berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada pada posisi yang tidak aman. Kenyataannya, perusahaan seperti itu mungkin harus berusaha
bertahan hidup, bergabung, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan, atau memilih likuidasi David, 2006.
Tabel 2.3 Matriks SWOT
IFAS EFAS
Strenghts S
Menentukan 5 – 10 faktor –faktor kekuatan internal
Weakness W
Menentukan 5 – 10 faktor kelemahan internal
Opportunities O
Menentukan 5 – 10 faktor peluang
eksternal
Strategi SO
Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang
Strategi WO
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk memanfaatkan peluang
Threats T
Menentukan 5 – 10 faktor
ancaman eksternal
Strategi ST
Menciptakan strategi
yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman
Strategi WT
Menciptakan strategi
yang meminimalkan kelemahan dan
menghindari ancaman Sumber : Rangkuti, 2002.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pertanian adalah sektor terpenting dalam kelangsungan hidup manusia, karena produk yang dihasilkan oleh sektor pertanian adalah bahan pangan yang
sangat dibutuhkan oleh manusia. Pertanian itu sendiri terbagi menjadi beberapa sub sektor, yaitu pertanian dalam arti sempit, peternakan, perikanan, kehutanan,
dan perkebunan. Dalam pembangunan perekonomian di nasional di Indonesia, sektor pertanian merupakan salah satu sektor terpenting yang harus selalu
ditingkatkan karena produk yang dihasilkan dari pertanian itu menjadi tolak ukur kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.
Peternakan adalah suatu kegiatan usaha membudidayakan hewan ternak untuk diambil manfaatnya untuk dapat dikonsumsi masyarakat luas sebagai
bahan makanan dan bahan minuman. Karena itulah sub sektor peternakan yang merupakan salah satu dari sub sector pertanian juga harus ditingkatkan
produksinya. Masyarakat Indonesia sekarang ini banyak yang menyadari bahwa kebutuhan untuk memperbaiki gizi penting bagi kesehatan terutama kebutuhan
makanan atau minuman yang mengandung protein. Salah satu kebutuhan tersebut
adalah susu yang dihasilkan oleh hewan ternak, salah satunya adalah sapi perah. Penyediaan dari susu itu sendiri harus diperhatikan, karena semakin banyak
permintaan susu saat ini. Karena itulah usaha peternakan sapi perah juga harus ditingkatkan.
Di Kabupaten Jember, terdapat banyak peternakan yang tersebar di beberapa kecamatan. Lebih dari 1000 ekor sapi telah diternakkan dalam
peteranakan besar perusahaan peternakan dan peternakan kecil. Susu sapi yang merupakan hasil dari peternakan tersebut beberapa di antaranya ada yang di jual
langsung ke konsumen, ada juga yang dikirim ke Perusahaan Nestle yang telah bekerja sama dengan peternakannya.
Peternakan-peternakan sapi perah yang telah berdiri tersebut rata-rata tidak berdiri sendiri untuk menjual dan memasarkan hasil ternak mereka. Rata-rata
mereka bergabung antara satu peternakan dengan peternakan lainnya. Peternakan yang bergabung tersebut dikelola dalam suatu lembaga ataupun perusahaan. Di
Jember, terdapat 2 koperasi susu sapi perah yang anggotanya terdiri dari gabungan beberapa peternak di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember. Salah satu
koperasi yang mengelola peternakan sapi perah adalah Koperasi Mahesa. Koperasi ini berperan sebagai pengepul susu dari 22 peternakan yang telah
bergabung di dalamnya. Dari 22 peternakan tersebut, terdapat 3 tempat penampungan susu yang tersebar di 3 wilayah, yaitu di Desa Blater Kecamatan
Tempurejo, Desa Sabrang Kecamatan Ambulu, dan di Desa Jubung Kecamatan Sukorambi.
Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana kesesuaian agroekologi peternakan sapi perah tersebut. Hal ini dikarenakan peternakan-peternakan yang
tergabung dalam koperasi tersebut tersebar di 3 kecamatan, dimana daerah tersebut mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda, seperti perbedaan iklim,
penyakit, pengembangbiakkan, pemberian makanan, dan pengelolaan. Menurut Wiliamson Payne 1993, iklim mempunyai pengaruh terhadap penyediaan
makanan, terjadinya penyakit pada sapi, dan terhadap pengangkutan dan peyimpanan susu dan produk susu. Peternakan sapi perah mempunyai standart
khusus untuk menentukan bagaimana syarat mendirikan tempat untuk digunakan sebagai peternakan sapi perah dengan menyesuaikan kondisi lingkungan.
Misalnya, suhu rata-rata per tahun pada permukaan laut adalah 26,7
o
C, lalu 23,3
o
C, pada ketinggian 610 m dan 18,3
o
C pada 1.524 m. Nantinya akan dibandingkan antara daerah peternakan satu dengan daerah yang lain, kemudian
dibandingkan juga dengan kriteria atau persyaratan daerah peternakan yang baik. Sehingga dapat dilihat bagaimana produktivitas susu hasil peternakan jika
dihubungkan dengan kondisi lingkungan yang mungkin saja menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas susu sapi. Penelitian tentang kesesuaian
agroekologi ini akan menggunakan analisis deskriptif, yaitu menggambarkan atau menjelaskan suatu hal.
