Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Deli Serdang
Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan
Perkembangan Anak Usia Prasekolah di TK Kasih Ibu
PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah
Deli Serdang
Sri Ulina Purba
101121096
Skripsi
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
(2)
(3)
Judul :Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Nama Mahasiswa : Sri Ulina Purba
NIM : 101121096
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Perkembangan adalah kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan anak.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah dan hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan deskriptif korelasi dengan uji korelasi pearson product moment. Sampel dalam penelitian ini diambil dari ibu yang memiliki anak usia prasekolah sebanyak 31 responden dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden (87%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain dan (87%) responden memiliki anak prasekolah dengan gambaran perkembangan yang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif (p=0,29132043, r=0,539741077). Sehingga disimpulkan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan tetap memiliki anak prasekolah dengan perkembangan yang baik.
(4)
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada pihak – pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, Mkes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, selaku dosen pembimbing Skripsi.
3. Ir. M. Simarmata, selaku Kepala Dinas Tanaman PTPN IV AFD 8-9 Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
4. Ibu Asni Br Saragih, selaku Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
5. Bapak Ruslan Ginting, selaku Kepala Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
6. Bapak Achmad Fathi, S.Kep, MNS selaku dosen penguji I yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
(5)
7. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
8. Kedua orang tua peneliti, terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan ayahanda dan ibunda, setiap tetesan keringat telah menjadikan motivasi dan dorongan yang kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, serta sentuhan kasih sayang dan doa menjadi inspirasi yang mampu memberikan goresan-goresan indah disetiap ananda melangkah.
9. Terima kasih kepada abang dan kakak saya atas support dan semangat yang selalu diberikan.
10. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman Fkep ’10 Ekstensi Sore atas dukungan dan motivasi yang diberikan. Semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan meraih kesuksesan.
Kiranya Allah SWT yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Medan, Februari 2012 Peneliti
(6)
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan………... ii
Abstrak... iii
Prakata... iv
Daftar isi... vi
Daftar Tabel... ix
Bab 1. Pendahuluan... 1
1. Latar Belakang... 1
2. Perumusan Masalah... 4
3. Tujuan Penelitian... 5
4. Manfaat Penelitian... 5
Bab 2. Tinjauan Teoritis... 7
1. Pengetahuan... 7
1.1 Defenisi Pengetahuan... 7
1.2 Proses memperoleh pengetahuan... 7
1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif... 9
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan... 12
2. Ibu... 13
3. Manfaat Bermain... 14
4. Perkembangan anak usia prasekolah... 20
4.1 Tumbuh kembang anak prasekolah... 21
(7)
4.3 Perkembangan Intelegensi... 23
4.4Perkembangan bahasa... 23
Bab 3. Kerangka Konseptual... 25
1. Kerangka konsep... 25
2. Definisi operasional... 26
Bab 4. Metodologi Penelitian... 28
1. Desain penelitian... 28
2. Populasi, sampel penelitian dan teknik Sampling... 28
2.1 Populasi... 28
2.2 Sampel penelitian... 28
2.3Teknik sampling... 29
3. Lokasi dan waktu penelitian... 29
4. Pertimbangan etik... 29
5. Instrumen penelitian dan pangukuran validitas-reabilitas... 30
5.1 Instrumen penelitian... 30
5.2Pengukuran validitas-realibitas... 32
6. Pengumpulan data... 34
7. Analisa data... 36
Bab 5 Hasil dan Pembahasan... 39
(8)
1.1 Karakteristik responden... 39
1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain.... 40
1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah... 41
1.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah 42
2. Pembahasan... 43
2.1 Karakteristik Demografi Responden... 43
2.2 Pengetahuan Ibu Tentang Mnafaat Bermain... 46
2.3 Perkembangan Anak Prasekolah... 48
2.4 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak UsiaPrasekolah 51 Bab 6 Kesimpulan Dan Saran... 54
1. Kesimpulan... 54
2. Saran... 55
Daftar Pustaka... 57 Lampiran-lampiran
1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Hasil uji Reabilitas 4. Hasil Penelitian 5. Riwayat Hidup
(9)
DAFTAR TABEL
1. Tabel Definisi Operasional... 26 2. Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu yang
Memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV
AFD 8-9 Desa Bangun Purba... 38 3. Tabel 2. distribusi frekuensi tingkat pengetahun ibu tentang
manfaat bermain... 46 4. Tabel 3. Distribusi frekuensiperkembangan anak usia prasekolah
di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 52 5. Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
tentang manfaat bermain denganperkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011... 53
(10)
Judul :Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Nama Mahasiswa : Sri Ulina Purba
NIM : 101121096
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011
Abstrak
Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Perkembangan adalah kemampuan (skill) yang diperoleh dari kematangan sistem saraf pusat, khususnya otak. Perkembangan ini berkaitan erat dengan kecerdasan dan bertambahnya keterampilan anak.Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah dan hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2011 di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi dan deskriptif korelasi dengan uji korelasi pearson product moment. Sampel dalam penelitian ini diambil dari ibu yang memiliki anak usia prasekolah sebanyak 31 responden dengan menggunakan tehnik total sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengah responden (87%) memiliki gambaran pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain dan (87%) responden memiliki anak prasekolah dengan gambaran perkembangan yang baik. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif (p=0,29132043, r=0,539741077). Sehingga disimpulkan adanya hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
Untuk itu disarankan pada perawat agar dapat meningkatkan penyuluhan tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah agar ibu dapat meningkatkan pengetahuan dan tetap memiliki anak prasekolah dengan perkembangan yang baik.
(11)
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Bermain bagi seorang anak sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell & Glaser, 1995 dalam Supartini, 2004). Papalia (1995) mengatakan bahwa anak berkembang dengan cara bermain. Dunia anak-anak adalah dunia bermain. Dengan bermain anak-anak menggunakan otot tubuhnya, menstimulasi indra-indra tubuhnya, mengeksplorasi dunia sekitarnya, menemukan seperti apa lingkungan yang ia tinggal dan menemukan seperti apa mereka sendiri. Dengan bermain, anak-anak menemukan dan mempelajari hal-hal atau keahlian baru dan belajar (learn) kapan harus menggunakan keahlian tersebut, serta memuaskan apa yang menjadi kebutuhannya (need). Lewat bermain, fisik anak akan terlatih, kemampuan kognitif dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain akan berkembang (Prabowo, 2008).
Melalui bermain anak dapat mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai sumber stress. Dengan bermain anak dapat belajar mengungkapkan isi hati melalui kata-kata, anak belajar dan mampu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, objek bermain, waktu, ruang dan waktu (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
(12)
Banyak ditemukan anak pada masa tumbuh kembang mengalami perlambatan. Yang seharusnya masa tersebut merupakan masa bermain yang diharapkan menumbuhkan kematangan dalam pertumbuhan dan perkembangan karena masa tersebut tidak digunakan sebaik mungkin maka tentu akhirnya akan mengganggu tumbuh kembang anak. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pemenuhan kebutuhan akibat kurangnya perhatian keluarga terhadap kebutuhan main anak (Hidayat, 2005).
Beberapa kritikan dari para ahli pendidikan tentang kurangnya waktu bagi anak untuk bersosialisasi dan mengembangkan hobby atau bakatnya (termasuk bermain) karena sebagian besar waktu terpakai untuk kegiatan-kegiatan belajar demi mengejar prestasi akademik disekolah sudah sangat sering kita dengar. Sekolah-sekolah untuk anak-anak bahkan ada yang sudah dimulai dari anak umur 1,5 tahun (walaupun sekolah usia ini tentunya belum mulai belajar). Banyak TK yang menekankan kurikulumnya untuk mengajar anak membaca, menulis dan berhitung, bukan lagi sekedar untuk bermain-main. Pulang sekolah anak masih harus mengikuti bermacam-macam les, misalnya kumon, sempoa, menggambar, balet, piano, dll. Selain untuk sekolah dan les, anak-anak juga masih perlu waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah (pr), mandi, makan, dan istirahat (tidur). Lalu kesempatan anak untuk bermain dapat berkurang bahkan tidak ada sama sekali (Prabowo, 2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Widayanti tentang tingkat pengetahuan ibu terhadap konsep bermain pada anak usia 1-3 tahun (toddler) diDesa Siraman
(13)
Kesamben Blitar (2004). Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa rata-rata tingkat pengetahuan ibu dikategorikan baik dengan prosentase 78,33%.
