UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.6
Distribusi Ketepatan Pemilihan Obat Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antidiabetik
Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Obat
Total Obat Tidak Tepat Obat
Tepat Obat Frekuensi
Frekuensi
Anti Diabetik
Metformin 0,00
9 100,00
9 Glimepirid
0,00 8
100,00 8
Gliclazid 0,00
2 100,00
2 Glikuidon
0,00 3
100,00 3
Glibenklamid 0,00
1 100,00
1 Akarbosa
0,00 1
100,00 1
Novorapid 0,00
12 100,00
12 Lantus
0,00 5
100,00 5
Levemir 0,00
2 100,00
2 Actrapid
0,00 2
100,00 2
Total 0,00
45 100,00
45
4.3.5 Tanpa Interaksi Obat
Interaksi obat merupakan hal yang sangat dihindari dari pemberian obat. Interaksi antar sesama obat antidiabetes dan interaksi obat antidiabetes dengan
obat lain dapat mempengaruhi efek dari obat antidiabetes dan akan mempengaruhi kadar glukosa darah. Hal ini dapat menyebabkan kadar glukosa darah yang
menurun secara drastis hipoglikemia atau dapat menyebabkan keadaan kadar glukosa darah yang melebih batas normal, gula darah sewaktu 200 mgdl
hiperglikemia. Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 8. Pada contoh kasus nomor 4, penggunaan antidiabetik glikuidon dengan amlodipine secara bersamaan
akan menyebabkan kdar glukosa darah meningkat karena amlodipin dapat menginhibisi sekresi insulin dan menghambat sekresi glukagon, sehingga terjadi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta perubahan ambilan glukosa dari hati dan sel-sel lain. Berikut pada Tabel 4.7
digambarkan hasil analisis pemberian antidiabetik tanpa interaksi obat.
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Analisis Interaksi Obat Berdasarkan Pemberian
Antidiabetik
Obat Antidiabetes Penilaian Interaksi Obat
Total Obat Terdapat Interaksi
Obat Tanpa Interaksi Obat
Frekuensi Frekuensi
Anti Diabetik
Metformin 0,00
9 100,00
9 Glimepirid
7 87,50
1 12,50
8 Gliclazid
0,00 2
100,00 2
Glikuidon 1
33,33 2
66,67 3
Glibenklamid 1
100,00 0,00
1 Akarbosa
1 100,00
0,00 1
Novorapid 6
50,00 6
50,00 12
Lantus 3
60,00 2
40,00 5
Levemir 0,00
2 100,00
2 Actrapid
1 50,00
1 50,00
2 Total
20 44,44
25 55,56
45
Berdasarkan data penilaian analisis interaksi obat, pasien yang tidak mengalami interaksi obat sebanyak 55,56 , yaitu 12 dari 24 pasien 50 yang
tidak mengalami interaksi obat antara antidiabetik yang diberikan dengan obat- obatan terapi yang diberikan lainnya. Pada contoh kasus nomor 9 penggunaan
antidiabetik novorapid dan lantus secara bersamaan serta penggunaan ascardia secara bersamaan dapat menimbulkan efek aditif ascardia fibrat salisilat dalam
dosis yang besar dapat menurunkan kadar gula darah yang menyebabkan hipoglikemia.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.3.6 Tepat Cara Pemberian
Cara pemberian merupakan aturan pemakaian obat yang harus diperhatikan oleh pasien diabetes melitus. Setiap obat memiliki aturan pakai yang
berbeda-beda. Aturan pemakaian obat ini meliputi waktu penggunaan obat sebelum atau sesudah makan, frekuensi pemberian, dan rute pemberian obat.
Berikut hasil analisis ketepatan cara pemberian dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Analisis Ketepatan Cara Pemberian Berdasarkan
Pemberian Antidiabetik
Obat Antidiabetes Penilaian Ketepatan Cara Pemberian
Total Obat Tidak Tepat Cara
Pemberian Tepat Cara
Pemberian Frekuensi
Frekuensi
Anti Diabetik
Metformin 0,00
9 100,00
9 Glimepirid
0,00 8
100,00 8
Gliclazid 0,00
2 100,00
2 Glikuidon
0,00 3
100,00 3
Glibenklamid 0,00
1 100,00
1 Akarbosa
0,00 1
100,00 1
Novorapid 0,00
12 100,00
12 Lantus
0,00 5
100,00 5
Levemir 0,00
2 100,00
2 Actrapid
0,00 2
100,00 2
Total 0,00
45 100,00
45
Dari data deskriptif tersebut menunjukkan bahwa cara pemberian obat kepada pasien diabetes melitus telah tepat yaitu sebesar 100. Namun, aturan
penggunaan obat sebelumsesudah makan tidak tertera pada rekam medis sehingga tidak dapat dicantumkan dan dianalisis dalam ketepatan cara pemberian
obat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.3.7 Tanpa Efek Samping
Perubahan kondisi fisik pada pasien diabetes melitus seringkali terjadi, namun hal ini belum dapat dipastikan akibat dari efek samping obat. Perubahan
kondisi fisik pasien kemungkinan dapat disebabkan karena penggunaan obat lain atau kondisi fisiologi pasien itu sendiri. Selain itu, karena penelitian ini bersifat
retrospektif, yaitu hanya dapat melihat data dari kejadian yang sudah terjadi maka mengharuskan peneliti hanya dapat melihat kondisi pasien melalui rekam medis,
tidak dapat melihat dan memantau perkembangan pasien secara langsung untuk melihat apakah telah terjadi efek samping.
4.4 Evaluasi Analisis Kerasionalan