Selain penelitian terkait keadaan agroekologinya, peternakan yang tergabung di Koperasi Mahesa ini juga harus diteliti bagaimana kelayakan
usahanya. Jika peternakannya layak untuk diusahakan, maka koperasi pun layak untuk dikembangkan. Penelitian tentang layak atau tidaknya peternakan sapi
perah yang tergabung di dalam Koperasi Mahesa tersebut dapat dilakukan dengan studi kelayakan usaha. Untuk menganalisis kelayakan usaha peternakan sapi perah
tersebut, dapat menggunakan penghitungan kriteria investasi yang meliputi NPV,IRR, Net BC, Gross BC, PR, dan PBP. Dari hasil perhitungan kriteria
investasi pada analisis kelayakan usaha tersebutlah dapat diketahui layak atau tidaknya peternakan sapi perah yang tergabung dalam Koperasi Mahesa. Setelah
diketahui hasil layak atau tidaknya, maka dapat dilanjutkan dengan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat sampai batas manakah
kepekaan suatu usaha apabila terjadi perubahan pada suatu parameter usahanya. Dalam analisis sensitivitas ini nantinya akan dilihat dari kenaikan harga pakan dan
penurunan produksi susu. Usaha susu sapi pada peternakan sapi perah di Koperasi Mahesa dapat
dikatakan layak, dapat dilanjutkan, dan usahanya dapat terus meningkat, apabila usahatani tersebut dalam usaha yang dilakukan masih memperoleh keuntungan.
Selain itu mampu mengembalikan investasi yang diberikan sesuai jangka waktu
yang telah ditetapkan dan pendapatan yang diperoleh dapat memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan rumah tangga.
Hasil dari penelitian terkait agroekologi dan analisis kelayakan usaha tersebut dapat dikaitkan dengan strategi pengembangan peternakan sapi perah
oleh Koperasi Mahesa. Koperasi Mahesa cukup kuat dalam bidang penjualan susu yang merupakan produk dari peternak sapi perah yang menjadi anggota
koperasi, karena telah bekerja sama dengan perusahaan susu Nestle yang menjadi pembeli tetap produk susu Koperasi Mahesa. Sejauh ini, peneliti
melihat kondisi Koperasi Mahesa masih terbilang lemah dari segi pendataan keanggotaan koperasi, seperti data tentang variabel-variabel yang digunakan
dalam proses budidaya dari setiap peternak misal : penggunaan makanan ternak, obat-obatan, hasil susu, dan variabel lainnya. Hal ini dikarenakan
koperasi ini masih baru merintis usahanya.Namun, Koperasi Mahesa berpeluang untuk dapat melanjutkan usahanya, dikarenakan peluang persaingan untuk
menjual hasil susu dari peternakan sapi perahnya untuk wilayah Jember hanya satu koperasi saja, yaitu Koperasi Galur Murni. Dari segi agroekologi, wilayah
peternakan dari anggota koperasi Mahesa yang tersebar di tiga kecamatan di Kota Jember berada di kawasan dataran rendah. Padahal, pada umumya,
peternakan sapi perah yang baik berada di kawasan dataran tinggi, sehingga produktivitas susu terancam lebih rendah daripada hasil susu dari peternakan di
kota-kota besar lainnya yang berada di kawasan dataran tinggi. Setelah mengetahui unsur-unsur kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dari Koperasi Mahesa, selanjutnya dapat meneliti strategi pengembangan Koperasi Mahesa. Hal ini dapat dilakukan menggunakan analisis
SWOT. Dari analisis tersebut, nantinya dapat diambil strategi menggunakan gabungan dari faktor-faktor tersebut, yaitu antara lain strategi kelemahan-
peluang, strategi kekuatan-ancaman, strategi kelemahan-ancaman, dan strategi kekuatan-peluang. Pada akhirnya, akan dapat diketahui bagaimana strategi
pengembangan yang dapat dilakukan oleh Koperasi Mahesa untuk meningkatkan usaha peternakan sapi perah.
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Peternakan Sapi Perah 1.
Berada di daerah dataran rendah, suhu yang tinggi
2. Penjualan susu kerja sama
dengan PT. Nestle 3.
Peluang usaha besar untuk dilanjutkan
Koperasi Susu Sapi Perah “Mahesa”
Kesesuaian Agroekologi
1. Suhu
2. Kelembaban
3. Curah hujan
4. Ketinggian tempat
Agroekologi peternakan sapi
perah sesuai standard
Kelayakan usaha peternakan sapi perah
Kriteria investasi : 1.
NPV 2.
Net BC 3.
Gross BC 4.
IRR 5.
PR 6.
PP Layak
Tidak layak
Analisis Sensitivitas
Kenaikan harga pakan 20 dan
penurunan produksi susu 74,29
Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Analisis SWOT
Usaha peternakan sapi perah layak diusahakan
Usaha tidak peka terhadap perubahan
harga pakan dan penurunan jumlah susu
Strategi Pengembangan : Kekuatan Strenght
Kelemahan Weakness
Peluang Opportunity
Ancaman Threat
Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Sapi Perah Dapat Dilanjutkan
2.4 Hipotesis