Penelitian Khoirun Nisak (2005) tentang gambaran pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan kreativitas bermain pada anak prasekolah. Hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa gambaran pengetahuan ibu dalam mencipkan suasana bermain untuk meningkatkan perkembangan kreativitas anak dikatakan baik.
Penelitian yang dilakukan oleh laili, Suzana, dan Rizki (2004) menunjukkan hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain pada anak prasekolah dikategorikan cukup. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajriananda (2008), dimana penelitian ini dilakukan dibeberapa lembaga pendidikan anak prasekolah di 5 kota besar di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Makasar) menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang manfaat menstimulasi perkembangan anak dengan bermain edukatif masih dikatakan kurang (42%). Dengan kata lain orang tua kurang mengetahui besarnya manfaat bermain terhadap stimulasi perkembangan anak (Darsana, 2009).
Pada saat pertama kali melakukan survey di Desa Bangun Purba Tengah dimana anak prasekolah didesa tersebut berjumlah 32 orang, peneliti kerap sekali mendapati ibu yang tidak begitu memperhatikan anak saat bermain. Hal ini sering dihubungkan dengan alasan kesibukan orang tua akan tugas masing-masing. Banyak anak yang setelah pulang dari sekolahnya, langsung beranjak pergi
(14)
dengan teman-temannya untuk bermain tanpa adanya pangawasan dari orang tua. Hal ini dapat menyebabkan anak memilih permainan yang tidak sesuai dengan usianya sehingga kerap sekali mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak juga anak yang langsung disibukkan dengan les tambahan sehingga dapat mengganggu waktu bermain untuk anak itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
2.1 Bagaimana pengetahuan ibu terhadap manfaat bermain?
2.2 Bagaimana perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah?
2.3 Sejauh mana hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah?
3. Tujuan Penelitian
(15)
4.2 Untuk mengetahui bagaimana perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah.
4.3 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah.
4. Manfaat Penelitian
5.1 Bagi pelayanan keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi perawat, khususnya perawat anak agar dapat memberikan terapi bermain yang efektif dan efisien, memberikan informasi yang adekuat dan akurat mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
5.2 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sumber informasi terutama keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
(16)
5.3 Bagi Peneliti
Untuk mengembangkan pengetahuan peneliti dan dapat memberikan informasi bagi penelitian yang akan datang mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah. 5.4 Bagi Ibu
Sebagai informasi bagi ibu mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
5.5 Bagi Lokasi Penelitian
Sebagai sumber informasi bagi Taman Kanak-kanak Kasih Ibu di PTPN IV APD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 Khususnya mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah.
(17)
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengetahuan
1.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah hasil melihat, mendengar, merasa, dan berfikir yang menjadi dasar untuk bersikap dan bertindak. Pengetahuan yang terkandung dalam ilmu di nilai sebagai pengetahuan yang benar untuk menjawab suatu masalah (Sibagariang, Julianie, Rismalinda, Nurzannah, 2010).
1.2 Proses memperoleh pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu cara tradisional dan cara modern (ilmiah).
a. Cara tradisional atau non ilmiah
(18)
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memcahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain, dan apabial kemungkinan tidak berhasil pula dicoba kemungkinan yang lain pula sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut coba-salah (trial and error).
2) Cara kekuasaan (Otoriter)
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun nonformal, ahli agama, pemegang pemerintahan, ahli ilmu pengetahuan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Cara ini dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Apabila dengan cara yang digunakan tersebut orang dapat memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan masalah lain yang sama, orang dapat pula menggunakan cara tersebut. Tetapi bila ia gagal, ia tidak dapat mengulangi cara itu dan berusaha untuk mencari jawaban yang lain, sehingga dapat berhasil memecahkannya.
4) Melalui jalan pikiran
Yaitu dengan menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan. Penalaran dengan menggunakan jalan pikiran ada 2 (dua)
(19)
yaitu dengan cara induksi dan deduksi. Penalaran Induktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berfikir untuk menarik kesimpulan umum dari sesuatu yang bersifat khusus atau individual. Penalaran deduktif, yaitu penalaran yang berdasar atas cara berpikir yang menarik kesimpulan yang khusus dari sesuatu yang bersifat umum.
b. Cara modern atau cara ilmiah
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research methodology). Metode ilmiah adalah upaya memecahkan masalah melalui berfikir rasional dan berfikir empiris dan merupakan prosedur untuk mendapatkan ilmu.
Metode ilmiah pada dasarnya menggabungkan berfikir rasional dengan berfikir empiris, artinya pertanyaan yang dirumuskan disatu pihak dapat diterima oleh akal sehat dan dipihak lain dapat dibuktikan melalui data dan fakta secara empiris (Setiadi, 2007).
1.3 Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan: a) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tengkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu ynag spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
(20)
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa ynag dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
b) Memahami (Conprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan dalam penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cyslel) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
(21)
d) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat maringkaskan, dapat menyesuiakan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menaggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
(22)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas (Notoatmodjo, 2003).
1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian suatu bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku. Pada umumnya pendidikan mempertinggi inteligensi seseorang.
b) Usia
Usia sangat mempengaruhi perkembangan seseorang dalam memahami sesuatu. Menurut beberapa penelitian pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan pertambahan usia.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dilihat atau didengar seseorang yang menjadi acuan. Semakin banyak pengalaman seseorang,
(23)
maka semakin banyak usaha seseorang untuk mengatasi suatu masalah. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
d) Sumber Informasi
Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk dan mempunyai nilai nyata.
e) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luas yang mempengaruhi perkembangan manusia. Menurut berbagai penelitian lingkungan akan membentuk pribadi seseorang. Lingkungan yang menyediakan banyak sumber informasi akan menambah pengetahuan seseorang.
2. Ibu
Usia pra-sekolah merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter, moral dan kepribadian seorang anak Peran ibu dalam perkembangan moral anak tidak bisa diabaikan, sebab ibu adalah orang pertama yang paling dekat dengan anak, juga ikatan batin antara ibu dan anak sudah ada sebelum anak itu lahir. Itulah sebabnya seorang ibu sangat perlu membimbing dan mendidik anaknya untuk mengendalikan tingkah laku melalui pendidikan yang tentunya sudah dimulai sejak usia dini didalam keluarga (Indayani, 2007).
(24)
Pengetahuan dan peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelebihan proses perkembangan anaknya dan sedini mungkin memberikan stimulasi pada tumbuh kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Orang tua harus memahami tahap-tahap perkembangan anak agar anak bisa tumbuh kembang secara optimal yaitu dengan memberi anak stimulasi. Orang tua juga jangan terlalu overprotektif terhadap anak tetapi selalu memberi anak penghargaan berupa pujian, belaian, pelukan dan sebagainya.
3. Manfaat Bermain
Adapun manfaat bermain tarhadap anak diantaranya:
3.1Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
3.2Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri
3.3Melatih mental anak
3.4Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak
3.5Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
3.6Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
3.7Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
3.8Standar moral
(25)
3.1 Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa permainan sangat penting dalam perkembangan anak. Ketika bermain, mereka akan menentukan pilihan-pilihan. Mereka harus memilih APA yang hendak dimainkan. Mereka juga memilih DI MANA dan DENGAN SIAPA mereka bermain. Jika hendak mewarnai dan melukis, mereka juga memilih apa yang hendak dilukis dan diwarnai atau apa yang hendak digunakan.
Semua pilihan itu akan membantu terbentuknya gambaran tentang diri mereka dan membuatnya merasa mampu mengendalikan diri. Menentukan pilihan dalam konteks permainan membuat pengalaman memilih itu menjadi mudah dan aman. Aman, karena tidak ada keputusan benar atau salah,
Memotong kertas, mengatur letak, atau mewarnai dapat dilakukan dalam beragam bentuk. Tidak ada batasan yang diikuti. Identitas dan kepercayaan diri dapat berkembang tanpa rasa ketakutan akan kalah atau gagal. Pada saat anak menjadi semakin dewasa dan identitasnya telah terbentuk dengan lebih baik, mereka akan semakin mampu menghadapi tantangan permainan yang terstruktur, bertujuan, dan lebih dibatasi oleh aturan-aturan.
2.2 Menemukan apa yang dapat mereka lakukan daan mengembangkan kepercayaaan diri.
Permainan mendorong berkembangnya keterampilan, fisik, sosial, dan intelektual. Misalnya perkembangan keterampilan sosial dapat terlihat dari
(26)
cara anak mendekati dan bersama dengan orang lain, berkonpromi serta bernegosiasi.
