Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
masyarakat. Pada umumnya, novel menceritakan tentang kehidupan manusia dan lingkungannya dengan berbagai macam konflik yang ada di dalamnya.
Horatius menyatakan bahwa fungsi sastra hendaknya memuat dulce indah dan utile berguna. Ungkapan ini menunjukkan fungsi karya sastra
tidak hanya sekedar untuk menghibur, tetapi juga mengajarkan sesuatu atau hal yang berguna. Karya sastra yang baik adalah karya yang dapat bermanfaat
bagi pembaca, dengan kata lain pembaca mampu mengambil pelajaran dan mampu memberikan makna terhadap karya sastra yang dibacanya.
Fungsi karya sastra fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca
disamping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Daya
tarik cerita inilah yang pertama-tama akan memotivasi orang-orang yang membacanya. Hal itu dikarenakan pada dasarnya setiap orang senang cerita,
apalagi yang sensasional, baik yang diperoleh dengan cara melihat maupun mendengarkan. Melalui cerita itulah pembaca secara tak langsung dapat
belajar, merasakan, dan menghayati berbagai permasalahan kehidupan yang sengaja ditawarkan pengarang. Hal itu disebabkan, cerita fiksi tersebut akan
mendorong pembaca untuk ikut merenungkan masalah hidup dan kehidupan. Oleh karena itu, cerita fiksi atau kesastraan pada umumnya sering dianggap
dapat membuat manusia lebih arif, atau dapat dikatakan sebagai “memanusiakan manusia”.
1
Novel merupakan sebuah cerminan dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam suatu masyarakat. Novel Para Priyayi merupakan novel yang
mengandung nilai-nilai sosial yang berhasil menggambarkan keadaan sosial pada masa itu. Novel ini menceritakan perkembangan tiga generasi tiga
zaman. Berawal dari seorang petani kecil yang tinggal di Wanagalih bernama
1
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajan Fiksi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000, h. 3-4.
Soedarsono yang pada akhirnya berhasil menjadi seorang priyayi. Kemudian permasalah-permasalahan sosial muncul pada generasi-generasi penerusnya
keluarga Soedarsono, yaitu Hardojo dan Harimurti. Peristiwa yang dikisahkan dalam novel ini adalah masa prakemerdekaan sampai
pascakemerdekaan yang di dalamnya terdapat masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
Novel Para Priyayi yang ditulis oleh Umar Kayam di New Haven pada tahun 1991. Melalui novel ini Umar Kayam sebagai penulis ingin
menyampaikan idealismenya mengenai kepriyayian, karena selama ini stereotip priyayi selalu erat dengan orang-orang birokrat yang menggunakan
statusnya untuk menguasai orang lain, berjiwa anti-sosial dan arogan. Kemampuan Umar Kayam dalam mendeskripsikan kehidupan priyayi di
dalam novel tersebut memang tampaknya tidak lepas dari pengalaman yang didapatnya semasa kecil sebagai anak priyayi. Dalam novel ini, Umar Kayam
menggambarkan perjuangan seorang petani kecil yang ingin menaikkan status sosialnya menjadi seorang priyayi melalui pendidikan. Hampir seluruh cerita
dikisahkan menjadi citraan sosial pada masa itu. Oleh karena itu, hampir setiap bagian dalam novel mengungkapkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan
bermasyarakat. Sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat.
2
Melalui sastra, terutama novel kita dapat mengerti lebih banyak mengenai kehidupan manusia. Suatu
karya sastra dapat memperkaya wawasan pembaca dengan berbagai sudut pandang, seperti psikologi, sejarah, sosial, politik, dan antropologi. Ketika
membaca novel Para Priyayi karya Umar Kayam, pembaca akan merasakan bahwa novel ini sarat dengan unsur-unsur sosiologi karena latar sosial
masyarakat Jawa yang sangat ditonjolkan. Selain itu, Para Priyayi sangat mendidik dan bagus untuk dijadikan bahan pembelajaran bagi siswa, karena
2
Rene Wellek Austin Warren, Teori Kesusastraan Terjemahan dari Theory of Literature oleh Melani Budianta, Jakarta: Gramedia, 1989, h. 110.
dapat dijadikan sebagai sarana pendukung untuk memperkaya bacaan para siswa.
Pembelajaran sastra di sekolah dapat memberikan keseimbangan pada pengembangan kepribadian dan kecerdasan peserta didik. Pembelajaran sastra
akan memberikan keseimbangan antara spiritual, emosional, etika, logika, estetika, dan kinestetika. Oleh karena itu, pembelajaran sastra tidak hanya
berkaitan dengan estetika dan etika. Pembelajaran sastra sangat strategis digunakan untuk mengembangkan kompetensi atau kecerdasan spiritual,
emosional; bahasa, atau untuk mengembangkan intelektual, dan kinestetika. Sehubungan dengan pernyataan di atas, peneliti tertarik mengkaji
“Nilai Sosial dalam Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam dan Implikasinya pada
Pembelajaran Sastra di Sekolah”. Suatu hal yang menarik untuk mampu memahami peranan priyayi dalam kehidupan masyarakat Jawa
yang dijabarkan dalam novel Para Priyayi. Menarik untuk diteliti karena di dalamnya menceritakan realita kehidupan tokoh-tokohnya mengenai
kehidupan keluarga besar priyayi Jawa dan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Perjuangan hidup untuk membangun satu generasi priyayi yang
berasal dari seorang petani kecil di Wanagalih. Tentunya perjuangan hidup yang sangat baik untuk diteladani. Hal ini akan dicapai melalui analisis
sosiologi karya sastra. Kemudian dari isi cerita novel akan dicari dan dianalasis makna nilai sosial yang terkandung di dalamnya yang nantinya
dapat dijadikan materi pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.