informasi. Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu media massa yang merupakan salah satu perantara yang digunakan oleh sumber untuk
mengirim pesan kepada penerima pesan Anwar, 2002 dalam kutipan Hakim, 2008. Media massa berupa televisi, radio, koran, tabloid dan lain-lain. Peneliti
berasumsi bahwa semakin banyak sumber informasi yang digunakan maka semakin banyak wawasan yang di dapatkan oleh ibu terutama tentang manfaat
bermain terhadap perkembangan anak. Peneliti juga berasumsi bahwa media televisi dapat mempengaruhi
pengetahuan ibu tentang manfaat bermain. Sesuai dengan sebuah teori tentang kemampuan manusia dalam penerimaan pesan menyebutkan bahwa apabila
sebuah pesan diterima hanya dengan perangkat audio atau indera pendengaran semata, maka kemampuan daya tangkapnya adalah 15 . Sedangkan jika
dengan audio-visual maka kemampuan daya tangkapnya sebesar 55, dan akan meningkat hingga 95 jika selain audio-visual juga melibatkan
emosional Yunus, 2007.
2.2 Pengetahuan Ibu tentang Manfat Bermain
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 27 responden 87,1 dan minoritas
responden memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 1 responden 3,2. Hal ini menunjukkan hampir keseluruhan ibu di Desa Bangun Purba Tengah
dan memiliki anak prasekolah di Taman-taman Kanak-kanak, memiliki pengetahuan yang baik tentang manfaat bermain terhadap perkembangan anak
mereka. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mayoritas responden
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
merupakan ibu rumah tangga IRT jadi mempunyai waktu luang yang cukup untuk mengamati dan memahami manfaat bermain tersebut bagi anak mereka
serta menemani anak bermain. Ibu mengenal anak lebih baik daripada orang lain. Mereka mampu
memberi anak perhatian langsung serta mampu memilih saat yang tepat untuk memuji dan membimbingnya. Karena inilah ibu harus memiliki kesempatan
untuk menemani dan membimbing anak bermain agar ibu dapat memperhatikan manfaat bermain terhadap anak. Seorang ibu diharapkan dapat
menerima keadaan yang sedikit berantakan namun tidak mengesampingkan prestasi anak, mempunyai keyakinan akan kemampuan anak-anaknya,
membiarkan anak-anak bermain jika mereka menikmatinya, memberikan dukungan dan arahan tanpa ikut campur dan menunjukkan kreativitas dan
fleksibitas yang dimiliki ibu Einon, 2005. Sesuai dengan pendapat Prasetyono 2007 yang menyatakan bahwa
terkadang ibu kurang mempercayai kemampuan anaknya mengingat kecerdasannya yang masih terbatas ini. Jika saja ibu mau dan bersedia percaya
akan kemampuan anak yang akan terlihat saat anak bermain maka ini sangat penting bagi perkembangan si anak. Pada seorang ibu yang sudah mencoba
menggunakan prinsip-prinsip belajar semasa kecil dengan gembira bermain. Maka ibu tidak hanya mengetahui manfaat bermain terhadap perkembangan
anaknya tetapi juga terhadap hubungan yang lebih erat antara ibu dan anaknya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pandapat yang dikemukakan oleh Febry, Prawitasari dan Yuriastien 2009 yang menyatakan bahwa pada
umumnya orang tua cemas bila si anak terlalu banyak bermain. Mereka khawatir anaknya tidak mau belajar atau tidak berprestasi disekolah. Lebih
ekstrem lagi, takut masa depan anaknya suram. Sebab, orang tua merasa anaknya terlalu banyak bermain. Padahal justru melalui bermain anak akan
belajar banyak hal. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan anak tersebut.
Prabowo 2008 juga menambahkan bahwa orang tua sekarang ini sangat ambisius terhadap anak-anaknya, mereka ingin anaknya sepintar mungkin dan
diwujudkan dengan mengikutkan anak pada berbagai les untuk menambah pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolah anak disekolahnya. Hal
tersebut memang tidak salah, namun kebutuhan anak untuk bermain hendaknya jangan diabaikan karena bermain adalah hal yang penting bagi perkembangan
fisik dan mental anak.
2.3 Perkembangan Anak Prasekolah