najaf pada pertengahan tahun 1979 dan memindahkannya ke penjara Baghdad pada 3 April 1980. 69

D. Posisi Muhammad Baqir As-Shadr diantara para Pemikir Ekonomi

Islam Lain Pemikiran ekonomi Islam bisa dikatakan seusia dengan Islam itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari berbagai praktik dan kebijakan ekonomi pada masa Rasulullah SAW dan al – Khulafa al – Rasyidin merupakan contoh empiris yang dapat dijadikan pijakan bagi para pemikir, praktisi dan cendikiawan Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya. Konsep ekonomi pada waktu itu berdasarkan pada hukum Islam yang bersumber dari Al – Qur’an dan Sunnah Nabi. Kendatipun belum tersusun secara teoritis, praktik ekonomi pada masa-masa awal Islam memfokuskan perhatiannya pada pemenuhan kebutuhan, keadilan, efisiensi, pertumbuhan dan kebebasan. Sebagian besar pembahasan isu-isu tersebut terkubur dalam berbagai khazanah hukum Islam yang tentu saja tidak memberikan perhatian khusus terhadap analisis ekonomi. 70 Ilmu ekonomi Islam berkembang secara bertahap sebagai suatu bidang ilmu interdisiplin yang menjadi bahan kajian para fuqaha, Mufassir, Filosof, Sosiolog, dan Politikus. Dalam masa-masa perkembangan ekonomi yang sangat panjang itu lahirlah ekonom-ekonom Muslim terkemuka, sebut, 69 Muhammad Baqir Ash-Shadr, Sistem Politik Islam, Jakarta : Penerbit Lentera basritama, 2001, h. 151 70 M. Nejatullah Siddiqi, Recent Works on History of Economic Thought in Islam : A Survey, dalam Abul Hasan M. Sadeq dan Aidit Ghazali Ed. Readings in Islamic Economic Thought Selangor Darul Ehsan : Longman Malaysia, 1992, h.33 42 misalnya, Abu Yusuf 182798 , Al – Syaibani 189804, Abu Ubaid 224838, Yahya bin Umar 289902, Al – Mawardi 4501058, Ibnu Hazm 4561064, dan lainnya. Para ekonom muslim ini diikuti oleh tokoh intelektual terkenal lainnya. Seperti, Al-Ghazali 451-5051055-1111, Ibnu Taimiyah 661-7281263-1328, Al – Syatibi 790 H, Ibnu Khaldun 732- 8081332-1404, dan Al – Maqrizi 845 H. Jejak sejarah pemikiran mereka berlanjut pada masa Shah Wali Allah 1114-11761703-1762, Muhammad Ibn ‘Abd al-Wahhab 12061787, Muhammad Abduh 12301905, Muhammad Iqbal 13561932 dan masih banyak pemikir ekonomi islam lainnya, 71 telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kelangsungan dan perkembangan peradaban dunia, khususnya pemikiran ekonomi, melalui sebuah proses evolusi yang terjadi selama berabad-abad. Masa berikutnya adalah masa dimana lahir banyak tokoh pemikir kontemporer yang mengkhususkan diri dalam menekuni bidang ekonomi Islam yang lebih sistematis dan dengan mengikuti perkembangan ilmu ekonomi modern, diantaranya adalah Khursyid Ahmad, Nejatullah Siddiqi, Umer Chapra, Afzalurrahman, M.A Mannan, Monzer Kahf dan lain-lain. Dalam tataran paradigma seperti ini, ekonom-ekonom muslim tidak menghadapi masalah perbedaan pendapat yang berarti. Namun, ketika mereka diminta untuk menjelaskan apa dan bagaimanakah konsep ekonomi islam itu, mulai muncullah perbedaan pendapat. Sampai saat ini, pemikiran ekonom- ekonom muslim kontemporer dapat kita klasifikasikan setidaknya menjadi tiga 71 Azyumardi Azra, “Pengantar”, dalam Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Dari Masa Klasik Hingga Kontemporer, Jakarta : Pustaka Asatrus, 2005, h. xii 43 mazhab, yakni : Mazhab Baqir Sadr, Mazhab Mainstream, dan Mazhab Alternatif-Kritis. 72 Mazhab Baqir as-Sadr 73 berpendapat bahwa sumber daya pada hakikatnya melimpah dan tidak terbatas. Pendapat ini didasari oleh dalil QS. Al-Qomar 54 : 49 yang menyatakan bahwa : ⌧ ” Sesungguhnya telah Kami ciptakan segala sesuatu dalam ukuran yang setepat-tepatnya.” Dengan demikian, karena segala sesuatu sudah terukur dengan sempurna, maka pasti Allah telah memberikan sumber daya yang cukup bagi seluruh manusia. Baqir Sadr juga menolak pendapat yang menyatakan bahwa keinginan manusia tidak terbatas. Ia berpendapat bahwa manusia akan berhenti mengonsumsi suatu barang atau jasa apabila tingkat kepuasan terhadap barang atau jasa tersebut menurun atau nol. Karena itu, mazhab ini berkesimpulan bahwa keinginan yang tidak terbatas itu benar adanya, sebab pada kenyataannya keinginan manusia itu terbatas. Bandingkan pendapat ini dengan teori Marginal Utility, Law of Diminishing Returns, dan Hukum Gossen dalam ilmu ekonomi. 74 72 Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007, Edisi Ketiga, h.30