Kemudian selain mengembangkan kekuatan fisik dan koordinasi tubuh, permainan juga dapat membantunya mengembangkan keterampilan memecahkan masalah dan menyusun rencana. Apabila anak mengalami kegagalan dalam melakukan suatu permainan (dimana mereka tahu bahwa hal tersebut tidak akan membawa suatu akibat apapun), hal tersebut justru membantu mereka menghadapi kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat mereka benar-banar harus bertanggung jawab.
Bermain bersama teman-teman yang lain akan memperkenalkan ide, hobby, dan cara berfikir yang berbeda. Bermain juga membantu anak untuk mengembangkan kemampuan dan kesempatan mengeksplorasi pengalaman-pangalaman dan perasaan. Bermain bersama tidak hanya memperkaya pengalaman mereka namun juga memberikan sejumlah besar manfaat yang nantinya akan mereka pergunakan.
Demikian banyak hal yang dapat dikembangkan melalui proses bermain bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua hendaknya tidak bersikap antipati terhadap proses bermain. Sebab dalam proses bermain anak terkandung proses belajar.
2.3 Melatih mental anak.
Ketika bermain anak berimajinasi dan mengeluarkan ide-ide yang tersimpan di dalam dirinya. Anak mengekspresikan pengetahuan yang dia
(27)
miliki tentang dunia sekaligus mendapatkan pengetahuan baru. Semua dilakukan dengan cara yang menggembirakan hatinya. Tidak hanya pengetahuan tentang dunia dalam pikiran anak yang terekspresikan saat bermain, tapi juga hal-hal yang dia rasakan, ketakutan-ketakutan dan kegembiraanya.
Orang tua akan semakin mengenal anak dengan mengamati saat bermain. Bahkan lewat permainan (terutama bermain pura-pura) orang tua juga dapat menemukan kesan-kesan dan harapan anak terhadap orangtua serta keluarganya. Bermain pura-pura juga menggambarkan pemahamannya tentang dunia ia berada (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.4 Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak.
Anak - anak bereksperimen dan mencoba ide mereka dalam bermain melalui setiap media yang mereka miliki, termasuk bahan – bahan mentah, fantasi dan eksplorasi. Kreativitas terkekang oleh tekanan untuk menyamankan; oleh sebab itu usaha keras untuk dapat diterima oleh teman sebaya mungkin merintangi upaya kreatif anak.
Kreativitas terutama merupakan hasil dari aktivitas tunggal, meskipun berfikir kreatif sering kali ditingkatkan dalam kelompok ketika mendengar ide orang lain yang merangsang eksplorasi lanjutan dari idenya sendiri. Ketika anak merasakan kepuasan dari menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda, mereka mentransfer minat kreatif ini ke situasi di luar dunia bermain (Wong, 2009).
(28)
Mengingat bahwa tidak hanya orangtua mengalami stres, anak-anak juga bisa. Stres pada anak daapt disebabkan oleh rutinitas harian yang membosankan. Bermain dapat membantu anak untuk lepas dari stres kehidupan sehari-hari (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.5 Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak.
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, misalnya pada saat anak merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang didunia yang sama. Pada usia prasekolah anak sudah mulai menyadari keberadan teman sebaya, sehingga diharapkan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain (Hidayat, 2008).
Dalam permainan kelompok, anak belajar tentang sosialisasi yang menempati dirinya sebagai makhluk sosial. Anak mempelajari nilai keberhasilan pribadi ketika berhasil memasuki kelompok. Ketika anak memainkan peran “baik” atau “jahat”, hal ini membuatnya kaya pengalaman emosi. Anak akan memhami perasaan yang terkait dari ketakutan dan penolakan dari situasi yang dihadapi (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.6 Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak.
Perkembangan motorik yang dilakukan dengan stimulasi, akan lebih cepat berkembang bila dibandingkan dengan tanpa menggunakan stimulasi. Seperti rangsangan kemampuan menggenggam dan kemampuan ini akan memberikan dasar dalam perkembangan selanjutnya. Rangsangan atau
(29)
stimulasi yang dimaksud tersebut dapat diberikan melalui permainan (Hidayat, 2008).
Permainan akan memberi kesempatan anak untuk belajar untuk menghadapi situasi kehidupan pribadi sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian anak akan berusaha menganalisa dan memahami persoalan yang terdapat dalam setiap permainan (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009). 2.7 Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak.
Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat dipenuhi dengan bermain. Anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi pemimpin tentara saat bermain (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
2.8 Standar moral
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri pada anak, hal ini dapat dijumpai ketika anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya dirumah, disekolah, dan ketika berinteraksi dengan temannya. Disamping itu, ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar (Hidayat, 2008).
2.9 Mengembangkan otak kanan
Bermain memiliki aspek-aspek yang menyenangkan dan membuka kesempatan untuk menguji kemampuan dirinya terhadap dengan teman sebaya serta mengembangkan perasaan realitis akan dirinya. Dengan begitu, bermain memberi kesempatan pada anak untuk mengembangkan otak kanan,
(30)
kemampuan yang mungkin kurang terasah di sekolah maupun rumah (Yuriastien, Prawitasari, Febry, 2009).
4. Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Perkembangan (development) merupakan bertambahnya kemampuan (skill/keterampilan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan fungsi sel atau organ individu (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
Adapun perkembangan anak usia prasekolah antara lain:
4.1 Motorik kasar, motorik halus dan sosial emosional
4.2 Perkembangan Psikososial anak
4.3 Perkembangan Intelegensi
4.4 Perkembangan Bahasa
4.1 Tumbuh kembang anak pra sekolah
Pada usia 5 tahun kemampuan motorik kasar yang dicapai anak antara lain: berjalan mundur sambil berjinjit, sudah dapat menangkap dan melempar bola dengan baik, sudah dapat melompat dengan kaki yang bargantian. Motorik halus yang dicapai anak antara lain: menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu. Dan sosial emosional yang dicapai antara lain: bermain
(31)
sendiri sudah mulai berkurang, sering berkumpul dengan teman sebaya, interaksi sosial selama bermain meningkat, sudah siap untuk menggunakan alat-alat permainan.
4.2Perkembangan psikososial anak
a. Menurut teori Erick Ericson (1963)
Disebut tahap inisiatif versus rasa bersalah (umur 3-6 tahun). Tahap ini anak mulai belajar untuk mmengendalikan diri dan memanipulasi lingkungan, Rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak sudah mulai diikutsertakan sebagai individu atau membantu orang tua dan lingkungan. Suatu contoh, anak ikut serta merapikan tempat tidur, bagi anak wanita bisa membantu ibunya di dapur. Dalam hal ini anak sudan mulai memperluas lingkup pergaulannya. Ia menjadi aktif diluar rumah, kemampuan bahasa semakin meningkat. Hubungan dengan teman sebaya dan saudara cendrung untuk selalu menang sendiri.
Disini peran seorang ayah sudah mulai berjalan, harus ada hubungan yang harmonis antara ayah, ibu dan anak yang tujuan akhirnya adalah untuk memantapkan identitas si anak. Orang tua dapat melatih anak dalam mengintegrasikan peran-peran sosial dan tanggung jawab sosial. Pada tahap ini pula kadang-kadang anak tidak dapat mencapai tujuan atau kegiatan yang lebih disebabkan karena keterbatasan kemampuan anak. Akan tetapi jika ada tuntutan lingkungan semisal dari orangtua sendiri ataupun dari orang lain yang
(32)
terlalu tinggi, maka akan menyebabkan anak akan merasa aktivitasnya/imajinasinya buruk dan pada tahap berikutnya anak akan merasa kecewa dan merasa bersalah (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
b. Menurut teori Sigmund Freud
Menurut Freud perkembangan psikososial pada anak usia prasekolah disebut Fase Phallic (Umur 3-6 tahun). Fase ini anak akan selalu senang jika memegang alat genitalianya. Kecendrungan anak akan dekat dengan orangtua yang berlawanan jenis kelamin dengannnya. Misalnya anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, anak perempuan akan lebih dekat denga ayahnya. Selain itu pula anak mempunyai perasaan persaingan yang ketat denga orang tua yang sesama jenis kelamin. Misalnya, anak laki-laki akan merasa tersaingi oleh ayahnya untuk memperebutkan kasih sayang dari ibunya, sehingga ia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan kasih sayang yang banyak dari ibunya. Demikian pula dengan anak perempuan, dia akan merasa tersaingi oleh ibunya untuk mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, sehingga jangan heran jika anak perempuan sering bergelanyut dipangkuan ayah daripada digendong ibunya. Sifat egosentris yang tinngi pada anak dan interaksi sosial sudah mulai tumbuh.
