unsur-unsur cerita
yang lengkap,
menyajikan masalah-masalah
kemasyarakatan yang luas dengan bahasa sehari-hari yang sederhana dan yang paling umum digunakan dalam masyarakat Jawa. Gaya penulisannya
sederhana, bernarasi Jawa yang akrab, mudah dicerna dengan kritik-kritik yang segera mengajak pembaca membuat perenungan yang sebenarnya
memiliki kandungan makna dan filosofi kehidupan. Selain budaya pewayangan yang banyak diekspos dalam novel Para Priyayi, Umar Kayam
juga menghadirkan nilai-nilai kehidupan sosial para tokoh yang sangat mencerminkan masyarakat sosial pada umumnya.
B. Novel
1. Pengertian Novel
Karya sastra merupakan sarana pendidikan yang memiliki bermacam- macam bentuk, seperti puisi, cerpen, novel, dan lain-lain. Dalam hal ini,
penulis memfokuskan pada salah satu karya sastra, yaitu novel.
Kata novel berasal dari kata Latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies
yang berarti “baru”. Dikatakan baru karena bila dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain.
8
Kata “novel” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti karangan prosa yang panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang-orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
9
Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.
10
8
Henry Guntur Tarigan, Prinsip-prinsip Dasar sastra, Bandung: Angkasa, 2001, h. 167.
9
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 969.
10
E. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, Bandung: Yrama Widya, 2012, Cet. I, h. 60.
Novel merupakan suatu karya fiksi, yaitu karya dalam bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa rekaan.
Sebuah novel bisa saja memuat tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa nyata, tetapi pemuatan tersebut biasanya hanya berfungsi sebagai bumbu belaka dan
mereka dimasukkan dalam rangkaian cerita yang bersifat rekaan atau dengan detail rekaan. Walaupun peristiwa dan tokoh-tokohnya bersifat rekaan,
mereka memiliki kemiripan dengan kehidupan sebenarnya. Mereka merupakan “cerminan kehidupan nyata”.
11
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa novel merupakan karya fiksi yang berbentuk karangan prosa, tetapi tidak terlalu panjang yang
mengisahkan atau menceritakan para tokoh dengan masing-masing watak dan
masalah atau peristiwa yang merupakan cerminan nyata dalam kehidupan.
Menurut Sumarjo, novel adalah produk masyarakat. Novel berada di masyarakat karena novel dibentuk oleh anggota masyarakat berdasarkan
desakan-desakan emosional dan rasional dalam masyarakat. Menurut Faruk, novel adalah cerita tentang suatu pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai
yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero problematik dalam suatu dunia yang juga terdegradasi. Jadi, jelas bahwa kesusastraan dapat dipelajari dari
disiplin ilmu sosial juga.
12
Menurut Selden, novel menurut pandangannya adalah cerminan realitas, tidak hanya melukiskan wajah wajah yang tampak pada permukaan,
tetapi memberikan kepada kita “sebuah pencerminan realitas yang lebih benar, lebih lengkap, lebih hidup, lebih dinamik”. Sebuah novel mungkin
membawa pemba ca “ke arah suatu pandangan yang lebih konkret kepada
realitas.
13
11
Furqonul Aziez dan Abdul Hasim, Menganalisis Fiksi Sebuah Pengantar, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, Cet. I, h. 2.
12
Wijaya Heru Santosa dan Sri Wahyuningtyas, Pengantar Apresiasi prosa, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010, h. 47.
13
Nani Tuloli, Kajian Sastra, Gorontalo: BMT “Nurul jannah”, 2000, h. 62.
Maka dapat disimpulkan pula bahwa novel adalah cerita rekaan yang menyajikan aspek kehidupan itu sendiri yang sebagian besar merupakan
kenyataan sosial dan ada yang meniru atau subjektivitas manusia.
2. Unsur Novel
Pada umumnya, para ahli membagi unsur novel menjadi unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Pembagian tersebut dimaksudkan untuk
mengkaji novel atau karya sastra pada umumnya.
a. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik yaitu unsur pembangun di luar karya sastra. Unsur ini mempengaruhi cara penyusunan cerita dalam sebuah karya
satra. Selain itu, juga membantu dalam penafsiran suatu karya, sehingga mendapatkan hasil yang akurat.
Unsur ekstrinsik terdiri dari unsur-unsur di luar karya. Unsur yang dimaksud antara lain biografi pengarang, buah pemikiran
pengarang, serta latar sosial-budaya yang menunjang kehadiran teks sastra. Pemahaman unsur-unsur tersebut menunjukkan bahwa karya
sastra tidak lahir dari kekosongan budaya. Misalnya, faktor sosio- ekonomi, faktor kebudayaan, faktor sosio-politik, keagamaan, dan tata
nilai yang dianut masyarakat. Unsur ekstrinsik tidak dibahas dalam penelitian ini. Akan
tetapi, dapat dilihat pada BAB III.
b. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Unsur intrinsik sebuah
novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta dalam
membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel terwujud.
14
Unsur pembangun dari dalam karya ini terdiri dari beberapa unsur. Unsur yang dimaksud adalah tema, tokoh dan penokohan, alur,
sudut pandang, latar, gaya bahasa, dan amanat. Unsur ini akan dianalisis dalam novel saat kita membacanya.
Berikut adalah unsur-unsur intrinsik yang akan dianalisis lebih mendalam dalam novel Para Priyayi. Pembahasan dan analisis
tersebut terdapat pada BAB IV.
1 Tema
Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita.
15
Tema sebuah cerita bersifat individual sekaligus universal. Tema memberi kekuatan
dan menegaskan kebersatuan kejadian-kejadian yang sedang diceritakan sekaligus mengisahkan kehidupan dalam konteksnya yang
paling umum. Apa pun nilai yang terkandung di dalamnya, keberadaan tema menjadi salah satu bagian penting yang tidak terpisahkan dengan
kenyataan cerita.
16
Menurut Hartoko dan Rahmanto dalam Nurgiyantoro, tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau
perbedaan-perbedaan.
17
Dengan demikian, tema merupakan elemen yang relevan dengan setiap peristiwa dan detail sebuah cerita. Dalam
menentukan sebuah tema harus membaca secara mendalam dan menelusuri seluruh isi cerita, sehingga menghasilkan “benang merah”
yang menjadi gagasan terbangunnya sebuah cerita.
14
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajan Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000, h. 23.
15
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, Jakarta: Grasindo, 2008, h. 161.
16
Robert Stanton, Teori Fiksi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cet. I, h. 7.
17
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajan Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000, h. 68.