UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 4.2
Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Usia Pasien
Terlihat bahwa penderita diabetes melitus mulai rentan dan sering terjadi pada usia 46 tahun ke atas hingga usia 65 tahun. Pada usia ini, umur sangat erat
kaitannya dengan terjadinya kenaikan kadar glukosa darah, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin
tinggi. Proses menua yang berlangsung setelah usia 30 tahun mengakibatkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia. Perubahan dimulai dari tingkat sel,
berlanjut pada tingkat jaringan dan akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen tubuh yang dapat mengalami
perubahan adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin, sel-sel jaringan target yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon lain yang
mempengaruhi kadar glukosa Goldberg dan Coon dalam Rochman, 2006.
4.1.3 Jenis Diabetes
Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang
kronik. Dari keseluruhan pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi tersebut, penderita diabetes melitus banyak yang mengalami komplikasi penyakit seperti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Chronic Kidney Disease CKD, hipertensi, TB, stroke, nefropati, anemia, dan ulkus diabetikum. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Jumlah Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Jenis Diabetes
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Frekuensi Penderita Diabetes Melitus
Berdasarkan Jenis Diabetes
Banyaknya pasien diabetes yang mengalami komplikasi disebabkan karena umumnya komplikasi diabetes berhubungan dengan kerusakan pembuluh darah.
Diabetes dalam jangka panjang ,dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengurangi volume aliran darah ke berbagai bagian tubuh seperti mata,
ginjal, jaringan saraf, dan lain sebagainya sehingga bagian-bagian tubuh mengalami kerusakan fungsi yangs serius bahkan mengancam jiwa.
Jumlah Persentase
Jumlah penderita diabetes melitus tanpa komplikasi
3 12,5
Jumlah penderita diabetes melitus dengan komplikasi
21 87,5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.2
Profil Obat Antidiabetes 4.2.1 Obat Antidiabetes Tunggal
Pemakaian obat antidiabetes tunggal monoterapi banyak diberikan kepada pasien, baik diberikan secara oral maupun injeksi. Pemakaian obat
antidiabetes tunggal yang paling banyak digunakan adalah glikuidon 33 dan injeksi novorapid 23. Jika dibagi dalam lima golongan obat antidiabetes oral
yang banyak dipakai di Indonesia dan empat kategori insulin berdasarkan sifat farmakokinetiknya, maka ditemukan di lapangan bahwasanya golongan obat
antidiabetes oral terbanyak yang digunakan adalah sulfonilurea 55,6 dan pemakaian insulin terbanyak yang digunakan adalah kategori insulin rapid acting
kerja cepat sebesar 22,2 .
Gambar 4.4 Distribusi Penggunaan Obat Antidiabetes Tunggal
Antidiabetes oral yang paling banyak digunakan adalah golongan sulfonilurea terutama glikuidon. Tingginya penggunaan golongan sulfonilurea ini
kemungkinan disebabkan karena obat antidiabetes oral golongan sulfonilurea merupakan obat pilihan drug of choice untuk penderita diabetes dewasa baru
dengan berat badan normal dan kurang serta tidak pernah mengalami ketoasidosis sebelumnya, selain itu efek samping obat golongan sulfonilurea yang umumnya
ringan dan frekuensi rendah, antara lain gangguan saluran cerna serta gangguan susunan syaraf pusat Handoko dan Suharto, IONI 2000 serta mempunyai efek
hipoglikemia yang jarang dan rendah. Mekanisme kerja glikuidon hampir
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
seluruhnya diekskresi melalui empedu dan usus, sehingga dapat diberikan pada pasien gangguan ginjal dan hati yang agak berat. Beberapa pasien penderita
diabetes RUMKITAL Dr. Mintohardjo banyak yang mengalami komplikasi berupa gangguan fungsi ginjal, maka obat glikuidon menjadi obat pilihan karena
pasien dengan gangguan fungsi ginjal masih dapat menggunakan obat tersebut Soegondo, 1995. Pemilihan obat golongan sulfoniurea juga bisa disebabkan
karena sulfonilurea adalah pilihan obat utama setelah metformin yang dapat diberikan secara monoterapi Dipiro, 2008. Obat golongan sulfonilurea
tergolong memiliki harga yang relatif murah. RUMKITAL Dr. Mintohardjo menerima pasien dari mulai TNI ALPNS keluarga anggota KEMHAN TNI AD,
TNI AUPNS dan keluarga purnawiraan Askes Hankam dan non hankam, hingga masyarakat umum. Masyarakat yang dirawat juga berasal dari segala
kalangan termasuk pasien dengan status ekonomi bawah, yaitu pasien dengan status jaminan kesehatan dari Kartu jakarta sehat KJS.
Antidiabetes injeksi berupa insulin yang paling banyak digunakan ialah injeksi novorapid atau insulin aspart. Penggunaan insulin diberikan jika kondisi
pasien DM telah drop atau memiliki kadar glukosa darah yang sangat tinggi. Pasien dengan kadar glukosa yang tinggi biasanya telah mengalami komplikasi.
Jika kadar glukosa darah sudah relatif stabil, maka dapat dilakukan evaluasi erhadap penyakit komplikasi yang diderita oleh pasien DM. Banyaknya
penggunaan injeksi novorapid disebabkan karena memiliki kerja yang cepat rapid acting serta memiliki keunggulan dalam hal penyuntikannya. Insulin
aspart dapat disuntikkan 15 menit sebelum makan dibandingkan dengan insulin reguler yang harus disuntikkan 30 menit sebelum makan. Selain itu, insulin kerja
cepat dapat memberikan efek penurunan kadar glukosa postprandial yang lebih cepat dibandingkan insulin reguler ACCP, 2013.
4.2.2 Kombinasi Obat Antidiabetes Oral dan Injeksi