Berikut ini adalah hasil skor faktor-faktor strategis internal IFAS dan faktor-faktor strategis eksternal EFAS dari 20 peternak yang tergabung dalam
Koperasi Mahesa :
Tabel 5.13 Tabel Skoring IFAS dan EFAS Faktor Internal IFAS
Total Rata-rata
Kekuatan 36,33
1,82 Kelemahan
18,33 0,92
54,66 2,73
Faktor Eksternal EFAS Total
Rata-rata
Peluang 24,15
1,21 Ancaman
15,48 0,77
39,63 1,98
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2014 Lampiran 38
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa total faktor kekuatan dari 20 peternak pada Koperasi Mahesa adalah 36,33 dengan rata-rata 1,82.
Sedangkan pada faktor kelemahan, total skor adalah 18,33 dengan rata-rata 0,92. Jadi total faktor strategis internal IFAS dari 20 peternak pada Koperasi Mahesa
adalah 54,66 dengan rata-rata 2,73. Pada faktor peluang, total skor adalah 24,15 dengan rata-rata 1,21. Sedangkan pada faktor ancaman, total skor adalah 15,48
dengan rata-rata 0,77. Jadi, total faktor strategis eksternal EFAS dari 20 peternak pada Koperasi Mahesa adalah 39,63 dengan rata-rata 1,98. Pada analisis
berikutnya, hasil skor IFAS dan EFAS yang digunakan adalah 2,73 pada IFAS dan 1,98 pada EFAS.
5.4.1 Aspek Pemasaran
1. Terdapat Pembeli Tetap Nestle S1
Sejak berdirinya koperasi Mahesa yang berperan sebagai pengepul susu dari seluruh peternakan sapi perah yang bergabung, koperasi ini telah menjalin
kerja sama dengan PT. Nestle Indonesia, Kejayan Factory, atau yang biasa dikenal dengan perusahaan susu Nestle. Perusahaan susu Nestle ini merupakan salah satu
perusahaan susu besar dan terkenal di Indonesia. Perusahaan ini juga sudah bekerja sama dengan banyak koperasi dan lembaga lain yang juga berperan
sebagai pengepul susu sapi. Walaupun harga yang diterima tidak lebih tinggi daripada harga jual ke konsumen secara langsung, tapi setidaknya peternak
mempunyai penerimaan tetap setiap harinya tanpa mengkhawatirkan proses pemasaran untuk menjual susu hasil peternakannya.
2. Daya awet susu rendah sehingga butuh waktu yang cepat untuk menjual hasil
susu sapinya W4 Daya awet susu sapi yang rendah ini menjadi suatu faktor yang paling
lemah dalam suatu usaha sapi perah. Susu sapi yang telah diperah harus segera disetor ke tempat penampung susu terdekat, dimana di tempat tersebut terdapat
mesin pendingin susu cooler yang berfungsi untuk menampung susu dari semua peternak agar susu tetap segar sampai susu tersebut dikirim ke Perusahaan Susu
Nestle. Susu sapi hanya dapat bertahan hanya dalam waktu 3 sampai 4 jam saja. Jadi, jika peternak ingin menjual ke konsumen langsung, peternak harus menjual
setelah susu diperah, demi kualitas dan rasa yang lebih baik.
3. Permintaan Hasil Olahan Susu Cukup Tinggi O1
Masyarakat Indonesia banyak yang mengonsumsi susu, baik susu bubuk, susu cair, maupun produk-produk olahan susu lainnya. Permintaan konsumen
untuk produk susu sampai saat ini cukup tinggi. Terbukti dengan banyaknya perusahaan susu yang berdiri dengan memproduksi berbagai macam susu dan
produknya banyak yang laku di pasaran. Begitu juga dengan Perusahaan Susu Nestle yang bekerja sama dengan Koperasi Mahesa ini. Perusahaan tersebut
bekerja sama dengan banyak koperasi dan lembaga lainnya yang berperan sebagai pengepul susu. Hal itu menunjukkan bahwa perusahaan tersebut membutuhkan
banyak bahan baku berupa susu untuk memenuhi permintaan konsumen.
4. Masyarakat Umum Masih Banyak yang Berminat Mengonsumsi Susu Segar
O2 Produk susu sudah banyak beredar di pasaran. Tapi ternyata masih cukup
banyak konsumen yang mengonsumsi susu sapi segar yang baru saja diperah. Walaupun peternak sapi perah lebih fokus penjualannya pada Perusahaan Susu
Nestle, tapi beberapa di antara mereka masih ada yang menjual susu tersebut ke konsumen secara langsung. Proses penjualannya tidak dikemas dengan plastik
seperti susu sapi perah kemasan lainnya, tetapi konsumen mendatangi peternak dengan membawa tempat susu sendiri, baik berupa dirigen yang khusus untuk
menampung susu yang dibeli, maupun botol minuman plastik. Sistem penjualannya adalah konsumen mendatangi peternak sebelum menyetorkan susu
tersebut ke tempat penampungan susu, baik pada pagi ataupun sore hari. Susu sapi yang masih tersisa itulah yang nantinya disetorkan ke tempat penampungan susu.
Biasanya tetangga sekitar yang menjadi konsumen susu tersebut, jadi konsumen mengetahui waktu peternak memerah dan menyetorkan susu ke tempat
penampungan susu. Susu yang dibeli konsumen langsung ke peternakan sapi perah tersebut, selain untuk dikonsumsi sendiri, juga dikonsumsi oleh kambing
etawa yang diternakkan di dekat peternakan sapi perah, yaitu di Desa Sabrang.
5. Impor Produk Susu yang Mengancam Pembelian Produk Susu Dalam Negeri
T4 Ancaman dari susu sapi adalah adanya produk susu dari luar negeri yang
masuk ke Indonesia atau produk susu impor. Adanya produk susu impor dapat membuat permintaan susu terhadap produk susu dalam negeri menjadi turun. Jika
permintaan produk susu dalam negeri turun, maka permintaan terhadap bahan baku utama yaitu berupa susu sapi akan turun juga. Hal ini lah yang dapat
mengancam kelanjutan usaha susu sapi.
5.4.2 Aspek Budidaya