4.3Perkembangan Intelegensi
Pada anak usia prasekolah disebut Pre operasional (umur 2-6 tahun). Pada tahap ini adanya perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah
(33)
yang semula dari sensoris motorik menjadi Pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menngunakan simbol-simbol dengan menggunakan kata-kata, mengingat masa lalunya, masa sekarang dan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tingkah laku akan mulai berubah dari yang semula sangat egosentris menjadi lebih rasioanal (Riyadi dan Sukarmin, 2009).
4.4Perkembangan bahasa
Pada masa prasekolah perkembangan bahasa dimulai dengan adanya kemampuan menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, serta merespons panggilan orang dan anggota orang dekat (Hidayat, 2008).
(34)
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian tentang hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah adalah sebagai berikut:
Manfaat bermain terhadap anak prasekolah
1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri
2. Menemukan apa yang dapat
mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri
3. Melatih mental anak
4. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak
5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak
6. Melatih motorik dan mengasah daya analisa anak
7. Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak
8. Standar moral
9. Mengembangkan otak kanan
Perkembangan anak usia prasekolah
1. Motorik kasar dan halus 2. Psikososial
3. Intelegensi 4. Bahasa
(35)
2. Definisi operasional
No Variabel Defenisi operasional Alat ukur Hasil ukur skala skor 1 2. Pengetahuan ibu tentang manfaat bermain Perkembangan anak usia prasekolah di TK Kasih Ibu
Pengetahuan ibu tentang manfaat bermain adalah: hasil tahu ibu tentang manfaat bermain, diantaranya
1. Memahami diri sendiri dan mengembangkan
harga diri
2. Menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan
mengembangkan kepercayaan diri 3. Melatih mental
anak 4. Meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak 5. Mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak 6. Melatih motorik
dan mengasah daya analisa anak 7. Penyaluran bagi
kebutuhan dan keinginan anak 8. Standar moral
Mengembangkan otak kanan
Perkembangan anak usia prasekolah adalah perkembangan yang harus dicapai anak usia prasekolah diantaranya
1. Motorik kasar dan
Kuesioner: a.Positif b.Negatif Kuesioner: positif Jika jumlah jawaban benar sebanyak 20%-55%, maka pengetahuan ibu dikatakan kurang Jika jumlah jawaban benar sebanyak 56%-75%, maka pengetahuan ibu dikatakan cukup Jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 76%-100%, maka pengetahuan ibu dikatakan baik Jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 20%-55%, maka perkembangan Ordinal Ordinal Kuesioner: Pertanyaan positif “ya”= 2 “tidak”= 1 Pertanyaan negatif “ya”= 1 “tidak”= 2 Setiap pernyataan mempunyai nilai= 2 Jika jawaban “ya”
(36)
halus 2. Psikososial 3. Intelegensi 4. Bahasa
anak usia prasekolah dikatakan kurang Jika jumlah jawaban yang benar
sebanyak 56%-75%, maka
perkembangan anak usia prasekolah dikatakan cukup Jika jumlah jawaban yang benar
sebanyak 76-100%, maka perkembangan anak usia prasekolah dikatakan baik
nilainya = 2
Jika
jawabannya “tidak”, nilainya= 1
(37)
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
1. Desain penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
2. Populasi, Sample Penelitian dan Teknik Sampling 2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia prasekolah dan sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Jumlah anak prasekolah yang sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman Kanak-Kanak tersebut sebanyak 31 siswa jadi jumlah ibu yang mempunyai anak prasekolah di Taman Kanak tersebut sebanyak 31 orang (Laporan Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang).
2.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini merupakan ibu yang mempunyai anak usia prasekolah dan sedang menjalani pendidikan tingkat kedua di Taman
(38)
Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Adapun jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi yaitu sebanyak 31 orang.
2.3 Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan karena jumlah populasi yang kecil.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih tempat ini karena belum pernah ada penelitian yang dilakukan sebelumnya di Taman Kanak-Kakak tersebut mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah dan Taman Kanak-Kanak tersebut merupakan Taman Kanak-Kanak yang menjadi pilihan banyak ibu di Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai Juli tahun 2011.
4. Pertimbangan Etik
Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian,
(39)
responden diberikan penjelasan mengenai manfaat dan tujuan penelitian, selanjutnya responden diminta menjadi sampel dalam penelitian ini, kemudian responden membaca surat memahami isi surat persetujuan terlebih dahulu sebagai kesediaan menjadi responden. Responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak tanpa adanya sanksi apapun dan tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Responden dilindungi dari semua kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini. Penelitian ini merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi.
5. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-Reabilitas 5.1Instrumen penelitian
Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuisioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada konsep dan tinjaun pustaka. Instrumen terdiri dari 3 bagian, bagian pertama mengenai demografi responden yaitu pendidikan, usia, alamat, pekerjaan, dan sumber informasi yang biasa digunakan. Data demografi responden ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik calon responden dan mendeskripsikan ditribusi frekuensi dan presentase demografi terhadap pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Bagian kedua adalah kuisioner tentang pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Kuesioner ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Kuesioner ini berpedoman pada teori dan tinjuan pustaka dimana berdasarkan teori dan tinjauan pustaka tersebut bermain pada anak
(40)
mempunyai 9 manfaat. Total keseluruhan pertanyaan untuk bagian kedua ini sebanyak 26 pertanyaan. Pertanyaan tersebut terdiri dari pertanyaan positif dan negatif. Pertanyaan positif terdiri dari terdiri dari 13 pertanyaan yang terdapat pada pernyataan nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 15, 17, 19, 21, 23, dan 25 sedangkan pertanyaan negatif terdiri dari 13 pertanyaan yang terdapat pada pernyataan nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24 dan 26. Untuk pernyataan positif skor untuk jawaban “ya”=2 dan “tidak”=1. Untuk pertanyaan negatif skor jawaban “ya”=1 dan “tidak”=2. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal.
Bagian ketiga yaitu mengukur variabel perkembangan anak usia prasekolah diukur dengan menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori dan tinjauan pustaka, yang berisikan tentang poin-poin tugas perkembangan yang seharusnya dimiliki oleh anak usia prasekolah. Poin-poin tugas perkembangan anak tersebut sesuai dengan teori dan tinjuan pustaka dimana tugas perkembangan yang harus dicapai anak usia prasekolah tersebut terdiri dari 6 poin yaitu perkembangan motorik kasar, halus, sosial emosional, psikososial, intelegensi dan bahasa. Peneliti menyediakan pernyataan-pernyataan untuk setiap poin perkembangan. Untuk perkembangan motorik kasar terdapat 3 pernyataan. Untuk perkembangan motorik halus terdapat 4 pernyataan. Untuk perkembangan sosial emosional terdapat 3 pernyataan. Untuk perkembangan psikososial terdapat 6 pernyataan. Perkembangan intelegensi terdapat 2 pernyataan. Sedangkan perkembangan bahasa terdapat 8
(41)
pernyataan. Jadi total pernyataan dalam kuesioner perkembangan anak usia prasekolah adalah sebanyak 26 pernyataan. Pernyataan yang jawabannya “iya”, akan mendapat nilai=2 dan pernyataan yang dijawab “tidak”, akan mendapat niali = 1. Skala pengukuran dengan menggunakan skala ordinal. 5.2 Pengukuran validitas-realibilitas
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan memenuhi dua hal penting yang harus yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran. (1) relevansi isi, yaitu isi instrumen harus disesuaikan dengan tujuan penelitian (tujuan khusus) agar dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada penelitian ini, peneliti telah berusaha menyesuaikan instrumen penelitian dengan tujuan khusus penelitian. 2) Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran, yaitu instrumen yang disusun harus dapat dipertimbangkan kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diberikan. Pada penelitian ini, peneliti mengajukan instrumen penelitian kepada ibu yang benar mempunyai anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV Bangun Purba Tengan Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Uji validitas juga dilakukan oleh peneliti kepada salah satu dosen keperawatan anak di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (USU). Dari hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa kuesioner pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak prasekolah dikatakan valid. Kuesioner tersebut juga telah dikatakan layak untuk dilakukan uji realibilitas.
