Tepat Indikasi Analisis Kerasionalan Obat Antidiabetes

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pasien. Pada diagram tersebut terlihat bahwa angka ketepatan paling tinggi terdapat pada ketepatan dosis dan obat sebesar 100. Kemudian tepat pasien menunjukkan persentase 84,44, tepat indikasi menunjukkan persentase 68,89 dan angka terkecil terdapat pada tanpa interaksi obat, yaitu 55,56. Hal ini menggambarkan bahwa banyaknya obat antidiabetes yang berinteraksi. Interaksi obat ini dilihat dari adanya obat yang berinteraksi satu atau lebih, baik obat antdiabetes dengan obat antidiabetes lain atau pun obat antidiabetes dengan obat lain.

4.3.1 Tepat Indikasi

Tepat indikasi adalah ketepatan penggunaan antidiabetik atas dasar diagnosis yang ditegakkan, sesuai dengan diagnosis yang tercantum di rekam medik yang memiliki kadar gula darah sewaktu 200 mgdl. Diagnosis diabetes melitus dapat ditegakkan melalui tiga cara. Pertama, jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200mgdl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis diabetes melitus. Kedua dengan TTGO, meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa darah puasa, namun memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan. Ketiga, dengan pemeriksaan glukosa darah puasa yang lebih mudah dilakukan, mudah diterima oleh pasien serta murah sehingga pemeriksaan ini dianjurkan untuk diagnosis diabetes melitus PERKENI, 2006. Terdapat jumlah pemberian antidiabetik tepat indikasi sebesar 68,89. Ketidaktepatan indikasi obat antidiabetes terhadap pasien dapat terjadi apabila antidiabetik yang diberikan tidak sesuai dengan diagnosis yang dialami pasien. Sementara itu terdapat 15 dari 24 pasien 62,50 yang sudah mendapatkan terapi antibiotik tepat indikasi. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada contoh ketepatan indikasi dikarenakan obat yang diberikan telah sesuai dengan diagnosis pasien. Contohnya pada pasien nomor 9, pasien diberikan injeksi novorapid dan injeksi lantus, hal ini disebbakan karena kadar glukosa darah pasien yang sangat tinggi 567 mgdl sehingga diperlukan penanganan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang cepat untuk menurunkan kadar glukosa darah. Maka, diberikan obat antidiabetik berupa insulin dengan keja yang sangat cepat. Pada contoh kasus ketidaktepatan indikasi disebabkan karena tidak sesuainya diagnosis yang dialami oleh pasien, yaitu kadar gula darah sewaktu yang belum melebihi 200 mgdl. Berikut pada Tabel 4.3 dapat digambarkan jumlah ketepatan indikasi setiap obat antidiabetes. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Indikasi Antidiabetik Berdasarkan data hasil analisis, ketepatan indikasi pemberian antidiabetik pada pasien rawat inap diabetes melitus, terdapat beberapa pemberian antidiabetik yang memiliki ketepatan sebanyak 100, yaitu glikuidon, lantus, dan levemir, hal ini dikarenakan pemakaian antidiabetik tersebut sudah sesuai dengan diagnosis yang dialami oleh pasien. Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Indikasi Total Obat Tidak Tepat Indikasi Tepat Indikasi Frekuensi Frekuensi Anti Diabetik Metformin 3 33,33 6 66,67 9 Glimepirid 3 37,50 5 62,50 8 Gliclazid 1 50,00 1 50,00 2 Glikuidon 0,00 3 100,00 3 Glibenklamid 1 100,00 0,00 1 Acarbose 1 100,00 0,00 1 Novorapid 4 33,33 8 66,67 12 Lantus 0,00 5 100,00 5 Levemir 0,00 2 100,00 2 Actrapid 1 50,00 1 50,00 2 Total 14 31,11 31 68,89 45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.3.2 Tepat Dosis Dosis merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan pada penilaian ketepatan. Dosis yang diberikan harus sesuai dengan keadaan pasien, dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur Drug Information Handbook. Hasil analisis penilaian ketepatan dosis antidiabetik berdasarkan jumlah pasien dapat dilihat pada lampiran 5. Dari hasil penilaian ketepatan dosis berdasarkan jumlah pemberian antidiabetik pada pasien, terdapat jumlah pemberian antidiabetik yang sudah tepat dosis sebanyak 100. Penilaian ketepatan dosis pada pasien didasarkan pada dosis regimen yang diberikan. Seluruh pasien diabetes melitus rawat inap RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mendapatkan dosis yang sesuai dengan persyaratan yang sudah ditetapkan literatur. Dari penilaian ketepatan dosis ini maka didapatkan gambaran penggunaaan antidiabetik yang sudah tepat dosis terlihat pada Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Distribusi Analisis Ketepatan Dosis Antidiabetik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Dosis Total Obat Tidak Tepat Dosis Tepat Dosis Frekuensi Frekuensi Anti Diabetik Metformin 0,00 9 100,00 9 Glimepirid 0,00 8 100,00 8 Gliclazid 0,00 2 100,00 2 Glikuidon 0,00 3 100,00 3 Glibenklamid 0,00 1 100,00 1 Acarbose 0,00 1 100,00 1 Novorapid 0,00 12 100,00 12 Lantus 0,00 5 100,00 5 Levemir 0,00 2 100,00 2 Actrapid 0,00 2 100,00 2 Total 0,00 45 100,00 45 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari hasil analisis deskriptif dapat terlihat bahwa seluruh obat antidiabetes telah memenuhi ketepatan pemberian dosis antidiabetik sebesar 100 pada pasien rawat inap diabetes melitus RUMKITAL Dr. Mintohardjo.

4.3.3 Tepat Pasien

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Rinosinusitis Kronik Rawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2006-2010.

0 33 107

Potensi Interaksi Obat Antidiabetes pada Pasien Rawat Inap Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Juli-Desember 2014

2 74 92

Analisis Potensi Interaksi Obat Diabetes Melitus Pada Resep Obat Pasien Rawat Jalan Di RSAL Dr.Mintohardjo

2 42 84

Pengaruh Terapi Oksigen Hiperbarik Terhadap Pasien Tuli Mendadak di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat Periode 2014

2 16 74

Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Obat Antibiotik pada Pasien DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) di RUMKITAL (Rumah Sakit Angkatan Laut) Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

0 15 0

Uji Efektivitas Terapi Oksigen Hiperbarik Pada Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Dr. Mintohardjo Jakarta Pusat

1 30 88

EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK EVALUASI RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN ANAK TUBERKULOSIS PARU DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI PERIODE JAN

4 11 14

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH Evaluasi Penggunaan Obat Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2010.

0 0 15

EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP EVALUASI PERESEPAN OBAT ANTIKANKER PAYUDARA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Dr. MOEWARDI SURAKARTA.

0 0 13

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PASIEN DIABETES MELITUS NEUROPATIK DI RUMAH SAKIT TNI ANGKATAN LAUT DR. MINTOHARDJO | Saragi | SOCIAL CLINICAL PHARMACY INDONESIA JOURNAL 836 2664 1 PB

0 0 7