yang seharusnya sudah mengalami musim penghujan, ternyata masih jarang turun hujan dan suhu yang panas, begitu juga sebaliknya. Perubahan cuaca yang
mengancam kesehatan ternak adalah ketika musim penghujan, suhu menjadi sangat dingin, tetapi ketika musim panas, suhu menjadi sangat tinggi. Selain itu,
perubahan suhu juga sering terjadi ketika siang atau sore hari sering turun hujan, suhu akan menjadi dingin, namun pada malam harinya suhu menjadi panas.
Perubahan cuaca dan suhu yang ekstrim inilah yang membuat sapi mengalami stress dan akhirnya jatuh sakit.
5.4.5 Analisis Matriks Posisi Kompetitif Relatif
Hasil analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan peternakan sapi perah di daerah penelitian
menunjukkan nilai IFAS sebesar 2,73. Dan nilai EFAS sebesar 1,98. Berdasarkan teori SWOT maka nilai tersebut menempatkan usaha peternakan sapi perah yang
tergabung di Koperasi Mahesa berada di posisi Grey area bidang kuat –
terancam, yang artinya apabila berada pada posisi ini, maka usaha tersebut cukup kuat dan memiliki kompetensi untuk mengerjakannya, namun peluang pasar
sangat mengancam. Keadaan ini tampaknya sesuai dengan kondisi peternakan yang tergabung di Koperasi Mahesa. Walaupun peternak tidak banyak mengetahui
tentang manajemen pemeliharaan ternak yang baik, namun keadaan di sekitar peternakan masih dapat membantu menguatkan usaha peternakan tersebut,
misalnya terdapat pakan dan air yang mencukupi, jadi peternak tidak pernah kesulitan dalam pemberian air dan pakan. Selain itu juga terdapat dokter hewan
dan mantri yang siap menangani inseminasi buatan dan juga membantu dalam pengobatan apabila terdapat sapi yang sakit. Sarana dan prasarana juga
mendukung keberlanjutan usaha peternakan tersebut. Permintaan pasar sebenarnya cukup tinggi, karena semakin banyak
masyarakat yang mengonsumsi susu sapi. Namun tingginya permintaan pasar tersebut juga diimbangi dengan bertambahnya peternakan sapi perah. Jadi terdapat
persaingan yang cukup ketat dengan peternak sapi lainnya yang menjualkan susu sapinya ke konsumen langsung. Hal itulah yang menyebabkan peternak yang
tergabung di Koperasi Mahesa tidak banyak menjualkan susu sapinya ke konsumen luas. Jadi mereka lebih banyak menyetorkan hasil susu sapinya ke
Koperasi Mahesa untuk dikirim ke Nestle. Padahal, jika dilihat dari keuntungannya, laba yang diperoleh peternak jauh lebih tinggi jika dijual ke
konsumen langsung, karena harga jualnya lebih tinggi daripada harga jual di Nestle. Tapi apabila peternak terlalu banyak menjual ke konsumen daripada
menyetorkan ke Koperasi Mahesa, peternak juga terancam dikeluarkan dari keanggotaan, dan Koperasi Mahesa juga terancam tidak dapat melanjutkan
kembali kerja sama dengan Perusahaan Susu Nestle. Hasil analisis tersebut dapat dikompilasikan ke dalam matriks kompetitif
relatif berikut ini
: 2,73
2 4
EFAS
2
1,98
IFAS
Gambar 5.1 Matriks Kompetitif Relatif Usaha Peternakan Sapi Perah pada Koperasi Mahesa
5.4.6 Matriks Internal Eksternal