UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.3.7 Tanpa Efek Samping
Perubahan kondisi fisik pada pasien diabetes melitus seringkali terjadi, namun hal ini belum dapat dipastikan akibat dari efek samping obat. Perubahan
kondisi fisik pasien kemungkinan dapat disebabkan karena penggunaan obat lain atau kondisi fisiologi pasien itu sendiri. Selain itu, karena penelitian ini bersifat
retrospektif, yaitu hanya dapat melihat data dari kejadian yang sudah terjadi maka mengharuskan peneliti hanya dapat melihat kondisi pasien melalui rekam medis,
tidak dapat melihat dan memantau perkembangan pasien secara langsung untuk melihat apakah telah terjadi efek samping.
4.4 Evaluasi Analisis Kerasionalan
Analisis evaluasi kerasionalan dilakukan dengan memperhatikan evaluasi hasil tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, tepat cara pemberian, dan
tanpa interaksi oba. Kelima aspek ketepatan ini harus dapat memberikan nilai tepat hingga hasil akhir evaluasi dinyatakan tepat seluruhnya. Sehingga dapat
diambil keputusan bahwa pemberian antidiabetik sudah dinyatakan rasional jika sudah dinyatakan tepat pada setiap lima aspek ketepatan pada setiap pemberian
antidiabetik pada pasien. Hasil penilaian kerasionalan dapat dilihat pada Lampiran 9 berdasarkan jumlah pemberian antidiabetik. Analisis kerasionalan berdasarkan
individu setiap pasien dapat dilihat pada Lampiran 10. Evaluasi ketepatan pasien dikatakan rasional jika semua kelima aspek memenuhi kriteria. Jika terdapat salah
satu dari kelima aspek yang tidak memenuhi kriteria maka dikatakan pasien mendapatkan terapi antidiabetik yang tidak rasional.
Pada contoh kasus nomor 1, pemberian glimepirid pada pasien sudah mendapatkan ketepatan pasien, ketepatan dosis, ketepatan obat, dan ketepatan
indikasi. Namun, terjadi interaksi obat sehingga pada evaluasi ketepatan tidak memenuhi syarat evaluasi ketepatan pemberian antidiabetik, maka pada kasus
nomor 1 dapat dikatakan tidak rasional. Pada kelima aspek penilaian ketepatan dilakukan uji Contingency
Coefficient untuk mengetahui aspek ketepatan yang paling berpengaruh terhadap pemberian jenis antidiabetik. Maka hasil yang diuji dapat dilihat pada Lampiran
11 – Lampiran 15. Pada lampiran terlihat bahwa hanya interaksi obat yang dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilakukan uji Contingency Coefficient. Angka Contingency Coefficient interaksi obata adalah 0,552 0,700. Sehingga dapat dikatakan interaksi obat memiliki
pengaruh yang lemah terhadap penggunaan obat antidiabetes terhadap pasien. Pada ketepatan indikasi dan ketepatan pasien menunjukkan angka H0 0,05, yang
menyebabkan nilai H0 diterima, sehingga tidak ada pengaruh dengan penggunaan antidiabetik. Hal ini menyebabkan ketepatan tersebut tidak dapat dilakukan uji
Contingency Coefficient. Pada ketepatan obat, ketepatan cara pemberian dan ketepatan dosis tidak terdapat hasil dari uji kai kuadrat dikarenakan hasil analisis
yang sudah mencapai angka yang konstan. Maka dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian obat antidiabetes kepada pasien rawat inap
RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mencapai angka 100 untuk ketepatan dosis, ketepatan obat, dan ketepatan cara pemberian, namun jika dilihat dari keseluruhan
kerasionalan obat pada pasien, hanya 5 pasien yang telah memenuhi kerasionalan obat.
4.5 Evaluasi Biaya Perbekalan Farmasi