(42)
Kuesioner penelitian disusun sendiri oleh peneliti sehingga penting dilakukan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan alat ukur dapat mengukur secara konsisten sasaran yang akan diukur. Pengujian reliabilitas kuisioner pangetahuan tentang manfaat bermain dan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan pada 10 orang ibu yang mempunyai anak usia prasekolah di Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang, dengan terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian sebelum dilakukan penyebaran kuesioner penelitian. Realibilitas yang digunakan adalah metode tes ulang (test-retest). Metode tes ulang yaitu kuesioner yang sama diteskan (diujikan) kepada sekelompok responden yang sama sebanyak dua kali. Selang waktu antara tes yang pertama dengan yang kedua, sebaiknya tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat. Selang waktu antara 15-30 hari adalah cukup memenuhi persyaratan. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama dan waktunya berbeda. Patokan kasar dapat ditentukan ukuran indeks reliabilitas sebagai berikut: < 0.59= reliabilitas rendah, 0,60 – 0,89= reliabilitas sedang, 0,90 – 1,00= reliabilitas tinggi.
Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman Brown. Caranya adalah 1. hitung total skor, 2. Hitung korelasi product moment tiap item pertanyaan, 3. Hitung reliabilitas seluruh dengan Spearman Brown, 4. Cari r tabel (tampilan), dengan dk = n – 2, α = 0,05, 5. Analisis keputusan, apabila r11 > r tabel berarti reliabel dan apabila r11 < r tabel tidak reliabel.
(43)
Setelah dilakukan pengujian realibilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown, didapatkan 4 pertanyaan dari kuesiner perkembangan anak prasekolah dikatakan tidak realibel. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu pertanyaan nomor 6, 8, 19 dan 21. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak realibel tersebut dihilangkan dan tidak dibagikan ke responden penelitian. Sehingga jumlah kuesioner perkembangan anak menjadi 26 pertanyaan. Setelah pertanyaan yang tidak realibel tersebut dibuang, maka kuesioner tersebut layak dibagikan ke responden penelitian ini. Agar kuesioner dapat digunakan untuk uji korelasi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah, maka jumlah pertanyaan kedua variabel harus sama sehingga peneliti menambahkan jumlah pertanyaan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain menjadi 26 pertanyaan.
6. Pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan kepada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan penelitian, peneliti memberikan surat izin penelitian kepada kepala Dinas Tanaman PTPN 4 APD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah, kepala sekolah Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan kepala desa Bangun Purba Tengah. Kemudian setelah mendapatkan izin dari Dinas Tanaman, izin tersebut disampaikan langsung kepada kepala sekolah Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan Kepala Desa Bangun Purba Tengah untuk memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan survey awal dan penelitian di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu.
(44)
Setelah memperoleh izin untuk melaksanakan survey awal, peneliti melaksanakan survey awal dengan meminta data siswa tingkat kedua di Taman Kanak-Kanak Kasih Ibu dan peneliti menanyakan kepada kepala sekolah tentang dukungan orangtua siswa dalam bermain sambil belajar disekolah. Peneliti juga menyempatkan diri untuk bertanya kepada salah satu ibu siswa tentang manfaat bermain pada anak dan menanyakan kemampuan anak pada saat ini.
Setelah melaksanakan survey awal dengan data yang memadai peneliti melakukan penelitian di Taman Kanak-Kanak tersebut. Pada awalnya peneliti membagikan kuesioner dengan responden di Taman Kanak-Kanak tersebut ketika responden mengantar dan menunggu anaknya pulang sekolah. Namun ada sebagian ibu yang tidak mengantar anaknya ke sekolah sehingga peneliti harus mendatangi rumah responden tersebut satu persatu. Peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian, cara pengisian kuisioner, dan memperoleh persetujuan dari responden. Setelah mendapatkan persetujuan dari responden peneliti membagikan kuisioner dan mendampingi responden saat mengisi kuisioner tersebut. Peneliti juga memberikan penjelasan kepada responden atas pertanyaan yang tidak dimengerti. Dan peneliti menunggu responden hingga responden selesai menjawab semua pertanyaan.
Dalam pengumpulan data peneliti mengalami kesulitan yaitu keterbatasan waktu, dana, dan tidak semua ibu mau menjadi responden dengan alasan tidak mengerti, takut, sibuk atau juga menambah beban pikiran. Cara peneliti mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan penjelasan yang sederhana namun akurat tentang manfaat penelitian ini bagi pengetahuan ibu dan perkembangan anaknya.
(45)
Peneliti juga berusaha meyakinkan bahwa responden dilindungi dari semua kemungkinan dan berbagai resiko yang timbul akibat penelitian ini dan penelitian ini merahasiakan identitas responden, serta tidak mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi.
7. Analisa data
Setelah semua data terkumpul, untuk pengukuran pengetahuan ibu maka peneliti melakukan analisa melalui beberapa tahap editing, yaitu memeriksa nama dan kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa jawaban diisi sesuai dengan petunjuk. Hal ini sama dilakukan pada pengukuran perkembangan anak usia prasekolah dimana peneliti memeriksa nama dan kelengkapan identitas ibu. Koding yaitu memberikan kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudahkan waktu mengadakan tabulasi dan analisa. Analisa yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dari hasil pengukuran pengetahuan pada ibu dan perkembangan pada anak usia prasekolah. Peneliti menentukan persentase jawaban dari setiap responden. Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan ibu tentang menfaat bermain dan perkembangan anak usia prasekolah.
Kuesioner tingkat pengetahuan memiliki kategori kelas baik, cukup dan kurang. Tingkat pengetahuan ibu dikategorikan kurang, jika jumlah jawaban benar sebanyak 20%-55%, tingkat pengetahuan ibu dikategorikan cukup, jika
(46)
jumlah jawaban benar sebanyak 56%-75%, dan tingkat pengetahuan ibu dikategorikan baik, jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 76%-100%.
Kuesioner perkembangan anak prasekolah juga memiliki kategori kelas baik, cukup dan kurang. Perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan kurang jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 20%-55%, perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan cukup jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 56%-75%, dan perkembangan anak usia prasekolah dikategorikan baik jika jumlah jawaban yang benar sebanyak 76-100%.
Pengukuran hubungan antara pangetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah dilakukan dengan menggunakan Uji korelasi pearson product moment. Hasil uji korelasi ditampilkan dalam tabel hasil uji interpretasi yang terdiri dari nilai r, nilai p, dan arah korelasi. Nilai r menginterpretasikan kekuatan hubungan dimana bila nilai r berada pada rentang 0,000-0,199 maka kekuatan hubungan tersebut dikategorikan sangat lemah, berada pada rentang 0,200-0,399 maka kekuatan hubungan dikatakan lemah, berada pada rentang 0,400-0,599 maka kekuatan hubungan dikategorikan sedang, berada pada rentang 0,600-0,799 maka kekuatan hubungan dikategorikan kuat, dan berada pada rentang 0,800-1,000 maka kekuatan hubungan dikategorikan sangat kuat.
Nilai p menginterpretasikan ada atau tidaknya hubungan yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Jika nilai p<0,05 maka terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di uji dan jika p>0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dua variabel yang di uji.
(47)
Arah korelasi dikatakan positif dan searah apabila nilai r mendekati nilai satu. Semakin besar nilai satu variabel, maka semakin besar pula nilai variabel lainnya. Sedangkan arah korelasi dikatakan negatif dan berlawanan arah apabila nilai r tidak mendekati nilai satu. Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel lainnya. Uji korelasi dengan pearson product moment ini menggunakan program komputerisasi.
(48)
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta pembahasan mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011.
1. HasilPenelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka data hasil penelitian ini akan menguraikan gambaran data demografi 31 responden yang terdiri dari usia, pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi yang didapatkan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, perkembangan anak usia prasekolah serta hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang Tahun 2011.
1.1 Karakteristik responden
Berdasarkan hasil penelitian dari 31 orang ibu yang mempunyai anak prasekolah menunjukkan mayoritas responden sebanyak 12 responden (38,7%) berada pada usia 26-30 tahun, berpendidikan SMA sebanyak 19 responden (61,3%), memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 26 responden (83,8%), dan pada umumnya para ibu tersebut
(49)
memperoleh informasi dari televisi yaitu sebanyak 26 responden (83,8 %) (Tabel 1).
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden ibu yang memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba (N=31).
No Data demografi Frekuensi Persentase
1.
2.
3.
4.
