Metode Pengumpulan Data Metode Analisis

137 digunakan adalah Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teknik purposive sampling metode judgement sampling. Sampel penelitian ini diambil dari Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam. Dari 144 Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama periode Januari 2004 sampai Desember 2006, hanya 15 Reksa Dana Saham yang terpilih sebagai sampel penelitian. Oleh karena Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria: 1. Semua Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. 2. Semua Reksa Dana Saham yang selalu ada dan masih aktif selama Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. 3. Reksa Dana Saham yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai Januari 2004 sampai dengan Desember 2006

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data-data sekunder yang digunakan penulis adalah data- data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari terbitan-terbitan Bursa Efek Jakarta, Bapepam dan Bank Indonesia. 138 Informasi Utama yang digunakan sebagai data penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih NABUnit Reksa Dana Saham, data mengenai tingkat suku bunga bebas risiko dalam hal ini penulis memilih tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dari Bank Indonesia berdasarkan laporan bulanan terbitan Bank Indonesia. Penulis memilih SBI sebagai tingkat suku bunga bebas risiko dengan anggapan bahwa Bank Indonesia yang mengeluarkan SBI dapat dipastikan akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Jadi investasi yang dilakukan pada SBI benar-benar bebas risiko. Disertai Data mengenai perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah pada periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.

D. Metode Analisis

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mendata Reksa Dana-Reksa Dana yang termasuk dalam Reksa Dana Saham selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. Reksa Dana yang akan menjadi objek penelitian adalah Reksa Dana Saham yang berturut-turut ada selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. 2. Menghitung Return dan Risiko dari masing-masing Reksa Dana. Dalam penelitian ini, maka penulis akan menggunakan program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses penghitungan return dan risiko masing- masing Reksa Dana. a Menghitung Return dari Reksa Dana: 139 1 1 − − − t t t NAV NAV NAV Dimana: NAV t = Net Asset Value NAB pada periode t NAV t-1 = Net Asset Value NAB periode sebelum t b Menghitung Risiko dari Reksa Dana: 1 2 − − = ∑ n x x p σ 3. Evaluasi Kinerja Reksa Dana Setelah didapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan untuk penghitungan kinerja Reksa Dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode Differential Return with Risk Measure by Standar Deviation . Rumusnya yaitu: p m f m f p R R R R σ σ ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + = 4. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan pengaruh IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja Reksa Dana yang dihitung dengan metode Differential Return with Risk Measured by Standar Deviation . Dalam Pengukuran dan pengujian ini digunakan analisis regresi berganda. Dimana kinerja merupakan variabel terikat Y dan faktor-faktor IHSG, SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas X. Setelah 140 dilakukan pengumpulan ternyata diperoleh gambaran bahwa data tidak normal dan salah satu variabel dependen terdapat multikolinieritas. Oleh karena itu, penulis merasa perlu mengeluarkan variabel tersebut dari model regresi sehingga diperoleh model terbaik. Dan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan software SPSS Release 11.0 for Windows. 5. Pengujian Asumsi Klasik Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain: a Uji Normalitas Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Singgih Santoso 2000: 214, ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah: 1 Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan megikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, 2 Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. 141 b Multikolinieritas Istilah kolinieritas ganda multicolinearity diciptakan oleh Ranger Frish di dalam bukunya “Statistikcal Confluence Analysis by Means of Complete Regression Systems” artinya istilah itu berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau eksak perfect or exact di antara variabel-variabel bebas dalam model regresi J. Supranto, 1983. Uji multikolinieritas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya bahwa jika diantara peubah-peubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang lain maka bias dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinieritas. Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF Variance Inflation Factor, dimana Gujarati 2003 mengatakan bila nilai VIF lebih dari 10 berarti terdapat kolinieritas sangat tinggi dan sebaiknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. c Uji Autokorelasi Istilah autokorelasi Autocorrelation menurut Maurice G. Kendall and William R. Bukland, A Dictionary of Statistical Term: “Correlation between members of series of observation ordered in time as in time- series data or space as in cross sectional data”. Jadi autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut 142 urutan waktu seperti data time series atau menurut urutan tempat seperti data cross sectional atau korelasi pada dirinya sendiri. Autokorelasi dapat didefinisikan pula terjadinya korelasi di antara data pengamatan sebelumnya, dengan kata lain bahwa munculnya suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Untuk mendeteksi terjadi autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson DW. Menurut Singgih Santoso 2000: 216 ada beberapa cara mendeteksi adanya autokorelasi diantaranya: 1 Angka Durbin Watson DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2 Angka Dubin Watson DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi 3 Angka Durbin Watson DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif d Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas J. Supranto, 1983. Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model 143 yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Menurut Singgih Santoso 2000: 208 ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah di studentized, rinciannya antara lain adalah: 1 Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas. 2 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 6. Pengujian Statistik a Uji Koefisien Determinasi R 2 Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang dilihat melalui adjusted R Square karena variabel independennya lebih dari 2. 144 b Uji F Uji secara simultan Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi tersebut. Bila nilai F hitung lebih besar dari F tabel atau tingkat signifikannya lebih kecil dari 5 α : 5= 0.05 maka hal ini menunjukkan bahwa H o ditolak dan H a diterima yang berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara simultan. c Uji T Uji secara parsial Uji t digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Bila T hitung lebih besar dari T tabel atau nilai signifikan T α : 5 0.05 maka H o ditolak dan H a diterima yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. d Pengujian Regresi Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + b 1 IHSG + b 2 SBI + b 3 INF + b 4 NTR + ε i Dimana: Y : Kinerja Reksa Dana a : Intercept b 1, b 2, b 3, b 4 : Koefisien regresi variabel IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan 145 SBI : Suku Bunga Bebas Risiko Bank Indonesia INF : Inflasi NTR : Nilai Tukar Rupiah

E. Operasional Variabel