73 Baqir al-Hasani, The Concept of Iqtisad, dalam Baqir al-Hasani dan Abbas Mirakhor, Essays on Iqtishad : The Islamic Approach to Economic Problems, Silver Spring : NUR, 1989, h.21 74 Ibid., 21-23 44 Namun, yang menjadi perhatian dan permasalahan utama dari ilmu ekonomi adalah adanya ketimpangan sumber daya yang tidak merata di antara manusia. Oleh sebab itu, sistem harga yang dipercaya oleh ekonom konvensional mampu mengatasi permasalahan ekonomi tidaklah cukup, sehingga perlu adanya mekanisme tambahan yang bertujuan untuk mengatasi permasalahan distribusi. Pendapat ini diperkuat dari adanya hadist Nabi yang menyebutkan bahwa di antara sebagian harta kita ada hak untuk orang lain. Dalam ekonomi Islami, mekanisme distribusi ini dilengkapi dengan instrumen kewajiban pembayaran zakat bagi para mustahik dan mekanisme lain yang termuat dalam syariah. 75 Berkenaan dengan zakat, Ibnu Hazm memperluas jangkauannya tidak hanya zakat, tetapi ada kewajiban sosial di luar zakat yang harus dipenuhi oleh orang kaya. Ini merupakan bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial mereka kepada orang miskin, anak yatim, dan orang-orang yang lemah secara ekonomi. 76 Pernyataan Ibnu Hazm tentang hal ini adalah : ” Orang-orang kaya dari penduduk suatu negeri wajib menanggung kehidupan fakir miskin di antara mereka. Pemerintah harus memaksakan hal ini terhadap mereka jika zakat dan harta kaum muslimin Baitul Mal tidak cukup untuk mengatasinya.” 77 Mannan menyebutkan bahwa teori ekonomi modern mengenai distribusi merupakan suatu teori yang menetapkan harga jasa produksi. Mannan berusaha menemukan nilai jasa dari berbagai faktor produksi. Dalam 75 Ibid., h.21. 76 Euis Amalia. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia ,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada, 2009. h.128 77 Ibnu Hazm, al Muhalla, h.45. Lihat juga Sadeq dan Ghazali Ed., Reading in Islamic Economic Thought, h.72 45 hal ini, teori itu hanya merupakan perpanjangan teori umum penetapan harga. Barangkali, masalah distribusi perseorangan, dapat dipecahkan dengan cara sebaik-baiknya, setelah kita menyelidiki masalah pemilikan faktor-faktor produksi. 78 Chapra menyatakan bahwa salah satu masalah utama dalam kehidupan sosial di masyarakat adalah mengenai cara melakukan pengalokasian dan pendistribusian sumber daya yang langka tanpa harus bertentangan dengan tujuan makro ekonominya. Kesenjangan dan kemiskinan pada dasarnya muncul karena mekanisme distribusi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masalah ini tidak terjadi karena perbedaan kuat dan lemahnya akal serta fisik manusia sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan perolehan kekayaan karena hal itu adalah fitrah yang pasti terjadi. Permasalahan sesungguhnya terjadi karena penyimpangan distribusi yang secara akumulatif berakibat pada kesenjangan kesempatan memperoleh kekayaan. Yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin semakin tidak memiliki kesempatan bekerja. 79 Sementara itu, Mazhab Baqir berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang tidak merata dan adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah. Yang kuat memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat kaya, sementara yang lemah tidak memiliki akses terhadap sumber daya sehingga menjadi sangat miskin. Karena itu masalah ekonomi 78 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005, h. 25 79 M. Sholahuddin. Asas-asas ekonomi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007. Edisi.I. h.198 46 muncul bukan karena sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia yang tidak terbatas. 80 Tokoh-tokoh mazhab ini selain Muhammad Baqir As-Shadr adalah Abbas Mirakhor, Baqir al-Hasani, Kadim as-Sadr, Iraj Toutounchian, Hedayati, dll. Mazhab Mainstream berbeda pendapat dengan mazhab Baqir Sadr, mazhab kedua ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas. 81 Misalnya, bahwa total permintaan dan penawaran beras diseluruh dunia berada pada titik ekuilibrium. Namun, jika berbicara pada tempat dan waktu tertentu, maka sangat mungkin terjadi kelangkaan sumber daya. Bahkan ini yang seringkali terjadi. Suplai beras di Ethiopia dan Bangladesh misalnya tentu lebih langka dibandingkan di Thailand. Jadi keterbatasan sumber daya memang ada, bahkan diakui pula oleh Islam. Dalil yang dipakai QS. Al- Baqarah 2 : 155 : ☺ ”Dan sungguh akan Kami uji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.” 80 Ibid., h.21-22 81 Adiwarman Karim. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2007, Edisi Ketiga, h.31

47 Sedangkan keinginan manusia yang tidak terbatas dianggap sebagai hal yang alamiah. Dalilnya QS. At-Takaatsur 102 : 1-5 ☺ ⌧⌧ ☺ “ Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke liang kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu.” Dan sabda Nabi Muhammad Saw, bahwa manusia tidak akan pernah puas. Bila diberikan emas satu lembah, ia akan meminta emas dua lembah. Bila diberikan dua lembah, ia akan meminta tiga lembah dan seterusnya sampai ia masuk kubur. Tokoh-tokoh mazhab ini diantaranya M. Umer Chapra, M.A Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, dll. Mayoritas bekerja di Islamic Development Bank IDB. Mazhab Alternatif-Kritis berpendapat bahwa analisis kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga terhadap ekonomi Islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa Islam pasti benar, tetapi ekonomi Islami belum tentu benar karena ekonomi Islami adalah hasil tafsiran manusia atas Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan teori yang diajukan oleh ekonomi Islami harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional. 82 Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran seorang Ketua Jurusan Ekonomi di University of Southern California, Jomo K.S, Yale, Cambridge, Harvard, Malaya, Muhammad Arif, dll. 82 Jomo K.S, Islamic Economic Alternatives, Critical Perspectives and New Directions, Kuala Lumpur : Ikraq, 1993.