Usia
15-20 tahun
21-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
41-45 tahun Pendidikan SD SMP SMA DIII SI Pekerjaan Karyawan Wiraswasta
IRT (Ibu Rumah Tangga)
Petani Sumber Informasi Televisi Radio Koran/majalah 1 3 12 11 3 1 1 9 19 1 1 1 2 26 2 26 2 3
3,2 9,7 38,7 35,5 9,7 3,2 3,2 29,1 61,3 3,2 3,2 3,2 6,5 83,8 6,5 83,8 6,5 9,7
1.2 Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain
Tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dinilai dari jawaban ibu terhadap kuesioner yang diberikan tentang manfaat bermain. Adapum manfaat bermain diantaranya: memahami diri sendiri dan mengembangkan harga diri, menemukan apa yang dapat mereka lakukan dan mengembangkan kepercayaan diri, melatih mental anak, meningkatkan daya kreativitas dan membebaskan stres anak, mengembangkan pola sosialisasi dan emosi anak,
(50)
melatih motorik dan mengasah daya analisa anak, penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan anak, standar moral, dan mengembangkan otak kanan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap pengetahuan ibu tentang manfaat bermain di desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba maka diperoleh bahwa mayoritas pengetahun ibu di Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba tentang manfaat bermain dikatakan baik yaitu sebanyak 27 responden (87,1%). Sedangkan ibu yang mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang manfaat bermain adalah sebanyak 3 responden (9,7%) dan 1 responden (3,2%) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang manfaat bermain.
Tabel 2 distribusi frekuensi tingkat pengetahun ibu tentang manfaat bermain di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31).
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
Baik 27 87,1
Cukup 3 9,7
Kurang 1 3,2
1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Perkembangan anak usia prasekolah dinilai dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang mengenai perkembangan yang telah dicapai oleh anak tersebut. Adapun perkembangan anak usia prasekolah yang di masukkan ke dalam kuesioner ada 6, yaitu perkembangan motorik kasar, perkembangan motorik halus, perkembangan sosial emosional, perkembangan psikososial, perkembangan intelegensi, dan perkembangan bahasa.
(51)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap tiap-tiap tugas perkembangan anak prasekolah yang tertera diatas, maka diperoleh bahwa mayoritas perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 dikatakan baik yaitu sebanyak 26 anak prasekolah (83,9%). Sedangkan anak prasekolah yang mengalami perkembangan yang cukup baik adalah sebanyak 4 anak prasekolah (12,9%) dan 1 anak prasekolah (3,2%) mengalami perkembangan yang kurang baik.
Tabel 3. Distribusi frekuensi perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 (N=31).
Perkembangan anak prasekolah frekuensi Persentase (%)
Baik 26 83,9
Cukup 4 12,9
Baik 1 3,2
1.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat Bermain Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah
Uji korelasi yang digunakan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif antara (p=0,001, r=0,540). Dengan demikian disimpulkan
(52)
bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, maka perkembangan anak dari ibu tersebut semakin positif.
Tabel 4. Hasil uji korelasi hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011
Variabel 1 Variabel 2 Nilai r Nilai p Keterangan Tingkat
pengetahuan
ibu tentang manfaat
bermain
Perkembangan anak usia prasekolah
0,540 0,001 adanya
hubungan
sedang dan bermakna
dengan arah korelasi positif
2. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka pembahasan ini akan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah adalah sebagai berikut.
2.1 Karekteristik Demografi Responden
Hasil penelitian menunjukkan usia ibu mayoritas 26-30 tahun yaitu sebanyak 12 responden (38,7 %) dan minoritas ibu berusia 15-20 tahun dan 41-45 tahun yaitu sebanyak 1 responden (3,2 %). Hal ini menunjukkan bahwa usia ibu mempengaruhi terhadap pengetahuan ibu. Menurut Notoatmodjo (2003), usia merupakan salah satu variabel dari model demografi yang di gunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator pengetahuan yang berbeda. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.
(53)
Usia yang di anggap optimal dalam memahami, mengambil keputusan dan kecepatan respon maksimal di atas usia 20 tahun, karena pada periode ini merupakan penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan sosial baru seperti peran suami/istri, orang tua, dan pada masa ini, sedangkan usia di bawah atau kurang dari 20 tahun cenderung dapat mendorong terjadinya kebimbangan dalam memahami dan mengambil keputusan. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada seseorang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya (Elizabeth, 1980 dalam Hakim, 2008).
Usia 26 – 39 tahun menunjukkan suatu usia yang produktif dimana ibu selalu bisa memenuhi kebutuhan bermain pada anak dengan daya kreatifitasnya. Menurut Pieter (2011) usia dewasa dini (earlyadulthood) yaitu usia 21- 35 tahun. Usia ini merupakan usia yang disebut sebagai masa produktif dan kreatif. Masa produktif merupakan suatu periode dimana mereka mulai menjadi orang tua. Masa ini juga disebut sebagai masa kreatif. Periode dewasa dini selalu dianggap sebagai era kreatifitas yang paling berkembang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan yang paling banyak adalah SMA sebanyak 19 responden (61,3%) dan dari 31 responden hanya sedikit ibu yang berpendidikan SD yaitu sebanyak 1 responden (3,2%), DIII sebanyak 1 responden (3,2%) dan SI juga dikatakan sedikit yaitu 1 responden (3,2%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik walaupun mayoritas responden hanya
(54)
berpendidikan SMA. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempertinggi intelegensi seseorang. Peneliti berasumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan tidak menjamin seseorang untuk berfikir logis dan memahami sumber informasi yang diperolehnya. Ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki tingkat pengetahuan baik tentang manfaat bermain.
Mayoritas pekerjaan ibu di Desa Bangun Purba Tengah adalah ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 26 responden (83,8%). Sedangkan minoritas pekerjaan responden adalah karyawan yaitu sebanyak 1 responden (3,2%) dan hasil yang dicapai adalah pengetahuan ibu yang baik tentang menfaat bermain. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Bio-Medical Library di Universitas Minnesota pada tahun 2001, menunjukkan bahwa anak-anak dari ibu yang bekerja di luar rumah selama 30 jam atau lebih dalam seminggu mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Penelitian yang diterbitkan di Boston Globe pada bulan Juli 2002, juga menunjukkan hasil yang sama bahwa anak-anak yang ibunya bekerja sebelum mereka berusia 9 bulan, memiliki kemampuan mental dan verbal yang lebih rendah di usia 3 tahun dibanding anak yang ibunya tinggal di rumah dan mengasuh langsung anak-anaknya (Kurniawan, 2010)
Mayoritas sumber informasi yang di peroleh oleh ibu adalah televisi yaitu sebanyak 26 responden (83,8%) sedangkan responden yang menggunakan sumber informasi radio hanya sebanyak 2 responden (6,5 %). Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan juga dipengaruhi oleh sumber
(55)
informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu media massa yang merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh sumber untuk mengirim pesan kepada penerima pesan (Anwar, 2002 dalam kutipan Hakim, 2008). Media massa berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lain-lain. Peneliti berasumsi bahwa semakin banyak sumber informasi yang digunakan maka semakin banyak wawasan yang di dapatkan oleh ibu terutama tentang manfaat bermain terhadap perkembangan anak.
Peneliti juga berasumsi bahwa media televisi dapat mempengaruhi pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Sesuai dengan sebuah teori tentang kemampuan manusia dalam penerimaan pesan menyebutkan bahwa apabila sebuah pesan diterima hanya dengan perangkat audio atau indera pendengaran semata, maka kemampuan daya tangkapnya adalah 15 %. Sedangkan jika dengan audio-visual maka kemampuan daya tangkapnya sebesar 55%, dan akan meningkat hingga 95% jika selain audio-visual juga melibatkan emosional (Yunus, 2007).
2.2Pengetahuan Ibu tentang Manfat Bermain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden (87,1 %) dan minoritas responden memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 1 responden (3,2%). Hal ini menunjukkan hampir keseluruhan ibu di Desa Bangun Purba Tengah dan memiliki anak prasekolah di Taman-taman Kanak-kanak, memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain terhadap perkembangan anak mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mayoritas responden
(56)
merupakan ibu rumah tangga (IRT) jadi mempunyai waktu luang yang cukup untuk mengamati dan memahami manfaat bermain tersebut bagi anak mereka serta menemani anak bermain.
Ibu mengenal anak lebih baik daripada orang lain. Mereka mampu memberi anak perhatian langsung serta mampu memilih saat yang tepat untuk memuji dan membimbingnya. Karena inilah ibu harus memiliki kesempatan untuk menemani dan membimbing anak bermain agar ibu dapat memperhatikan manfaat bermain terhadap anak. Seorang ibu diharapkan dapat menerima keadaan yang sedikit berantakan namun tidak mengesampingkan prestasi anak, mempunyai keyakinan akan kemampuan anak-anaknya, membiarkan anak-anak bermain jika mereka menikmatinya, memberikan dukungan dan arahan tanpa ikut campur dan menunjukkan kreativitas dan fleksibitas yang dimiliki ibu (Einon, 2005).
