UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dilakukan uji Contingency Coefficient. Angka Contingency Coefficient interaksi obata adalah 0,552 0,700. Sehingga dapat dikatakan interaksi obat memiliki
pengaruh yang lemah terhadap penggunaan obat antidiabetes terhadap pasien. Pada ketepatan indikasi dan ketepatan pasien menunjukkan angka H0 0,05, yang
menyebabkan nilai H0 diterima, sehingga tidak ada pengaruh dengan penggunaan antidiabetik. Hal ini menyebabkan ketepatan tersebut tidak dapat dilakukan uji
Contingency Coefficient. Pada ketepatan obat, ketepatan cara pemberian dan ketepatan dosis tidak terdapat hasil dari uji kai kuadrat dikarenakan hasil analisis
yang sudah mencapai angka yang konstan. Maka dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian obat antidiabetes kepada pasien rawat inap
RUMKITAL Dr. Mintohardjo telah mencapai angka 100 untuk ketepatan dosis, ketepatan obat, dan ketepatan cara pemberian, namun jika dilihat dari keseluruhan
kerasionalan obat pada pasien, hanya 5 pasien yang telah memenuhi kerasionalan obat.
4.5 Evaluasi Biaya Perbekalan Farmasi
Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat alat kesehatan, reagensia, radiofarmasi, dan gas medis Kemenkes, 2004.
Biaya perbekalan farmasi merupakan 50 dari seluruh pemasukan rumah sakit berasal dari pengelolaan perbekalan farmasi Yusmainita, 2005. Akibat besarnya
pembiayaan perbekalan farmasi,
maka RUMKITAL Dr. Mintohardjo
mengevaluasi pengeluaran yang mencakup perbekalan farmasi, dalam hal ini peneliti hanya mengevaluasi pengeluaran biaya obat dan bahan medis habis pakai
dikarenakan banyaknya pasien yang tidak menggunakan perbekalan farmasi seperti gas medis dan radiofarmasi, selain itu karena keterbatasan peneliti, dan
keterbatasan data biaya perbekalan farmasi lainnya gas medis, ragensia, alat kesehatan, bahan obat, dan radiofarmasi yang tersedia di RUMKITAL Dr.
Mintohardjo.
4.5.1 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes
Peneliti melakukan penelusuran dokumen resep ke apotek RUMKITAL Dr. Mintohardjo untuk mengetahui jumlah penggunaan obat antidiabetes yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan oleh pasien rawat inap yang merupakan pasien KJS RUMKITAL Dr. Mintohardjo. Adapun profil penggunaan obat antidiabetes tersebut dapat dilihat
pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Profil Penggunaan Obat Antidiabetes
4.5.2 Profil Bahan Medis Habis Pakai
Bahan medis habis pakai merupakan salah satu dari perbekalan farmasi sebagai penunjang dalam pengobatan diabetes melitus. Berikut profil penggunaan
bahan medis habis pakai pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Profil Penggunaan Bahan Medis Habis Pakai
Bahan Medis Habis Pakai Jumlah Penggunaan
Vasofix No 20 20
Infuset 33
Spuit 1 cc insulin 15
Spuit 2,5 cc 159
Spuit 3 cc 55
Spuit 5 cc 144
Spuit 10 cc 125
Spuit 20 cc 9
No Obat Antidiabetes
Jumlah Pemberian Persentase
1 Metformin
9 20
2 Glimepirid
8 17,78
3 Gliklazid
2 4,44
4 Glibenklamid
1 2,22
5 Glikuidon
3 6,67
6 Akarbosa
1 2,22
7 Novorapid
12 26,67
8 Lantus
5 11,11
9 Levemir
2 4,44
10 Actrapid
2 4,44
Total 45
100,00
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bloodset 16
Vasofix No 18 1
Silk 1 Tap 1
Spinocan 26 1
Buvanest Spnal 1
Hansaplast Plester 1
Handscoen No 7,5 3
Handscoen No 8 1
Kasa Gulung 40 x 80 1
Topi Operasi Sigma 3
Masker 3
Mess No 20 1
Folly Catheter 11
Vasofix No 22 3
Vasofix No 24 1
Urine Bag 13
Nedle No 23 19
Kanul O2 7
Cathy 2
Microdrip 2
Feeding Tube NGT 4
Catheter Tip 2
Pumpitor Injeksi 2
Mask Non Breathing 4
Threeway Catheter 3
Venflon 20 1
Peneliti mengevaluasi biaya perbekalan farmasi yang digunakan sesuai dengan kriteria inklusi yaitu pasien rawat inap penderita diabetes melitus yang
memiliki Kartu jakarta sehat. Terdapat 24 pasien yang termasuk ke dalam kriteria inklusi tersebut. Namun, terdapat 1 pasien yang tidak memiliki dokumen biaya
pengeluaran pengobatan selama rawat inap, hal ini dikarenakan pasien KJS tersebut sudah beralih ke jaminan kesehatan BPJS sehinga data pasien sulit untuk
ditemukan. Biaya perbekalan farmasi obat dan BMHP yang dikeluarkan oleh masing-masing pasien dapat dilihat pada Lampiran 16.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dari lampiran tersebut dapat terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh RUMKITAL Dr. Mintohardjo untuk persediaan perbekalan farmasi pada pasien
diabetes melitus seperti yang telah dirangkum dalam Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Total Biaya Perbekalan Farmasi
Dari data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persentase biaya obat diabetes melitus yang dikeluarkan oleh 23 pasien ialah sebanyak 10 dan
pemakaian bahan medis habis pakai sebanyak 27 dari total biaya perbekalan farmasi obat dan BMHP. Sedangkan penggunaan obat non DM sebanyak 63.
Sehingga dari keseluruhan total biaya yang dikeluarkan untuk perbekalan farmasi pasien rawat inap diabetes melitus KJS, dapat dihitung persentase biaya
perbekalan farmasi obat dan BMHP. Total biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan oleh seluruh pasien dibandingkan dengan total biaya yang telah
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan RI khusus untuk pasien yang memiliki KJS. Maka hasil yang diperoleh ialah sebesar 25 biaya perbekalan farmasi yang
harus dikeluarkan oleh rumah sakit, yaitu untuk pembiayaan obat DM, obat non DM, dan bahan medis habis pakai.
Total Biaya Obat
Diabetes Melitus
Total Obat Non
Diabetes Melitus
Total Biaya Bahan
Medis Habis Pakai
BMHP Total Biaya
Perbekalan Farmasi
Obat dan BMHP
Total Tarif INA CBG’s
Total Rp
2,209,770 13.171.344
Rp 5,770,140
Rp 21.151.254
Rp 85,380,276
Persentase
10 dari total biaya
perbekalan farmasi
secara keseluruhan
63 dari total biaya
perbekalan farmasi
secara keseluruhan
27 dari total biaya
perbekalan farmasi
secara keseluruhan
25 dari total tarif
INA CBG’s yang
dikeluarkan untuk pasien
KJS diabetes melitus
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.6
Keterbatasan Penelitian 4.6.1 Kendala
1. Pengambilan data dan jumlah sampel
Pada proses pengambilan data ada beberapa data pasien yang kurang lengkap, sehingga tidak dapat diambil sebagai data. Selain itu
banyaknya data yang tidak ada dan hilang karena banjir dan perubahan pasien KJS ke BPJS sehingga menyebabkan sampel
menjadi semakin sedikit. 2.
Diagnosis data Diagnosis yang diberikan oleh dokter dan catatan perawat diberikan
secara umum sehingga data yang didapatkan tidak lengkap.
4.6.2 Kelemahan