Sesuai dengan pendapat Prasetyono (2007) yang menyatakan bahwa terkadang ibu kurang mempercayai kemampuan anaknya mengingat kecerdasannya yang masih terbatas ini. Jika saja ibu mau dan bersedia percaya akan kemampuan anak yang akan terlihat saat anak bermain maka ini sangat penting bagi perkembangan si anak. Pada seorang ibu yang sudah mencoba menggunakan prinsip-prinsip belajar semasa kecil dengan gembira (bermain). Maka ibu tidak hanya mengetahui manfaat bermain terhadap perkembangan anaknya tetapi juga terhadap hubungan yang lebih erat antara ibu dan anaknya.
(57)
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pandapat yang dikemukakan oleh Febry, Prawitasari dan Yuriastien (2009) yang menyatakan bahwa pada umumnya orang tua cemas bila si anak terlalu banyak bermain. Mereka khawatir anaknya tidak mau belajar atau tidak berprestasi disekolah. Lebih ekstrem lagi, takut masa depan anaknya suram. Sebab, orang tua merasa anaknya terlalu banyak bermain. Padahal justru melalui bermain anak akan belajar banyak hal. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan anak tersebut.
Prabowo (2008) juga menambahkan bahwa orang tua sekarang ini sangat ambisius terhadap anak-anaknya, mereka ingin anaknya sepintar mungkin dan diwujudkan dengan mengikutkan anak pada berbagai les untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolah anak disekolahnya. Hal tersebut memang tidak salah, namun kebutuhan anak untuk bermain hendaknya jangan diabaikan karena bermain adalah hal yang penting bagi perkembangan fisik dan mental anak.
2.3 Perkembangan Anak Prasekolah
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa mayoritas anak prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 memiliki perkembangan yang baik. Lebih dari jumlah seluruh anak prasekolah memiliki perkembangan yang baik yaitu sebanyak 26 anak dari responden (83,9%) dan minoritas anak prasekolah memiliki perkembangan yang kurang yaitu sebanyak 1 anak dari responden (3,2%). Penulis berasumsi bahwa hasil ini berhubungan dengan mayoritas ibu yang merupakan ibu rumah tangga (IRT).
(58)
Einon (2005) mengatakan bahwa mainan, buku, atau lingkungan fisik bukanlah hal yang paling penting bagi anak. Hal yang paling berharga adalah lingkungan sosialnya. Ibu bisa saja memenuhi rumah dengan mainan dan mengisi harinya dengan berbagai aktivitas. Namun bila ibu tidak terlibat dalam kegiatan si anak, maka sedikit sekali manfaat yang akan didapat. Harus diingat bahwa perkembangan kreativitas yang bersifat membangun adalah bagaimana interaksi dalam keluarga dan bagaimana anak membangun kepercayaan dirinya, bukan pada banyaknya mainan mahal di lemari. Ibu bisa saja memenuhi rumah dengan mainan dan mengisi harinya dengan berbagai aktivitas. Namun, bila anak tidak terlibat dalam kegiatan si anak, maka sedikit manfaat yang akan didapat.
Febry, Prawitasari, dan Yuriestien (2009) menyatakan dengan pendapat mereka bahwa perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi dengan orang tua. Tanpa disertai suasana hangat penuh kasih sayang yang mendasari terjalinnya hubungan batin dan kedekatan emosi antara orang tua dan si kecil, proses tumbuh kembang tidak akan berjalan optimal.
Interaksi antara anak dan orang tua, terutama peranan ibu sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses perkembangan anaknya sedini mungkin dan memberikan stimulus pada tumbuh kembang anak yang
(59)
menyeluruh dalam aspek fisik, mental dan sosial (Hurlock, 1999 dalam Hakim, 2003).
Darsana (2009) juga menambahkan peran dan kehadiran orang tua sangat dibutuhkan pada masa awal-awal tumbuh kembang anak, mengingat sebagian besar waktu anak dihabiskan dilingkungan rumah. Tumbuh kembang anak tidak mengenal waktu, senantiasa membutuhkan stimulus, respon, dan arahan setiap waktu. Hal ini juga ditambahkan oleh Mutiah (2010) yang mengatakan bahwa peran aktif ibu terhadap perkembangan anak-anaknya sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia lima tahun (batita).
Selain itu, penulis juga berasumsi bahwa hasil penelitian ini juga berhubungan dengan tingkat pengetahuan ibu yang dikatakan baik. Namun akan memungkinkan perkembangan anak akan terganggu jika ibu tidak mengetahui manfaat bermain terhadap anak. Menurut Gunarsa (2003), permainan pada masa anak dapat menyalurkan perasaan-perasaan yang disembunyikan, dan dimana ada perasaan persaingan, misalnya permainan pertandingan. Permainan dengan peraturan-peraturan tertentu yang harus dipenuhi dan permainan sederhana seperti ludo. Permainan juga memberikan suatu kesenangan di samping banyaknya aturan yang harus diingat. Melalui permainan, anak diperkenalkan pada lingkungan sosial yang baru. Anak akan belajar berkenalan dengan “social control” yang dilakukan bersama pengawasan pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan-peraturan. Anak akan lebih mengerti dan menerima tentang kekalahan ataupun kemenangan. Namun
(60)
jika seorang ibu tidak mengerti tentang manfaat bermain terhadap perkembangan anak maka ibu akan cendrung untuk tidak mendukung si anak bermain dan dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan mental dan sosial anak tersebut.
2.4 Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Manfaat Bermain dengan Perkembangan Anak Prasekolah
Hasil analisa statistik pearson product moment dalam penelitian ini menunjukkan adanya hubungan sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif antara (p=0,001, r=0,540). Hipotesa alternatif (Ha) dalam penelitian ini diterima. Dimana ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah. Dengan demikian disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, maka perkembangan anak dari ibu tersebut semakin positif. Sebaliknya, semakin rendah pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, maka perkembangan anak dari ibu tersebut semakin negatif atau rendah.
Sesuai dengan pendapat Mutiah (2010) bermain pada awalnya belum mendapat perhatian khusus karena kurangnya pengetahuan tentang psikologi bermain pada anak dan kurangnya perhatian terhadap perkembangan anak. Perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kecerdasan seseorang, maka taraf kecerdasan seseorang anak akan mempengaruhi kegiatan bermainnya. Artinya bila anak mempunyai taraf perkembangan kecerdasan di
(61)
bawah rata-rata, kegiatan bermain mengalami keterbelakangan dibandingkan anak lain yang seusia.
Pengetahuan ibu merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Hal untuk mendukung tumbuh kembang anak melalui bermain adalah ibu di tuntut untuk memiliki pengetahuan tentang aktivitas bermain yang sesuai dengan usia dan tumbuh kembang anak (Hakim, 2008).
Pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dapat dilihat dari tanggapan ibu tentang bermain. Bila tanggapan ibu tersebut baik, maka ibu akan mendukung anaknya bermain untuk meningkatkan perkembangan anaknya. Febry, Prawitasari, dan Yuriestien (2009) juga menambahkan bahwa keberatan ibu terhadap aktivitas bermain anak akan menghambat perkembangan anak khususnya kemampuan kreativitas untuk mengenal diri dan lingkungan hidupnya. Bermain merupakan salah satu stimulus (perangsang) dari lingkungan yang dapat membantu memaksimalkan tumbuh kembang dan kecerdasan anak. Melalui bermain, anak dapat mengoptimalkan semua kemampuannya. Tentu saja, ibu punya peran penting dalam memilihkan kegiatan bermain yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dan pastilah hal ini membutuhkan pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain tersebut.
Ibu sangat penting mengetahui manfaat stimulasi bermain agar dapat berperan dalam perkembangan anaknya. Kurniasih (2008) dalam menambahkan bahwa untuk menjadikan anak cerdas, faktor stimulus menjadi
(62)
sangat penting, baik yang berkaitan dengan fisik maupun mental/emosional anak. Orang tua dapat memberikan stimulasi sejak buah hatinya masih dalam kandungan, saat lahir, sampai dia tumbuh besar. Tentu saja dengan intensitas dan bentuk stimulasi yang berbeda-beda pada setiap tahap perkembangannya.
Mulawi (2007) juga menegaskan dalam pendapatnya bahwa pemberian stimulasi yang teratur dan terus menerus akan menciptakan anak yang cerdas, bertumbuh kembang dengan optimal, mandiri serta memiliki emosi yang stabil dan mudah beradaptasi, melalui stimulasi anak dapat mencapai perkembangan optimal pada penglihatan, pendengaran, perkembangan bahasa, sosial, kognitif, gerak kasar, gerak halus, keseimbangan, koordinasi dan kemandirian. Peran seorang ibu/orang tua dalam pemberian stimulasi pada anaknya sangat besar, karena itu diperlukan pemahaman yang besar mengenai bermain.
Seorang ibu harus memahami manfaat bermain terhadap perkembangan anak karena ibu lah orang pertama yang memberikan pandidikan dan memahami, serta berperan dalam perkembangan anak prasekolah, salah satunya adalah berperan dalam kegiatan bermain anak. Salah satu ciri kegiatan bermain adalah mempunyai kualitas pura-pura. Ciri ini merupakan ciri khas yang menjadi indikasi paling kuat bahwa seseorang anak usia prasekolah sedang melakukan kegiatan bermain. Permainan dan bermain bagi anak juga mempunyai beberapa fungsi dalam proses tumbuh kembang anak. Fungsi bermain terhadap sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot-ototnya dan energi yang ada (Mutiah, 2010).
(63)
Bab 6
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang Tahun 2011 dapat disimpulkan bahwa:
1.1Ibu yang memiliki anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang tahun 2011 memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak sebanyak 27 responden (87,1%) dari 31 responden, memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang manfaat bermain adalah sebanyak 3 responden (9,7%) dari 31 responden dan 1 responden (3,2%) memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang manfaat bermain dari 31 responden.
1.2Anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang tahun 2011 memiliki perkembangan baik yaitu sebanyak 26 anak prasekolah (83,9%). Sedangkan anak prasekolah yang mengalami perkembangan yang cukup baik adalah sebanyak 4 anak prasekolah (12,9%) dan 1 anak prasekolah (3,2%) mengalami perkembangan yang kurang baik.
(64)
1.3Pengetahuan ibu tentang manfaat bermain memiliki hubungan yang sedang dan bermakna dengan arah korelasi positif terhadap perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang tahun 2011. Dengan kata lain terdapat hubungan antara pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang tahun 2011.
1.4Semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat bermain, maka perkembangan anak dari ibu tersebut akan semakin baik pula.
2. Saran
Melihat hubungan antara pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang tahun 2011, peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
2.1Bagi Ibu
Pengetahuan ibu tentang manfaat bermain memiliki hubungan yang positif dengan perkembangan anak usia prasekolah. Maka dari itu diharapkan kepada ibu di PTPN IV AFD 8-9 Desa Bangun Purba Tengah Kec. Bangun Purba Kab. Deli Serdang untuk tetap memperhatikan dan mendukung anak prasekolah untuk bermain khususnya bermain yang bersifat edukatif.
(65)
2.2Bagi Tempat Penelitian
Pengetahuan ibu tentang manfaat bermain memiliki hubungan yang positif dengan perkembangan anak usia prasekolah di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu. Oleh karena itu diharapkan kepada staf pengajar di Taman Kanak-kanak Kasih Ibu untuk memfasilitasi anak prasekolah untuk bermain agar anak prasekolah tetap mendapatkan perkembangan yang baik sesuai dengan tugas perkembagannya masing-masing.
2.3Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih menggunakan referensi yang lebih banyak dan menggunakan SPSS dalam pengolahan data.
2.4Bagi Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya yang bekerja di pelayanan masyarakat harus tetap efektif dan aktif dalam memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang manfaat bermain yang memiliki hubungan yang positif dengan perkembangan anak usia prasekolah.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Darsana wayan. (2009). Tingkat pengetahuan ibu tentang permainan edukatif pada anak pra sekolah. Diambil pada tanggal 24 maret 2009 dari
Dedeh Kurniasih. (2008). Hubungan Pengetahuan Orang Tua dengan Minat
Orang Tua dalam Memberikan Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 4-5 Tahun di TK.Diambil pada Januari 2011 dari
Einon Dorothy, Dr. (2005). Permainan Cerdas untuk Anak Usia 2-6 Tahun, Jakarta: Erlangga.
Gunarsa, Ny. Singgih D. (2003). Psikologi Untuk Keluarga, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Gupte Suraj. (2004). Panduan perawatan anak, Jakarta: Sterling Publishers.
Hakim Lukman. (2008). Bermain Usia Prasekolah. Diambil tanggal, 25 April 2008 dari
Harjaningrum, et al. (2007). Peranan orang tua dan praktisi dalam membantu tumbuh kembang anak berbakat melalui pemahaman teori dan tren pendidikan, Jakarta: Prenada.
Hidayat Aziz Alimul, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Jakarta: Salemba Medika
Hidayat Aziz Alimul,A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan 1, Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat Aziz Alimul,A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan, Jakarta: Salemba Medika.
Indayani. (2007). Peran ibu dalam perkembangan moral anak usia prasekolah. Diakses pada tanggal 29 agustus 2007 dari
(67)
Kurniawan Bayu. (2010). Psikologi Anak : Dampak Ibu Bekerja Bagi Anak. Diambil tanggal,02 Desember 2010 dari
Machfoedz Ircham, MS. (2009). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, Yogyakarta: Fitramaya.
Mulawi. (2007). Perilaku Anak ditentukan Oleh Peran Ibu. Diambil tanggal 15 November 2007 dari
Mutiah Diana. (2010). Psikologi Bermain Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Notoatmojo Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Prilaku Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
Pieter Herri zan, S.Psi dan Lubis Namora Lumonga, M.Sc. (2011). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Prabowo Ari. (2008). Bermain Dan Bernyayi. Diakses pada tanggal 05 April 2008
dari
Prasetyono Dwi Sunar. (2007). BermainSambil Belajar, Jogjakarta: Think.
Rahayuwati Laili, Mediani Henny Suzana, dan Muliani Rizki. (2004). Hubungan antara pengetahuan ibu tentang manfaat bermain dengan prilaku ibu dalam memberikan aktivitas bermain pada anak usia balita (1-5 tahun) di RW 06 kelurahan Cibeusi Jatinagor, Bandung: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran.
Riyadi Sujono dan Sukarmin. (2009). Asuhan keperawatan pada anak, Yogyakarta: Graha ilmu.
Rizki. (2008). Yang terpenting proses bukan hasil. Diambil tanggal 27 Maret 2008 dari
(68)
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sibagariang Eva, Elliya, Julianie, Rismalinda, dan Nurjannah Siti. (2010). Buku Saku Metodologi Penelitian, Jakarta: TIM.
Supartini Yupi. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak, Jakarta: EGC Tiw. (2011). Sistem pendidikan nasional picu kekerasan pada anak-anak. Diambil
tanggal 3 Februari 2011 dari
Widayanti Ririn. (2004). Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Konsep Bermain pada Anak Usia 1-3 Tahun (toddler) di desa siraman RT 04 RW 02 Kesamben Blitar. Diambil tanggal 29 Desember 2004 dari
Wong, Donna L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Jakarta: EGC.
Yunus, Muhammadiyah. (2007). Jangan Terhipnotis Televisi. Makassar: CV. Heksa Utama.
Yuriastien Effiana, Prawitasari Daisy, dan Febry Ayu Wulan. (2009). Games therapy untuk KecerdasanBayi dan Balita, Jakarta: WahyuMedia.
(1)
Correlations
Tingkat Pengetahuan Ibu Perkembangan Anak Prasekolah Tingkat Pengetahuan Ibu Pearson
Correlation
1 .540
Sig. (1-tailed)
.001
N 31 31
Perkembangan Anak Prasekolah
Pearson Correlation
.540 1
Sig. (1-tailed)
.001
(2)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
(3)
(4)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
(5)
(6)
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Sri Ulina Purba
Tempat Tanggal Lahir : Bangun Purba Tengah, 12 Juli 1989 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Dusun IV Desa Bangun Purba Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang.
Riwayat Pendidikan
1. TK Kasih Ibu PTPN IV Bangun Purba : Tahun 1993 – 1995 2. SD Negeri Bangun Purba Tengah : Tahun 1995 - 2001 3. SMP Negeri 1 Bangun Purba : Tahun 2001 – 2004 4. SMA Negeri 1 Bangun Purba : Tahun 2004 – 2007 5. D III Keperawatan Medistra : Tahun 2007 – 2010 6. S 1 Keperawatan ekstensi USU : Tahun 2010 – 2011
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara